Distributor Nike Rumahkan 2.226 Orang, Bagaimana Kinerjanya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten peritel fashion, PT Mega Perintis Tbk (ZONE) mengungkapkan dampak pandemi virus corona (Covid-19) terhadap bisnis perusahaan dan imbas kepada karyawan perusahaan. Perseroan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) tapi merumahkan sementara karyawan perusahaan.
Luki Rusli, Direktur Independen Mega Perintis, mengatakan dari sisi karyawan, per Desember 2019, jumlah karyawan baik tetap maupun tidak tetap mencapai 3.283 orang, sementara saat ini jumlah karyawan tetap dan tidak tetap menjadi 1.005 atau berkurang 2.278 orang.
"Saat ini jumlah karyawan tetap dan tidak tetap 1.005. Jumlah PHK nihil, jumlah karyawan yang dirumahkan hingga saat ini 2.226 orang, sementara jumlah yang terdampak status lain (seperti pemotongan gaji 50%) mencapai 284 orang," katanya dalam surat jawaban kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), dilansir Senin (1/6/2020).
Mengacu laporan keuangan, per Desember 2019, pendapatan perusahaan dengan merk Manzone, MOC, Men's Top ini naik 32% menjadi Rp 601,72 miliar dari tahun sebelumnya Rp 456,50 miliar. Laba bersih tahun lalu naik 27% menjadi Rp 52,09 miliar dari tahun sebelumnya Rp 41,11 miliar.
Mega Perintis memiliki tiga jenis bisnis utama, yakni perdagangan ritel, garmen dan trading melalui anak-anak usahanya PT Mitrelindo Global (MG), Mega Putra Garment dan PT Mitra Perintis Merdeka. Perusahaan ini memasarkan produk dengan merk Manzone, MOC, Men's Top dan sebagai salah satu distributor sepatu olahraga merk Nike.
Berdasarkan "Sales and Trade Terms Agreement", 10 Januari 2019, anak usaha Mega Perintis yakni MG mengadakan kerja sama dengan PT Nike Indonesia untuk mendistribusikan, memasarkan dan menjual produk-produk dengan merek dagang Nike, melalui toko ritel milik MG. Perjanjian tersebut berlaku sampai dengan 30 Juni 2020.
Luki mengatakan adanya pandemic Covid-19 dan implementasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mengakibatkan outlet offline penjualan di pusat pembelanjaan ditutup, begitu juga outlet penjualan yang ada di departement store.
"Ya, berdampak pada penghentian operasional sebagian outlet perusahaan, diprediksi penghentian operasional sekitar 3 bulan," katanya.
"Bila ada sebagian yang buka namun dengan kebijakan social distancing dan pandemi ini masyarakat waspada untuk tidak jalan-jalan ke pusat pembelanjaan sehingga sepi pengunjung. Atas hal tersebut otomatis anak usaha Perseroan di bidang garmen otomatis tidak bisa memproduksi karena kurangnya penjualan," jelasnya.
Adapun seberapa besar kontribusi pendapatan dari kegiatan operasional yang terhenti dan mengalami pembatasan operasional tersebut terhadap total pendapatan (konsolidasi) tahun 2019 diprediksi mencapai 75%.
Sementara, perkiraan penurunan total pendapatan (konsolidasi) untuk periode yang berakhir per 31 Maret 2020 sampai dengan 30 April 2020 (dapat menggunakan proforma) dibandingkan periode yang sama tahun lalu diprediksi sebesar 25%.
Untuk laba bersih, pada periode tersebut diprediksi jatuh 75%. "Kami mengupayakan maksimal revenue perusahaan dengan memperkuat online dan juga mengalihkan produksi masker non medis sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini untuk mempertahankan cash flow Perusahaan, melakukan efisiensi di segala bidang," katanya.
Perusahaan masuk BEI pada 12 Desember 2018. Saat pencatatan saham, harga ZONE mengalami auto reject atas dengan penguatan 49,66% ke harga Rp 446/saham dibandingkan dengan harga Rp 298/saham saat masa penawarannya. Perusahaan pemilik merk Manzone ini melepaskan 197 juta sahamnya ke publik. Dengan demikian perusahaan memperoleh dana segar IPO saat itu senilai Rp 58,70 miliar.
Aprisindo:Industri Sepatu Kehilangan Pasar Lokal Saat Pandemi
(tas/tas)