Roundup

Kabar Pasar: PHK AirAsia hingga Gagal Bayar Asuransi Kresna

Monica Wareza, CNBC Indonesia
02 June 2020 08:25
FILE PHOTO: Tail of AirAsia X plane as seen at the Garuda Maintenance Facility AeroAsia in Tangerang, Indonesia, September 20, 2017. Picture taken September 20, 2017. REUTERS/Beawiharta/File Photo
Foto: AirAsia (REUTERS/Beawiharta)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir Mei lalu ditutup menguat 0,79% ke posisi 4.753,61 poin pada perdagangan Jumat (29/5/2020).

Total transaksi pada hari itu tergolong besar yaitu Rp 17,40 triliun mengingat rata-rata transaksi harian bursa efek biasanya hanya kurang lebih Rp 7 triliun. Investor asing kembali mencatatkan aksi beli bersih sebanyak Rp 82 miliar di pasar reguler.

Kinerja positif IHSG terjadi di tengah peningkatan ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Trump mengadakan konferensi pers terkait China pada Jumat waktu setempat yang bisa menambah tensi perang dingin antara AS-China.

Pengumuman Trump tersebut muncul setelah Kongres Rakyat Nasional China menyetujui Undang-Undang (UU) keamanan nasional untuk Hong Kong.

Selain kabar tersebut, simak juga peristiwa emiten yang terjadi sepanjang perdagangan Jumat (29/5/2020) hingga Senin 1 Juni 2020.

1. Laba Terancam Melorot 25%, MNC Land Rumahkan 136 Karyawan
Emiten properti Grup MNC milik taipan Hary Tanoesoedibjo, PT MNC Land Tbk (KPIG), menjabarkan dampak pandemi virus corona (Covid-19) terhadap operasional bisnis dan upaya efisiensi yang dilakukan perusahaan. Covid-19 berimbas pada pembatasan operasional perusahaan sekitar 3 bulan.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen MNC Land menjelaskan ada dampak juga terhadap kinerja keuangan perusahaan termasuk prediksi pendapatan dan laba bersih perusahaan.

Selain itu, eksesnya juga berimbas pada efisiensi karyawan. Per Desember 2019, jumlah karyawan perusahaan baik tetap maupun tidak tetap mencapai 2.875 orang, sedangkan hingga saat ini menjadi 2.844 orang, atau berkurang 9 orang.



2. Efek Corona, AirAsia Rumahkan 873, Potong Gaji 328 Pegawai
Maskapai penerbangan low cost carrier (LCC) alias bertarif murah, PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) tengah mengalami tekanan dari sisi kinerja akibat pandemi virus corona (Covid-19) yang juga menghantam industri penerbangan dalam negeri dan global.

Pandemi Covid-19 membuat operasional perusahaan terhenti sementara sehingga berimbas pada prediksi pendapatan, laba bersih, dan juga terhadap efisiensi sumber daya manusia (SDM).

Dari sisi jumlah karyawan, per Desember 2019 jumlah karyawan AirAsia Indonesia baik tetap maupun tidak tetap mencapai 1.691 orang, saat ini sebanyak 1.645 orang, atau berkurang 46 orang (termasuk pengunduran diri).

"Jumlah karyawan PHK [pemutusan hubungan kerja] 9 orang, jumlah yang dirumahkan 873 orang, jumlah karyawan terdampak dengan status lain (misalnya pemotongan gaji 50% dan lainnya) mencapai 328 orang," jelas manajemen AirAsia dalam suratnya kepada BEI.


3. Sempat Susah Lunasi MTN Rp 200 M, Perumnas Mulai Bebenah
Setelah sempat mengalami kendala dalam pelunasan surat utang jangka menengah (MTN) Rp 200 miliar, manajemen Perumnas menyiapkan beberapa alternatif langkah untuk dapat memacu kinerja perseroan.

Direktur Utama Perum Perumnas Budi Saddewa Soediro mengaku tengah mengkaji beberapa alternatif untuk memperbaiki kondisi keuangan.

"Kami tengah mengkaji beberapa alternatif strategi yang dapat meng-akselerasi kondisi keuangan Perumnas ke figur yang lebih baik lagi," tegas Budi dalam keterangannya, Sabtu (30/5/2020).

4. Penjualan Naik, Pendapatan BUMI Tembus US$ 1,08 M di Q1-2020
Emiten produsen batu bara terbesar di Indonesia PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatatkan rugi bersih di kuartal I-2020 sebesar US$ 35,1 juta atau setara dengan Rp 508,95 miliar (kurs Rp 14.500). Pada kuartal yang sama tahun sebelumnya, BUMI masih mencatatkan laba US$ 48,4 juta.

Dalam siaran pers yang diterima CNBC Indonesia, manajemen menjelaskan alasan kerugian karena penurunan tajam harga batubara yang dimulai sejak akhir 2018 karena perang dagang China dan Amerika Serikat.

5. CEO Kresna Grup Buka-bukaan Soal Gagal Bayar Asuransi
Founder dan CEO dari Kresna Group, Michael Steven angkat suara perihal penundaan pembayaran dua produk asuransi yang dikelola anak usaha perseroan, Kresna Link Investa (K-LITA) dan Protecto Investa Kresna (PIK).

Michael menjelaskan, penundaan pembayaran ini tak lain disebabkan imbas dari kondisi industri keuangan non-bank (IKNB) yang sedang terguncang setelah merebaknya kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Tak hanya itu, kondisi likuiditas Kresna Life juga terganggu akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan krisis ekonomi dan keuangan global.



6. Bos Bakrie: Proyek Gasifikasi Rp 36 T Serap 5.000 Pekerja
Konsorsium Grup Bakrie memperkirakan investasi sebesar US$ 2,5 miliar atau Rp 36,62 triliun (kurs Rp 14.646/US$) proyek metanol di Batuta Industrial Chemical Park, Bengalon, Kutai Timur, Kalimantan Timur akan menyerap hingga 5.000 pekerja dalam 4 tahun ke depan.

CEO and President Director PT Bakrie & Brother Tbk (BNBR), Anindya Novyan Bakrie, mengatakan, progres pembangunan pabrik akan dimulai pada kuartal I-2021 dan diperkirakan selesai di kuartal III-2023. Sedangkan, produksi baru dapat dilakukan pada kuartal pertama 2024.

7. Bayar Utang Puluhan Bank, Indah Kiat Rilis Obligasi Rp 1,39 T
Perusahaan kertas Grup Sinar Mas, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Indah Kiat Pulp & Paper Tahap I Tahun 2020 dengan jumlah pokok obligasi sebesar Rp 1,39 triliun.

Obligasi Berkelanjutan ini adalah Tahap I dari Obligasi Berkelanjutan Indah Kiat Pulp & Paper dengan target dana yang dihimpun total sebesar Rp 10 triliun.

8. Omzet Tergerus di Q1, Rugi Indika Energy Capai Rp 313 M
Emiten pertambangan dan energi, PT Indika Energy Tbk (INDY) masih mencatatkan rugi bersih pada kuartal I-2020 sebesar US$ 21,02 juta atau setara dengan Rp 313 miliar (asumsi kurs Rp 14.900/US$) dari periode yang sama tahun lalu yang justru mencatatkan laba bersih US$ 11,70 juta atau Rp 174 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan publikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), rugi bersih ini terjadi di tengah penurunan pendapatan perusahaan induk dari PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS).

Pendapatan INDY pada 3 bulan pertama tahun ini turun 8,5% menjadi US$ 641,50 juta atau Rp 9,6 triliun dari periode yang sama tahun lalu US$ 700,73 juta.

9. Bank Mandiri Restrukturisasi Kredit Rp 50 T, Mayoritas UMKM
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) telah melakukan restrukturisasi sebanyak 292.000 nasabahnya akibat terdampak pandemi Covid-19. Dari jumlah tersebut, nilai kredit yang diberikan relaksasi mencapai Rp 50 triliun.

Corporate Secretary Bank Mandiri Rully Setiawan mengatakan dari nilai tersebut, sebanyak 75% kredit merupakan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta ritel.


10. 8 Tahun Merugi, KRAS Untung Usai Restrukturisasi Utang Jumbo
Produsen baja pelat merah, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) akhirnya berhasil meninggalkan catatan merah di laporan membukukan laba senilai US$ 74,14 juta (Rp 1,08 triliun, asumsi kurs Rp 14.700/US$) pada kuartal I-2020. Perseroan bisa mencetak laba karena berhasil melakukan restrukturisasi utang.

Perbaikan kinerja ini terjadi setelah perusahaan mengalami kerugian selama delapan tahun berturut-turut. Dimana pada Maret 2019 saja, perusahaan ini masih mencatatkan kerugian senilai US$ 62,32 juta.


[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article AirAsia Setop Penerbangan hingga 18 Mei, Gimana Cara Survive?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular