Risiko Utang RI Tertinggi Sejak 2015, Semua Karena Corona!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 March 2020 14:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia naik tajam sepanjang perdagangan pekan ini. Kenaikan yield menandakan harga instrumen ini turun karena maraknya aksi jual.
Sepanjang pekan ini, yield Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan tenor 10 tahun naik 79,4 basis poin (bps). Pada perdagangan akhir pekan, yield SBN tenor 10 tahun berada di posisi tertinggi sejak Januari 2019.
Tidak hanya yield, premi risiko utang Indonesia juga naik. Premi risiko utang dicerminkan oleh instrumen Credit Default Swap (CDS). Semakin tinggi CDS, kian tinggi pula risiko untuk gagal bayar (default).
Pada perdagangan akhir pekan, CDS Indonesia tenor 5 tahun berada di 261,41 bps sementara yang tenor 10 tahun ada di 333,88 bps. Keduanya berada di level tertinggi sejak 2015.
Investor asing terus melakukan aksi jual. Per 18 Maret, kepemilikan asing di SBN tercatat 975,37 triliun. Turun Rp 105,92 triliun dibandingkan posisi awal tahun.
Bank Indonesia (BI) memang terus membeli SBN sebagai salah satu dari tiga upaya stabilisasi nilai tukar rupiah. Per 18 Maret, kepemilikan BI di SBN adalah Rp 193,76 triliun, tertinggi sejak 2 Januari.
"Kami membeli SBN yang dijual oleh asing," ujar Perry Warjiyo, Gubernur BI, pekan ini.
Sepanjang pekan ini, yield Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan tenor 10 tahun naik 79,4 basis poin (bps). Pada perdagangan akhir pekan, yield SBN tenor 10 tahun berada di posisi tertinggi sejak Januari 2019.
Tidak hanya yield, premi risiko utang Indonesia juga naik. Premi risiko utang dicerminkan oleh instrumen Credit Default Swap (CDS). Semakin tinggi CDS, kian tinggi pula risiko untuk gagal bayar (default).
Pada perdagangan akhir pekan, CDS Indonesia tenor 5 tahun berada di 261,41 bps sementara yang tenor 10 tahun ada di 333,88 bps. Keduanya berada di level tertinggi sejak 2015.
Investor asing terus melakukan aksi jual. Per 18 Maret, kepemilikan asing di SBN tercatat 975,37 triliun. Turun Rp 105,92 triliun dibandingkan posisi awal tahun.
Bank Indonesia (BI) memang terus membeli SBN sebagai salah satu dari tiga upaya stabilisasi nilai tukar rupiah. Per 18 Maret, kepemilikan BI di SBN adalah Rp 193,76 triliun, tertinggi sejak 2 Januari.
"Kami membeli SBN yang dijual oleh asing," ujar Perry Warjiyo, Gubernur BI, pekan ini.
Next Page
Semua Karena Corona
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular