Ada Jan Darmadi di Belakang Nomura Sekuritas
tahir saleh, CNBC Indonesia
19 July 2019 17:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah PT Deutsche Bank Sekuritas Indonesia dan PT Merrill Lynch Sekuritas Indonesia, pasar keuangan Tanah Air lagi-lagi menerima kabar ada perusahaan sekuritas asing lain yang juga akan mengurangi aktivitas bisnis, terutama perantara perdagangan efek (brokerage).
Perusahaan tersebut adalah PT Nomura Sekuritas Indonesia, broker asing berkode FG yang dimiliki oleh investor Hong Kong, Nomura International (Hong Kong).
Nomura Sekuritas akan mengurangi aktivitasnya di Indonesia, namun akan tetap mengisi kursi Anggota Bursa (AB) yang saat ini dimilikinya.
"Nomura mengurangi aktivitasnya, dan kalau ramai ya balik lagi," kata Inarno Djajadi, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), kepada reporter CNBC Indonesia, Kamis (18/7/2019).
Inarno menilai hengkangnya broker asing khususnya untuk lini bisnis perantara perdagangan efek dari Indonesia merupakan keputusan dari regional masing-masing perusahaan, bukan karena pasar Indonesia yang dinilai tak menarik.
Menurut dia, salah satu penyebabnya adalah dengan adanya ketidakpastian ekonomi secara global memang berdampak ke dalam negeri, namun Indonesia sendiri dinilai masih memiliki potensi pertumbuhan yang baik.
Data BEI mencatat, Nomura Sekuritas Indonesia memiliki izin usah sebagai penjamin emisi efek (underwriter) dan perantara perdagangan efek.
Profil Anggota Bursa di BEI mencatat, Nomura masuk ke Indonesia dengan menggandeng investor lokal. Saham perusahaan dipegang mayoritas oleh Nomura Asia Pacific Holdings Co Ltd 80,8% yang berbasis di Jepang, sisanya dimiliki oleh Nomura International (Hong Kong) 11,4%, Nomura Holdings Inc 4,2%, PT Jan Darmadi Investindo 3%, dan PT Santini Lestari Lokaprima 0,6%.
Jan Darmadi Investindo adalah perusahaan entitas induk terakhir (ultimate parent) dari emiten properti PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) atau JSI, sebagaimana tercatat dalam laporan keuangan JSI per Maret 2019.
Situs resmi Jsi.co.id mengungkapkan bahwa perusahaan ini dibangun oleh Jan Darmadi pada 1975 dan dikenal unggul dalam inovasi produk. JSI juga berhasil memperoleh kepercayaan dari beberapa mitra bisnis internasional, termasuk Hyatt International, Accor Asia Pacific, Itochu Corporation, Shimizu dan tentu saja Nomura yang berbasis di Jepang.
Di pasar properti, nama Darmadi sudah populer sebagai salah satu pengusaha Indonesia yang memelopori pengembangan kawasan bisnis komersial di Jakarta dan resor mewah di Bali.
Darmadi kini dipercaya oleh Presiden Joko Widodo untuk menjadi salah satu anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) 2015-2019. Ketua Wantimpres saat ini ialah Sri Adiningsih, ekonom dari UGM.
Laman resmi Wantimpres mengungkapkan, Jan Darmadi saat ini menjabat Presiden Komisaris PT Wynncor Bali, Presiden Komisaris PT Skyline Building, Presiden Komisaris Jan Darmadi Investindo, Presiden Komisaris PT Rasuna Setiabudi Raya, Komisaris PT Property Java, dan beberapa perusahaan lainnya.
Wynncor Bali dan Skyline Building juga anak usaha dari Jakarta Setiabudi, emiten yang kini dipimpin oleh Jefri Darmadi.
Per Maret 2019, saham terbesar Jakarta Setiabudi dipegang oleh Jan Darmadi Investindo sebesar 57,67%.
CNBC Indonesia sudah mengontak Jan Darmadi terkait dengan pengurangan bisnis Nomura Sekuritas, tapi hingga kini belum ada konfirmasi dari pihak perusahaan.
Khusus Nomura Sekuritas Indonesia, melansir laporan keuangan perusahaan kuartal I-2019, total pemasukan perusahaan sekuritas ini anjlok 12,38% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 39,66 miliar dari Rp 45,26 miliar. Kemudian, jika ditilik lebih dalam mayoritas (68,56%) pemasukan berasal dari transaksi signifikandenganNomura Group.
Momok dari pertumbuhan negatif pos pemasukan perusahaan, karena rendahnya pendapatan dari kegiatan underwriter (bisnis penjamin emisi). Pos pendapatan tersebut terperosok lebih dari setengahnya (54,23% YoY) menjadi Rp 5,45 miliar di kuartal I-2019, dari Rp 11,911 miliar di kuartal I-2018.
Adapun pos pendapatan lainnya, yaitu lini usaha brokerage tumbuh cenderung stagnan dengan hanya naik 2,57% secara tahunan menjadi Rp 34,21 miliar. Sekitar 63,55% merupakan hasil transaksi dengan perusahaan yang tergabung dalam Nomura Group.
Meski total pendapatan perusahaan terkoreksi, pos laba bersih masih mampu tumbuh sampai 29,02% menjadi Rp 18,73 miliar. Torehan tersebut dapat dicapai perusahaan karena pos pendapatan bunga naik dari Rp 10,35 miliar menjadi Rp 14,83 miliar.
(hps) Next Article Tak Hanya 40 MI, OJK Periksa Kepatuhan 40 Perusahaan Efek
Perusahaan tersebut adalah PT Nomura Sekuritas Indonesia, broker asing berkode FG yang dimiliki oleh investor Hong Kong, Nomura International (Hong Kong).
Nomura Sekuritas akan mengurangi aktivitasnya di Indonesia, namun akan tetap mengisi kursi Anggota Bursa (AB) yang saat ini dimilikinya.
"Nomura mengurangi aktivitasnya, dan kalau ramai ya balik lagi," kata Inarno Djajadi, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), kepada reporter CNBC Indonesia, Kamis (18/7/2019).
![]() |
Inarno menilai hengkangnya broker asing khususnya untuk lini bisnis perantara perdagangan efek dari Indonesia merupakan keputusan dari regional masing-masing perusahaan, bukan karena pasar Indonesia yang dinilai tak menarik.
Menurut dia, salah satu penyebabnya adalah dengan adanya ketidakpastian ekonomi secara global memang berdampak ke dalam negeri, namun Indonesia sendiri dinilai masih memiliki potensi pertumbuhan yang baik.
Data BEI mencatat, Nomura Sekuritas Indonesia memiliki izin usah sebagai penjamin emisi efek (underwriter) dan perantara perdagangan efek.
Profil Anggota Bursa di BEI mencatat, Nomura masuk ke Indonesia dengan menggandeng investor lokal. Saham perusahaan dipegang mayoritas oleh Nomura Asia Pacific Holdings Co Ltd 80,8% yang berbasis di Jepang, sisanya dimiliki oleh Nomura International (Hong Kong) 11,4%, Nomura Holdings Inc 4,2%, PT Jan Darmadi Investindo 3%, dan PT Santini Lestari Lokaprima 0,6%.
Jan Darmadi Investindo adalah perusahaan entitas induk terakhir (ultimate parent) dari emiten properti PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) atau JSI, sebagaimana tercatat dalam laporan keuangan JSI per Maret 2019.
Di pasar properti, nama Darmadi sudah populer sebagai salah satu pengusaha Indonesia yang memelopori pengembangan kawasan bisnis komersial di Jakarta dan resor mewah di Bali.
Darmadi kini dipercaya oleh Presiden Joko Widodo untuk menjadi salah satu anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) 2015-2019. Ketua Wantimpres saat ini ialah Sri Adiningsih, ekonom dari UGM.
Laman resmi Wantimpres mengungkapkan, Jan Darmadi saat ini menjabat Presiden Komisaris PT Wynncor Bali, Presiden Komisaris PT Skyline Building, Presiden Komisaris Jan Darmadi Investindo, Presiden Komisaris PT Rasuna Setiabudi Raya, Komisaris PT Property Java, dan beberapa perusahaan lainnya.
Wynncor Bali dan Skyline Building juga anak usaha dari Jakarta Setiabudi, emiten yang kini dipimpin oleh Jefri Darmadi.
Per Maret 2019, saham terbesar Jakarta Setiabudi dipegang oleh Jan Darmadi Investindo sebesar 57,67%.
CNBC Indonesia sudah mengontak Jan Darmadi terkait dengan pengurangan bisnis Nomura Sekuritas, tapi hingga kini belum ada konfirmasi dari pihak perusahaan.
Khusus Nomura Sekuritas Indonesia, melansir laporan keuangan perusahaan kuartal I-2019, total pemasukan perusahaan sekuritas ini anjlok 12,38% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 39,66 miliar dari Rp 45,26 miliar. Kemudian, jika ditilik lebih dalam mayoritas (68,56%) pemasukan berasal dari transaksi signifikandenganNomura Group.
Momok dari pertumbuhan negatif pos pemasukan perusahaan, karena rendahnya pendapatan dari kegiatan underwriter (bisnis penjamin emisi). Pos pendapatan tersebut terperosok lebih dari setengahnya (54,23% YoY) menjadi Rp 5,45 miliar di kuartal I-2019, dari Rp 11,911 miliar di kuartal I-2018.
Adapun pos pendapatan lainnya, yaitu lini usaha brokerage tumbuh cenderung stagnan dengan hanya naik 2,57% secara tahunan menjadi Rp 34,21 miliar. Sekitar 63,55% merupakan hasil transaksi dengan perusahaan yang tergabung dalam Nomura Group.
Meski total pendapatan perusahaan terkoreksi, pos laba bersih masih mampu tumbuh sampai 29,02% menjadi Rp 18,73 miliar. Torehan tersebut dapat dicapai perusahaan karena pos pendapatan bunga naik dari Rp 10,35 miliar menjadi Rp 14,83 miliar.
(hps) Next Article Tak Hanya 40 MI, OJK Periksa Kepatuhan 40 Perusahaan Efek
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular