Gokil, Vaksinnya Dipesan 4 Negara, Saham AstraZeneca Cuan 31%

tahir saleh, CNBC Indonesia
16 June 2020 08:05
A lab assistant holds a blood sample to be tested for COVID-19 antibodies, Tuesday, April 28, 2020, at Principle Health Systems and SynerGene Laboratory, in Houston. The company, which opened two new testing locations Tuesday, is now offering a new COVID-19 antibody test developed by Abbott Laboratories. (AP Photo/David J. Phillip)
Foto: Ilustrasi Vaksin Antibodi untuk Covid-19 (AP/David J. Phillip)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan farmasi asal Inggris yang tercatat di Bursa New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange, AstraZeneca PLC, tengah dalam pembicaraan dengan empat negara soal pemesanan vaksin corona (Covid-19) milik perusahaan yang potensial diproduksi setelah perusahaan siap mempublikasikan hasil dari tes tahap pertama.

Chief Executive Officer (CEO) AstraZeneca Pascal Soriot mengatakan empat negara yang melakukan negosiasi tersebut yakni Jepang, Rusia, Brasil, dan China.

Bahkan keempat negara tersebut diketahui sudah sepakat membayar setoran awal sebesar 750 juta euro atau US$ 843,2 juta (setara Rp 12 triliun, asumsi kurs Rp 14.000/US$) untuk 300 juta dosis vaksin potensial yang diproduksi AstraZeneca guna mengobati Covid-19.

Hal ini diungkapkan Kementerian Kesehatan Italia sebagaimana dilansir Reuters, Senin (15/6/2020). Kantor berita Italia juga melaporkan negara-negara itu akan memiliki opsi untuk membeli 100 juta dosis vaksin lanjutan.

Khusus Italia, Negeri Pizza ini akan membayar sebesar 185 juta euro (setara dengan Rp 3 triliun, asumsi kurs Rp 16.100/euro) untuk 75 juta dosis vaksin yang sedang dikembangkan oleh Oxford University.

Saham AstraZeneca/CNBCFoto: Saham AstraZeneca/CNBC
Saham AstraZeneca/CNBC

Sentimen ini sontak membuat harga saham AstraZeneca baik di NYSE alias Wall Street AS dan Bursa London juga melesat. Data perdagangan CNBC mencatat, pada pembukaan perdagangan di Wall Street Senin waktu AS (15/6/2020), atau Senin tadi malam waktu Indonesia, saham AstraZeneca di Bursa NYSE melesat 1,46% di level US$ 52,22/saham.

Pada penutupan, Selasa pagi waktu Indonesia, saham AZN melesat 2,27% di posisi US$ 52,64/saham.

Secara year to date atau sejak Januari hingga saat ini, saham berkode AZN ini naik 4,07% dan setahun terakhir melesat 30.80%. Kapitalisasi pasarnya menembus US$ 136,9 miliar atau Rp 1.917 triliun. Harga saham tertinggi AZN dalam 52 pekan terakhir yakni US$ 57,44/saham atau Rp 804.000/saham.

Di Bursa London, saham AstraZeneca juga dibuka naik 0,54% di posisi 8.245 poundsterling/saham pada Senin (15/6), level tertinggi yakni 8.380 poundterling/saham atau Rp 135 juta/saham (asumsi kurs Rp 16.100/poundsterling). Secara year to date, saham AstraZeneca naik 7,06% dan setahun terakhir melesat 31,22%.

Pada penutupan perdagangan, saham AZN ditutup di posisi 8.281 pound/saham atau naik 0,98%.

Harga saham AZN di London lebih mahal. Bahkan harganya di atas harga saham Barclays (115,56 pound/saham), Manchester United (21,10 pound/saham), dan Standard Chartered Bank (412,70 pound/saham).

[Gambas:Twitter]

AstraZeneca adalah perusahaan farmasi yang merupakan hasil merger dari perusahaan Swedia Astra AB dan perusahaan Britania, Zeneca Group PLC.

Situs resmi perusahaan mencatat, AstraZeneca adalah perusahaan farmasi yang didirikan pada 6 April 1999 dan merupakan hasil merger dari perusahaan Swedia Astra AB dan perusahaan Britania, Zeneca Group PLC.

Hingga 31 Desember 2019, pekerjanya mencapai 70.600, di mana 48,3% berada di pasar berkembang termasuk China, Rusia, Amerika Selatan dan Tengah, Timur Tengah dan Afrika, serta Asia Pasifik, lalu sebesar 26,5% di Eropa, 18,1% di AS, dan 7,1% di Jepang, Kanada, Australia dan Selandia Baru.

CEO AstraZeneca Pascal Soriot/doc.AstraZenecaFoto: CEO AstraZeneca Pascal Soriot/doc.AstraZeneca
CEO AstraZeneca Pascal Soriot/doc.AstraZeneca

AstraZeneca diperdagangkan di tiga bursa sekaligus yakni London Stock Exchange, Stockholm Stock, dan New York Stock Exchange (NYSE) dengan kode saham AZN di tiga bursa tersebut.

Penjualan produk naik terus dalam 3 tahun terakhir. Pada 2019 penjualan produk perusahaan mencapai US$ 23,6 miliar atau Rp 330 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$), naik 15% dari tahun sebelumnya. Pada 2018, penjualan produk juga naik 4% menjadi US$ 21 miliar, sementara pada 2017 penjualan sempat turun 5% menjadi US$ 20,2 miliar.

Regulator Inggris, Badan Pengawas Obat-Obatan dan Produk Kesehatan (Medicines and Healthcare products Regulatory Agency/MHRA) juga telah menyetujui dimulainya uji coba fase III vaksin AstraZeneca setelah penelitian menunjukkan adanya kemanjuran dan keamanan atas vaksin milik AstraZeneca.

Vaksin, bernama AZD1222, pada awalnya dikembangkan oleh Universitas Oxford di Inggris dan AstraZeneca bekerjasama dengan mitra industri farmasi untuk memproduksi dan mendistribusikan obat.

Pernyataan Soriot terkait dengan pemesanan empat negara ini juga muncul setelah AstraZeneca berkomitmen memberikan 400 juta dosis vaksinnya ke negara-negara Eropa. Kesepakatan suplai vaksin tersebut kepada negara-negara itu menjadi kabar terbaru di tengah pemerintah negara-negara di seluruh dunia berebut untuk mendapatkan akses ke obat untuk memerangi pandemi Covid-19.

Dilansir Reuters, Soriot mengatakan perusahaan berharap sudah bisa mendapatkan kepastian soal rilisnya vaksin pada akhir musim panas ini dengan mempertimbangkan jika vaksin, yang katanya akan menelan biaya beberapa dolar per dosis ini, akan bekerja mengobati Covid-19.

Sebelumnya, manajemen AstraZeneca menegaskan berencana memproduksi 2 miliar dosis vaksin virus corona (Covid-19), termasuk 400 juta untuk AS dan Inggris, serta 1 miliar untuk masyarakat di negara berpenghasilan rendah dan menengah.


(tas/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 4 Negara Pesan Vaksin Covid-19, Rogoh Berapa Triliun?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular