Risiko Utang RI Tertinggi Sejak 2015, Semua Karena Corona!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 March 2020 14:51

Namun meski sudah ada BI sebagai 'penadah', koreksi harga SBN tetap tidak terbendung. Apa penyebabnya?
Virus corona. Ya, virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu telah membuat perekonomian dunia porak-poranda.
Mengutip data satelit pemertaan ArcGis pada Minggu (22/3/2020) pukul 11:43 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 307.278 dengan korban meninggal 13.049. Virus corona sudah menyebar di lebih dari 170 negara.
Untuk membatasi penyebaran virus, banyak negara menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown). Misalnya di Italia, negara dengan pasien corona sebanyak 53.578 orang, tertinggi kedua setelah China.
Sedangkan korban jiwa di Negeri Spageti mencapai 4.825 orang, tertinggi di dunia. Tingkat kematian akibat virus corona di Italia sudah lebih dari 9%.
Meski Itaia sudah menerapkan lockdown, tetapi penyebaran virus corona bukannya turun malah semakin menggila. Oleh karena itu, pemerintah setempat berencana mengeluarkan kebijakan yang lebih keras.
"Kita semua harus melakukan sesuatu yang lebih untuk menahan penyebaran virus. Perilaku masyarakat yang tepat adalah kunci untuk memenangkan pertempuran ini," tegas Roberto Speranza, Menteri Kesehatan Italia, seperti diberitakan Reuters.
Kini, pemerintah Italia praktis sudah melarang seluruh bentuk olahraga di luar ruangan setelah tidak mengizinkan warga untuk jogging dan bersepeda. Sebelumnya dua jenis olahraga ini masih diperbolehkan asal dilakukan sendiri.
Masalahnya, kebijakan lockdown atau berbagai bentuk pembatasan aktivitas publik membuat roda perekonomian berjalan lambat, bahkan mungkin berhenti sama sekali. Artinya, pelambatan ekonomi global bukan lagi soal terjadi atau tidak tetapi seberapa dalam. Ini yang membuat investor ogah mendekati aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Situasi saat ini memang sedang tidak mendukung untuk mengambil risiko. Bahkan obligasi pemerintah di Asia yang menawarkan imbalan tinggi juga tidak menarik," ujar Pan Jingyi, Market Strategist di IG Asia, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Virus corona. Ya, virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu telah membuat perekonomian dunia porak-poranda.
Mengutip data satelit pemertaan ArcGis pada Minggu (22/3/2020) pukul 11:43 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 307.278 dengan korban meninggal 13.049. Virus corona sudah menyebar di lebih dari 170 negara.
Untuk membatasi penyebaran virus, banyak negara menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown). Misalnya di Italia, negara dengan pasien corona sebanyak 53.578 orang, tertinggi kedua setelah China.
Sedangkan korban jiwa di Negeri Spageti mencapai 4.825 orang, tertinggi di dunia. Tingkat kematian akibat virus corona di Italia sudah lebih dari 9%.
Meski Itaia sudah menerapkan lockdown, tetapi penyebaran virus corona bukannya turun malah semakin menggila. Oleh karena itu, pemerintah setempat berencana mengeluarkan kebijakan yang lebih keras.
"Kita semua harus melakukan sesuatu yang lebih untuk menahan penyebaran virus. Perilaku masyarakat yang tepat adalah kunci untuk memenangkan pertempuran ini," tegas Roberto Speranza, Menteri Kesehatan Italia, seperti diberitakan Reuters.
Kini, pemerintah Italia praktis sudah melarang seluruh bentuk olahraga di luar ruangan setelah tidak mengizinkan warga untuk jogging dan bersepeda. Sebelumnya dua jenis olahraga ini masih diperbolehkan asal dilakukan sendiri.
Masalahnya, kebijakan lockdown atau berbagai bentuk pembatasan aktivitas publik membuat roda perekonomian berjalan lambat, bahkan mungkin berhenti sama sekali. Artinya, pelambatan ekonomi global bukan lagi soal terjadi atau tidak tetapi seberapa dalam. Ini yang membuat investor ogah mendekati aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Situasi saat ini memang sedang tidak mendukung untuk mengambil risiko. Bahkan obligasi pemerintah di Asia yang menawarkan imbalan tinggi juga tidak menarik," ujar Pan Jingyi, Market Strategist di IG Asia, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular