
Mau Beli Saham Bank tapi Bingung? Intip Rekomendasinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Restrukturisasi kredit yang dilakukan perbankan dinilai menjadi satu sentimen yang menjadi perhatian investor di pasar modal sebelum masuk ke saham-saham perbankan di Bursa Efek Indonesia. Restrukturisasi itu terkait dengan nasabah yang mengalami dampak virus corona (Covid-19).
Vice President PT Samuel Sekuritas Indonesia, Muhammad Alfatih, mengatakan Covid-19 memang menimbulkan sejumlah kekhawatiran yang menimbulkan sentimen negatif di kalangan pelaku pasar, sehingga untuk sektor perbankan, stimulus dari pemerintah diharapkan segera bisa menetralisir sentimen pasar yang kian memburuk.
"Kita mengharapkan bahwa adanya kesiapan dana dari pemerintah yang akan disalurkan ke BUMN termasuk ke sektor perbankan sehingga diharapkan kekhawatiran bisa dinetralisir, khususnya di perbankan itu ada misalnya Bank BRI [BBRI], ini akan ada stimulus," kata Alfatih dalam dialog bersama CNBC Indonesia, Selasa (12/05/2020).
"Sebut saja stimulus untuk kredit, kredit gitu ada pelonggaran pelonggaran yang diberikan subsidi oleh pemerintah jadi ini bisa mengurangi tekanan terhadap [saham] perbankan," ujarnya.
Menurut Alfatih dalam kondisi seperti saat ini, bank kategori BUKU IV (bank umum kelompok usaha, dengan modal inti di atas Rp 30 triliun) memang relatif lebih stabil meski mengalami sejumlah tekanan.
"Dalam kondisi ini, bank BUKU IV seperti BCA [BBCA], Mandiri [BMRI], BRI dan BNI [BBNI] relatif lebih kuat dibandingkan saham bank yang lebih kecil meskipun mengalami tekanan pergerakan dari saham mereka relatif [mreka] bukan dalam tekanan yang luar biasa, masih ada pertahanan," kata Alfatih yang juga analis teknikal ini.
Dia mengatakan, bahkan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dari akhir April sudah naik cukup tinggi dan menjadi salah satu rekomendasi. Sementara saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), relatif stagnan dalam 2 bulan terakhir. "BRI relatif flat selama dua bulan terakhir di Rp 2.580-2550 ini bisa dibilang bertahan gitu," ujar Alfatih.
Mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham BBCA hari ini ditutup turun 1,42% di level Rp 26.100/saham, BBRI turun hingga 4,96% di level Rp 2.490/saham, BMRI minus 5,20% di level Rp 4.010/saham, BBNI terkoreksi 3,68% di level Rp 3.660/saham.
Adapun bank BUKU IV lainnya yakni PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB), dan PT Bank Panin Tbk (PNBN). Saham BDMN ambles 2% Rp 2.420/saham, saham CIMB minus 1,56% di level Rp 630/saham, dan saham PNBN turun 0,68% di level Rp 730/saham. Jumlah total bank BUKU IV ada tujuh bank.
"[Rekomendasi saham BUKU IV] tentunya karena saat ini lebih safe," katanya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelumnya menyebutkan jumlah debitur perbankan yang berpotensi mengajukan restrukturisasi mencapai 7,87 juta nasabah dengan nilai kredit total mencapai Rp 1.114,54 triliun. Jumlah tersebut berasal dari 110 bank yang ada di Indonesia.
Berdasarkan data OJK, hingga saat ini baru sebanyak 102 bank telah menyampaikan potensi restrukturisasi tersebut. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan seluruh bank tersebut telah berkomitmen untuk melakukan restrukturisasi kredit. Hanya saja, berdasarkan pantauan OJK hingga data terakhir 10 Mei 2020, baru 88 bank yang merealisasikan restrukturisasi tersebut.
"Seluruh bank commit melakukan karena ada potensi pengajuan restrukturisasi 7,8 juta dan outstanding kredit Rp 1.114 triliun. Ini potensinya," kata Wimboh dalam rapat kerja bersama Komite IV DPD RI secara virtual, Senin (11/5/2020).
Untuk realisasi pelaksanaan restrukturisasi, hingga Minggu kemarin (10/5/2020) hasil pantauan OJK baru terdapat 88 bank yang merealisasikan program restrukturisasi tersebut. Jumlah nasabah yang diberikan restrukturisasi mencapai 3,88 debitur dengan nilai mencapai Rp 336,97 triliun.
Dari seluruh debitur yang mendapatkan restrukturisasi tersebut, sebanyak 3,42 juta nasabah merupakan UMKM dengan jumlah kredit yang direstrukturisasi senilai Rp 167,1 triliun.
Dari realisasi tersebut, nasabah yang paling banyak mengajukan restrukturisasi berasal dari Jawa Barat dengan jumlah debitur 948.708 debitur atau mencapai 24%. Kemudian diikuti oleh debitur dari Jawa Timur dengan jumlah 651.862 debitur atau 17% dan Jawa Tengah sebanyak 542.301 debitur atau 14%.
Sedangkan dari jumlah nilai pengajuan, DKI Jakarta menjadi wilayah dengan nilai pengajuan paling besar yakni 26% dari total restrukturisasi atau mencapai Rp 87,50 triliun. Kemudian Jawa Barat dengan nilai restrukturisasi Rp 42,75 triliun atau 13% dari realisasi dan Jawa Timur senilai Rp 40,38 triliun atau 12% daru realisasi.
(tas/tas) Next Article Diobral Investor Asing, Saham Bank Gede Ambrol
