Internasional

Giliran Sanofi Prancis Garap Vaksin, Berapa Triliun Bujetnya?

tahir saleh, CNBC Indonesia
17 June 2020 08:30
Sanofi, dok: Covid19data.com
Foto: Sanofi, dok: Covid19data.com

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah perusahaan farmasi asal AS dan Inggris mengembangkan obat dan vaksin corona (Covid-19), kini giliran perusahaan farmasi asal Prancis, Sanofi, yang mulai kebut menginvestasikan dana jutaan dolar Amerika Serikat (AS) untuk membangun fasilitas penelitian dan pusat produksi vaksin Covid-19.

Sanofi akan menginvestasikan dana senilai 610 juta euro atau setara dengan US$ 679,4 juta (sekitar Rp 9,38 triliun, asumsi kurs Rp 14.000/US$) untuk membangun tempat produksi baru dan pusat penelitian di Prancis yang sengaja ditujukan untuk pengembangan vaksin Covid-19.

Manajemen Sanofi menjelaskan bahwa investasi itu bisa terwujud karena adanya kolaborasi erat dengan otoritas Prancis dalam beberapa bulan terakhir dan pengembangan ini akan membantu perusahaan bisa dengan cepat menghasilkan vaksin untuk mengatasi pandemi virus corona yang sudah mengglobal.

"Kami memiliki sejarah panjang dan tim yang luar biasa di seluruh negeri demi mewujudkan nilai-nilai perusahaan. Dengan berinvestasi di pusat R&D [penelitian dan pengembangan], kami memposisikan Prancis sebagai inti dari strategi kami, tujuannya menjadikan Prancis sebagai pusat keunggulan kelas dunia dalam penelitian dan produksi vaksin," kata Paul Hudson, Chief Executive Officer Sanofi, dalam siaran persnya, dikutip Rabu (17/6/2020).

"Sanofi adalah pemain di sektor kesehatan utama di Prancis, Eropa, dan dunia. Ini adalah tanggung jawab kami untuk fokus pada sumber daya dan keahlian kami dalam mengatasi pandemi," katanya.

"Tetapi kami juga berinvestasi dalam mempersiapkan kondisi yang akan datang. Kami menyambut kolaborasi dan komitmen berkelanjutan dari para otoritas pemerintah Perancis yang telah bekerja bersama kami selama beberapa bulan terakhir untuk mencapai hal ini," jelasnya.

Sanofi adalah perusahaan yang tercatat di Bursa Euronext dengan kode saham SAN dan New York Stock Exchange (NYSE) dengan kode saham SNY. Perusahaan juga tercatat di London Stock Exchange dan Bursa Saham Frankfurt Jerman, kendati berbasis di Paris, Prancis.

Sanofi juga diklaim menjadi satu dari lima perusahaan farmasi terbesar di dunia setelah Pfizer, Bristol-Myers Squibb, Novartis, dan GlaxoSmithKline. Perusahaan ini didirikan tahun 2004 setelah terjadi penggabungan Sanofi-Synthélabo dengan Aventis.

Dari total dana 610 juta euro tersebut, terbagi atas 490 juta euro untuk investasi produksi vaksin di Prancis dan membangun Fasilitas Vaksin Evolutif atau Evolutive Vaccine Facility (EVF) di Neuville sur Saône, wilayah di Prancis Timur.

Lokasi situs ini akan memanfaatkan teknologi produksi vaksin inovatif yang terbaru dengan durasi proyek 5 tahun. Diharapkan proyek ini akan menciptakan 200 lapangan kerja baru. EVF adalah jenis pabrik baru yang dirancang di sekitar unit pusat pengembangan vaksin yang memiliki beberapa modul produksi yang seluruhnya digital. Modul digital ini memungkinkan memproduksi tiga hingga empat vaksin secara bersamaan, dibandingkan hanya satu di lokasi industri saat ini.

Modularitas ini memungkinkan dalam prioritas produksi vaksin tertentu secara lebih tepat waktu berdasarkan masalah kesehatan yang dialami masyarakat.

Adapun sisa dana lainnya yakni 120 juta euro, akan digunakan Sanofi untuk membangun pusat R&D baru di Sanofi Pasteur, di Marcy-l'Etoile, wilayah Prancis timur, untuk mengembangkan vaksin.

Sebelumnya Sanofi dan perusahaan farmasi GlaxoSmithKline juga sudah mengumumkan pada bulan April rencana untuk bergabung dalam upaya pembuatan vaksin Covid-19.

Di sisi lain, perusahaan farmasi asal Inggris yang tercatat di Bursa New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange, AstraZeneca PLC, sebelumnya juga menyatakan tengah dalam pembicaraan dengan empat negara soal pemesanan vaksin corona (Covid-19) milik perusahaan yang potensial diproduksi setelah perusahaan siap mempublikasikan hasil dari tes tahap pertama.

Chief Executive Officer (CEO) AstraZeneca Pascal Soriot mengatakan empat negara yang melakukan negosiasi tersebut yakni Jepang, Rusia, Brasil, dan China.

Bahkan keempat negara tersebut diketahui sudah sepakat membayar setoran awal sebesar 750 juta euro atau US$ 843,2 juta (setara Rp 12 triliun, asumsi kurs Rp 14.000/US$) untuk 300 juta dosis vaksin potensial yang diproduksi AstraZeneca guna mengobati Covid-19.

Sebelumnya, Gilead Sciences Inc, perusahaan biofarmasi pembuat obat remdesivir juga kabarnya akan bekerjasama dengan mitra internasional untuk memperluas produksi obat virus corona (Covid-19), kendati bukan vaksimn

Perusahaan pun berharap bisa memproduksi 1 juta remdesivir pada Desember 2020. "Direncanakan untuk dapat menghasilkan beberapa juta pada 2021," tulis Reuters mengutip Gilead, dikutip CNBC Indonesia, Jumat (1/4/2020).


(tas/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pegang Saham Moderna, Investor Sudah Cuan 254% Lho

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular