Saham ARTO Meroket 1.329%, Cuan Keluarga Arto Hardy Triliunan

tahir saleh, CNBC Indonesia
09 October 2019 07:30
Saham ARTO Meroket 1.329%, Cuan Keluarga Arto Hardy Triliunan
Jakarta, CNBC Indonesia - Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) pada 30 September lalu sudah menyetujui rencana pengambilalihan 51% saham perseroan oleh dua investor strategis yakni PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan Wealth Track Technology (WTT) Limited.

RUPSLB juga menyetujui agenda aksi korporasi kedua yakni rights issue atau menerbitkan sebanyak 15 miliar saham baru dengan mekanisme Penawaran Umum Terbatas (PUT) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dengan nominal Rp 100/saham kendati harga pelaksanaan belum ditentukan.


Dua aksi korporasi ini kemudian terus menjadi sentimen positif dan mengerek harga saham ARTO.

Puncaknya ketika sumber CNBC Indonesia mengungkapkan bahwa Bank Artos akan bertransformasi menjadi Gojek Bank atau GoBank, harga saham perusahaan terus menyentuh batas atas auto rejection.

Kemungkinan transformasi jadi GoBank terbuka mengingat latar belakang dua investor baru Bank Artos punya rekam jejak positif di bank digital.


MEI adalah perusahaan yang kini dipimpin Jerry Ng, mantan Wakil Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) dan mantan Direktur Utama PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. (BPTN) yang mengembangkan Jenius, bank digital milik BPTN dan sukses.

Sementara itu WTT yang berbasis di Hong Kong adalah perusahaan milik Ares Wonder Group, perusahaan investasi yang didirikan berdasarkan hukum Kepulauan Cayman dan dikendalikan oleh Patrick Sugito Walujo, co-founder dan Managing Partner Northstar Group sejak tahun 2003.

Mengacu prospektus Bank Artos, Northstar Group disebutkan mengelola aset alternatif dengan ana kelolaan mencapai lebih dari US$ 2 miliar dan memiliki pengalaman luas dalam berinvestasi di Indonesia termasuk di lembaga keuangan, dan perusahaan rintisan seperti Gojek.

Liarnya saham Bank Artos pada pekan lalu membuat BEI akhirnya langsung menghentikan sementara perdagangan (suspensi) saham perusahaan pada Jumat, (4/10/2019). Suspensi ketiga ini akhirnya dibuka lagi pada Senin (7/10) karena manajemen ARTO sudah menyampaikan penjelasan soal rumor GoBank tersebut.

Lalu setelah suspensi dibuka pada Senin, saham ARTO langsung menyentuh auto reject untuk kesekian kalinya sehingga membuat BEI kembali mensuspensi saham tersebut keesokan harinya, Selasa pagi (8/10).

"BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham ARTO di pasar reguler dan tunai sejak 8 Oktober 2019 sampai ada pengumuman bursa lebih lanjut," kata Kepala Divisi Pengawasan Perdagangan Lidia M Panjaitan, dalam pengumuman yang disampaikan di BEI, Selasa.

Sebelumnya BEI juga sudah melakukan penghentian sementara saham ARTO sebanyak tiga kali guna mendinginkan pasar (cooling down) seiring dengan kenaikan harga sahamnya yang tidak wajar.


Mengacu data BEI, pada awal tahun harga saham ARTO tercatat pada level Rp 184/saham. Sementara itu, dari pada perdagangan Senin kemarin harga saham ARTO sudah bertengger pada level Rp 2.630/saham.

Artinya kenaikan harga saham ARTO mencapai 1.329,35%. Kenaikan harga yang sangat signifikan ini terjadi dalam kurung waktu kurang dari 10 bulan.

LANJUT HALAMAN 2: Keuntungan keluarga Hardy

Dengan meroketnya kenaikan ini memberi cuan bagi investor pemegang saham, termasuk investor publik juga tinggi. Sayang, di beberapa grup WhatsApp, sejumlah investor kesulitan mendapatkan pasokan saham ini. Tercatat, ada 20% saham investor publik di ARTO.

Tak hanya publik, keluarga pemilik Bank Arto juga meraup untung besar dari kenaikan harga saham dan tentunya harga penjualan saham ke MEI dan WTT.

Laporan keuangan 2016 Bank Arto mencatat bank ini adalah Bank Umum Swasta non-Devisa yang berkantor pusat di Bandung, Jawa Barat dan didirikan oleh keluarga Hardy. Dalam pertumbuhannya, Bank Artos memfokuskan bisnis kemitraan dan akhirnya berhasil masuk BEI dengan kode ARTO sejak 12 Januari 2016.

Sebelum akuisisi Agustus lalu, Arto Hardy memiliki 476.468.750 saham (39,50%), Sinatra Arto Hardy 162.843.750 saham (13,50%), William Arto Hardy yang merupakan komisaris utama sebanyak 162.843.750 saham (13,50%) dan Lina Arto Hardy 162.843.750 (13,50%), serta sisanya publik 20%.

Dengan asumsi harga awal tahun Rp 184/saham, maka nilai kepemilikan Arto Hardy sebesar Rp 88 miliar, Sinatra, William, dan Lina masing-masing Rp 30 miliar. Total nilai saham keluarga Arto Hardy menjadi Rp 178 miliar.


Jadi, dengan kenaikan hingga sekitar 1.329% sejak awal tahun menjadi Rp 2.630/saham saat ini, nilai kepemilikan saham Arto Hardy menjadi Rp 1,25 triliun, sementara Sinatra, Willilam, dan Lina masing-masing Rp 428 miliar.

Bisa dibayangkan, keuntungan Arto Hardy saja dari kenaikan harga saham Bank Artos mencapai Rp 1,16 triliun. Total nilai saham keluarga Arto Hardy kini mencapai Rp 2,53 triliun.

Adapun nanti setelah akuisisi kelar, maka keluarga Arto hanya diwakili oleh Sinatra, William, dan Lina masing-masing hanya 1,50%, sementara Arto Hardy tidak lagi memiliki saham bank yang didirikannya ini. Sementara saham MEI menjadi 37,65% dan WTT sebesar 13,55%.

Adapun setelah pelaksanaan rights issue, maka saham Sinatra, Lina dan William masih 1,50%, sedangkan MEI 37,65% dan WTT 13,35%, sementara yang berubah adalah saham publik menjadi 40%.

Pekan lalu, sumber CNBC Indonesia membisikkan Bank Artos nantinya akan menjadi bank digital yang menangani transaksi Gojek kemudian ditransformasikan menjadi GoBank atau milik Gojek.

"Semua transaksi Gojek akan diurus oleh Gobank. Jadi biaya transaksi bisa ditekan tetapi pendapatan dari transaksi masuk ke Gojek. Transformasi ini akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan setelah core bisnis bank digital berjalan stabil," ujarnya, seperti dikutip Kamis (3/10/2019).

Namun Direktur Utama sekaligus Sekretaris Perusahaan Bank Artos, Deddy Triyana, mengatakan informasi bank tersebut berubah menjadi Bank Gojek bukan dari perusahaan.


"Dalam pemberitaan di atas juga dikutip pernyataan Dirut MEI [PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia, pembeli Bank Artos] bahwa saat ini tidak ada rencana bagi Bank Artos nantinya untuk melakukan kerja sama eksklusif dengan platform teknologi atau ekosistem mana pun," tegas Deddy dalam surat jawaban kepada BEI, dikutip CNBC Indonesia, Jumat (4/10).

Deddy juga menjelaskan, sehubungan dengan rencana pengambilalihan saham perseroan (akuisisi), pihaknya sudah menyampaikan informasi sesuai dengan pengumuman ringkasan rancangan pengambilalihan yang telah diumumkan oleh Bank Artos pada 22 Agustus 2019.

Adapun perubahan informasi dan pernyataan kembali atas ringkasan rancangan pengambilalihan atau akuisisi tersebut juga sudah disampaikan kepada otoritas bursa pada 26 September 2019.

Baik MEI maupun WTT secara bersama-sama akan mengakuisisi saham tidak kurang dari 51% dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor penuh Bank Artos, di mana MEI akan memiliki 37,65% saham dan WTT akan memiliki 13,35% saham. Dana untuk akuisisi Bank Artos oleh MEI dan WTT berasal dari dana internal masing-masing.
(tas/sef) Next Article Akuisisi Bank Artos, Hadiah Natal Jerry Ng & Patrick Walujo

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular