Walah! Lo Kheng Hong Ogah Beli Saham IPO GoTo, Kenapa ya?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
19 May 2021 10:13
Lo Kheng Hong, Simas Invest
Foto: Lo Kheng Hong, Simas Invest

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor ritel kelas kakap seperti Lo Kheng Hong menyebutkan dirinya tidak tertarik untuk membeli saham-saham dari perusahaan teknologi yang akan melantai di bursa saham RI.

Hal ini lantaran perusahaan teknologi dinilai memiliki valuasi yang sangat tinggi, tidak sejalan dengan kinerja perusahaan yang masih merugi.

Dalam video yang diunggah dalam akun Instagram @lukas_setiaatmaja, Lo Kheng Hong memaparkan bahwa dia adalah seorang investor yang konservatif dan masih melihat kinerja fundamental perusahaan sebagai landasannya untuk berinvestasi.

"Mana mungkin saya beli perusahaan teknologi yang valuasinya bisa 10 kali nilai buku, perusahaan masih rugi, untungnya masih negatif. Seperti Bank Jago, perusahaan digital, mungkin PBV (price to book value) 90 kali. Saya ga ngikutin, masih rugi, aset juga masih Rp 1 triliun lebih ya ga mungkin saya membeli," kata dia dalam video tersebut, dikutip Rabu (19/5/2021).

[Gambas:Instagram]



"Saya seorang investor yang konservatif, saya ga mau liat kinerjanya yang berlebihan di masa yang akan datang, jadi saya mau liat labanya dulu, tunjukin ke saya. Kalau sudah labanya besar harganya murah baru saya beli," terang pemilik saham PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) ini.

Dia mengungkapkan bahwa perusahaan dengan valuasi yang besar itu malah justru membuat masa untuk mencapai periode break even point (BEP) semakin lama.

Contohnya saja saham Tesla yang saat ini memiliki price to earning (PER) 1.000 kali, artinya baru akan mencapai BEP dalam 10 abad ke depan.

"Saham teknologi itu buat fund manager karena mereka kelola uang orang lain, bukan uang orang sendiri, kalau rugi pun ga apa-apa, mereka tetap untung," imbuh dia.

Belum lagi dia menyinggung bahwa dirinya bukan orang yang melek teknologi, bahkan dia tidak bisa melakukan aktivitas dengan komputer tanpa bantuan dari orang lain.

Selain itu, selama 20 tahun terakhir juga sudah tidak lagi membeli saham-saham yang baru melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) lantaran saham IPO ini dinilai mahal.

"Yang pertama saya sudah tidak membeli saham IPO 20 tahun lebih, karena tidak mungkin pemilik perusahaan dan penjamin emisi mau menjual di harga undervalue, harga murah. Pasti mereka mau menjual harga IPO semahal-mahalnya," terangnya.

Adapun hal ini muncul setelah adanya kabar mengenai rencana IPO yang akan dilakukan oleh Gojek-Tokopedia setelah kedua perusahaan ini mengumumkan penggabungan bisnisnya dengan nama GoTo Group.

Setelah GoTo lahir tujuan berikutnya ialah rencana IPO di pasar modal. Hal ini secara blak-blakan disampaikan oleh CEO Gojek Kevin Aluwi dan CEO Tokopedia William Tanuwijaya dalam wawancara eksklusif dengan CNBC Indonesia TV.

"Kami juga punya rencana melantai ke bursa dalam waktu dekat," kata Kevin, Selasa (18/5/2021).

Lebih lanjut, William menyebutkan bahwa rencana IPO ini akan dilakukan secara dual listing atau tercatat di dua bursa saham sekaligus, salah satunya adalah di Bursa Efek Indonesia (BEI) namun tapi menyebut bursa lain yang akan menjadi tujuan perusahaan.

"Ini mimpi kami yang terpendam lama karena harus diwujudkan karena mimpi kami mitra driver dan merchant, khususnya seluruh pengguna kami bisa jadi pemegang saham kami. Prioritas kami bisa melantai di bursa Indonesia, dual listing, semoga bisa diwujudkan di tahun ini," kata William di kesempatan yang sama.

Perusahaan ini masih belum bisa menyampaikan penjelasan lebih lanjut terkait dengan rencana aksi korporasinya ini. Kevin menyebutkan bahwa hal ini masih menjadi pembahasan di internal perusahaan.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukalapak-GoTo cs Mau IPO, Ini Pesan Lo Kheng Hong!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular