Apa Benar Sektor Konstruksi Menarik di Semester 2?

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
08 July 2019 12:04
Para analis pasar modal meyakini sektor konstruksi pada semester II-2019 masih cukup prospektif.
Foto: Progres konstruksi Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) makin dikebut dengan telah selesainya proses perakitan mesin Tunnel Boring Machine (TBM) yaitu alat bor raksasa yang didatangkan khusus dari Zhanghuabang Wharf, Shanghai Tiongkok. Sejak pertama kali dirakit pada pertengahan Februari 2019, alat bor raksasa ini kini segera dioperasikan menembus lapisan tanah di bawah tol Cikampek mulai KM 3+300, dari arah Jakarta. (Dok. KCIC)
Jakarta, CNBC Indonesia - Para analis pasar modal meyakini sektor konstruksi pada semester II-2019 masih cukup prospektif pascaselesainya perhelatan Pemilihan Presiden 2019. Ini menjadi katalis positif bagi emiten-emiten konstruksi yang siap memulai kembali lelang proyek infrastruktur.

Franky Rivan, Senior Research Analyst Kresna Sekuritas menjelaskan penyaluran kredit bank-bank milik negara (Himbara) ke perusahaan-perusahaan pelat merah yang kian terbatas juga akan berdampak bagi sektor konstruksi di pasar modal.

Namun di tengah tekanan itu, dia memberikan bobot rekomendasi overweight bagi saham-saham emiten sektor konstruksi. Rekomendasi atas saham emiten ini karena risiko tahun politik yang mulai menurun. Overweight adalah rekomendasi yang cenderung melihat harga saham lebih tinggi dari nilai atau harga wajarnya.


"Di semester kedua setelah pemilu baru mulai lagi lelang proyek," kata Franky kepada CNBC Indonesia, Senin (8/7/2019).

Namun Rivan menjelaskan, Holding BUMN infrastruktur akan berdampak positif bagi emiten pelat merah memiliki pendanaan yang lebih besar.

Holding BUMN infrastruktur akan terdiri dari enam perusahaan yakni PT Hutama Karya (Persero) sebagai induk, dengan anggota PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Yodya Karya, dan PT Indra Karya.

Selain itu, bila wacana pemerintah direalisasikan mengenai pemindahan ibu kota, hal itu juga akan menjadi sentimen positif dan peluang bagi emiten-emiten BUMN karya meraih kontrak baru lebih banyak lagi.

"Saat ini yang direkomendasikan saham PTPP dengan rekomendasi beli di level Rp 2.760 per sahm," kata dia.

Di sisi lain, Samuel Sekuritas merekomendasikan netral bagi sektor konstruksi pada tahun ini. Hal ini diutarakan dalam "Market Outlook 2019" yang tertuang di laman perseroan.

Rekomendasi netral, sederhananya tidak memiliki kecenderungan tertentu terhadap saham, baik itu buy maupun sell.

Sektor konstruksi akan mendapat katalis positif dari berlanjutnya proyek strategis nasional. Selain itu, penandatanganan beberapa proyek pada acara Annual Meetings IMF - World Bank Group 2018 lalu di Nusa Dua, Bali, juga menunjukkan proyek infrastruktur Indonesia memiliki daya tarik.

Ada beberapa faktor yang mendorong Samuel Sekuritas memberikan rekomendasi netral, pertama yakni berlanjutnya pesimisme pasar pada kemampuan pendanaan emiten konstruksi.

Kedua, penilaian arus kas (cash flow) akan selalu negatif, ditambah dengan minat pasar pada saham sektor konstruksi yang belum membaik.

Tak hanya itu, risiko kejutan politik, kebijakan akselerasi infrastruktur, berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah dan ketidakpastian kondisi makro domestik juga berperan jadi sentimen.

"Secara keseluruhan rekomendasi buy untuk ADHI, WIKA, WSKT, PTPP karena valuasi yang murah," tulis Samuel Sekuritas.

Proyek infrastruktur bikin utang BUMN bengkak.

[Gambas:Video CNBC]


(tas) Next Article PTPP Mau Tambah Utang Lagi via Obligasi Rp 2,35 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular