Diobral Investor Asing, Saham Bank Gede Ambrol

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham-saham bank besar atau bank BUKU IV (bank dengan modal inti minimal Rp 30 triliun) serempak ambles ke zona merah pada awal perdagangan sesi I hari ini, Rabu (19/5/2021). Pelemahan saham-saham tersebut diwarnai aksi jual bersih (net sell) oleh investor asing.
Berikut gerak saham bank-bank jumbo, pukul 09.44 WIB.
Bank Mandiri (BMRI), saham -2,54%, ke Rp 5.750, transaksi Rp 65 M
Bank Negara Indonesia (BBNI), -1,38%, ke Rp 5.375, transaksi Rp 14 M
Bank Pan Indonesia (PNBN), -0,57%, ke Rp 870, transaksi Rp 151 juta
Bank Permata (BNLI), -0,49%, ke Rp 2.030, transaksi Rp 24 juta
Bank Danamon Indonesia (BDMN), -0,40%, ke Rp 2.500, transaksi Rp 118 juta
Bank Central Asia (BBCA), -0,39%, ke Rp 31.825, transaksi Rp 56 M
Bank Rakyat Indonesia (BBRI), =0,00%, ke Rp 3.900, transaksi Rp 94 M
Bank CIMB Niaga (BNGA) =0,00%, ke Rp 970, transaksi Rp 343 juta
Berdasarkan data di atas, dari 8 saham bank BUKU IV, 6 saham tercatat longsor ke zona merah, sementara 2 sisanya masih stagnan alias belum bergerak.
Saham bank pelat merah BMRI menjadi yang paling anjlok di antara yang lainnya, dengan penurunan sebesar 2,54% ke Rp 5.750/saham. Nilai transaksi saham ini sebesar Rp 65 miliar.
Amblesnya BMRI diiringi aksi net sell oleh asing sebesar Rp 29,73 miliar, menjadikan saham ini menjadi yang paling diobral asing pagi ini.
Dengan ini, saham BMRI melanjutkan pelemahan sejak Selasa (18/5) kemarin, ketika ditutup terkoreksi 0,42% ke Rp 5.900/saham.
Alhasil, dalam sepekan saham BMRI melorot 3,36% dan dalam sebulan ambles 8,73%.
Di posisi kedua ada saham bank pelat merah lainnya, BBNI, yang turun 1,38% ke Rp 5.375/saham. Saham BBNI akhir-akhir ini 'babak belur', lantaran sudah anjlok selama 6 hari perdagangan beruntun, atau sejak 7 Mei lalu.
Ini membuat BBNI ambles 4,46% dalam sepekan dan anjlok sebesar 10,08% dalam sebulan belakangan. Asing juga tercatat ramai-ramai keluar dari saham BBNI dengan catatan jual bersih sebesar Rp 7,38 miliar, menjadi salah satu net sell yang terbesar di bursa,
Sementara, bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa, BBCA ikut melorot 0,39% ke Rp 31.825/saham dengan nilai transaksi Rp 56 miliar.
Seiring dengan pelemahan ini, asing juga 'cabut' dari saham BBCA sebesar Rp 7,4 miliar.
Saham BBCA melanjutkan pelemahan sejak kemarin, ketika ditutup longsor 1,69% kle Rp 31.950/saham.
Melemahnya saham-saham perbankan kelas kakap ini berperan dalam pelemahan IHSG yang melorot 0,29% ke 5.817,621, per pukul 10.01 WIB. Asing tercatat sudah melakukan net sell dari bursa domestik sebesar Rp 64,24 miliar pagi ini.
Sentimen yang terus dipantau oleh para pelaku pasar adalah perkembangan pandemi Covid-19 secara global. Belum lama ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa pandemi Covid-19 belum akan berakhir walaupun tingkat vaksinasi sudah digenjot semaksimal mungkin.
Di beberapa negara Asia seperti India, Malaysia, Singapura dan Taiwan terus melaporkan terjadinya lonjakan kasus infeksi. Hal tersebut membuat pembatasan aktivitas ekonomi mulai diterapkan kembali.
Mulai Minggu (16/5/2021), Singapura kembali mengetatkan pembatasan kegiatan publik dan akan berlangsung dalam satu bulan ke depan.
Malaysia juga kembali menerapkan pembatasan wilayah (lockdown) secara nasional mulai 12 Mei lalu hingga 7 Juni.Lockdownini merupakan ketiga kalinya, setelah Maret 2020 dan Januari 2021. Malaysia kini berada di tengah gelombang ketiga kebangkitan Covid-19.
Sementara itu di dalam negeri, kasus infeksi Covid-19 memang menurun. Namun dengan adanya banyak pemudik meski dilarang dan masuknya arus balik lebaran patut diwaspadai.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Saham BCA Bangkit & Menguat 3% Lebih, Tanda Apa Ini?
(adf/adf)