Lama Tertidur, Mampukah Saham TAXI Bangkit Lagi?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 June 2019 09:30
Lama Tertidur, Mampukah Saham TAXI Bangkit Lagi?
Foto: Ilustrasi taksi Express (REUTERS/Darren Whiteside)
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) merupakan salah satu saham yang rajin keluar-masuk daftar suspensi. Pada 21 Maret 2018, saham TAXI disuspensi atau dihentikan sementara karena membukukan kenaikan yang begitu signifikan dalam waktu singkat, sehingga Bursa Efek Indonesia (BEI) menganggap perlu adanya penghentian untuk cooling down.

Kala itu, kenaikan saham TAXI dipicu oleh kebijakan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk menyetop sementara (moratorium) pendaftaran pengemudi baru untuk taksi online.

Kebijakan ini bertujuan untuk melindungi para pengemudi yang telah menjadi mitra taksi online, dengan cara mencegah persaingan yang kelewat sengit.

Memang, Kementerian Perhubungan saat itu menyampaikan bahwa mitra pengemudi daring yang terdaftar sudah melampaui hingga dua sampai tiga kali lipat dari kuota yang ditetapkan oleh regulator. Akibatnya, kompetisi yang dihadapi di lapangan semakin ketat.

Adanya moratorium diharapkan dapat memberi ruang bagi perusahaan-perusahaan taksi konvensional untuk dapat kembali bersaing.

Sebelumnya, pesatnya pertumbuhan industri taksi online telah memukul kinerja keuangan perusahaan-perusahaan taksi konvensional dengan sangat dalam.

Pada 2 April 2018, saham TAXI kembali disuspensi karena perusahaan menunda pembayaran bunga obligasi ke-15 atas Obligasi I Express Transindo Utama Tahun 2014, dan sahamnya dibuka kembali pada 5 April 2018 karena pembayaran mulai dilakukan kepada pemegang obligasi.

Pada 25 Juni 2018, perdagangan saham TAXI dihentikan lagi (termasuk perdagangan obligasinya) seiring dengan penundaan pembayaran bunga ke-16 atas Obligasi I Express Transindo Utama Tahun 2014. Setelah kesepakatan dengan pemegang obligasi dicapai, 11 bulan kemudian atau pada 24 Mei 2019, saham TAXI kembali diperdagangkan.

Namun, selepas perdagangan dibuka kembali pada 24 Mei 2019, harga saham TAXI berangsur-angsur ambruk. Terhitung sejak tanggal 27 mei 2019, harga saham TAXI anteng di level Rp 50/saham. Sebagai informasi, saat ini batas harga bawah dari saham yang diperdagangkan di BEI dipatok di level Rp 50/saham.





Lantas, mampukah harga saham TAXI bangkit lagi?

LANJUT KE HALAMAN 2>>

Kalau dari sisi kinerja keuangan, jelas TAXI berada dalam posisi yang sulit. Bagaimana tidak, sudah dalam 3 tahun terakhir (2016-2018) perusahaan membukukan kerugian. Penyebabnya, pendapatan yang terus merosot tajam.

Pada tahun 2015, melansir data yang disajikan Refinitiv, perusahaan membukukan keuntungan senilai Rp 50,7 miliar. Kala itu, perusahaan berhasil meraup pendapatan senilai Rp 970,1 miliar.

Dalam 3 tahun berikutnya secara berurutan (2016, 2017, dan 2018), perusahaan membukukan kerugian masing-masing senilai Rp 184,5 miliar, Rp 491,4 miliar, dan Rp 836,4 miliar.

Dalam periode tersebut, pendapatan perusahaan terus merosot, dari Rp 618,2 miliar (2016) menjadi Rp 304,7 miliar (2017), dan kemudian Rp 241,7 miliar (2018).

Kehadiran moda transportasi berbasis online terlihat jelas sudah menekan kinerja perusahaan. Berbagai promo yang dikucurkan oleh dua pemain besar di industri transportasi berbasis online yakni Go-Jek dan Grab membuat armada perusahaan menjadi kurang kompetitif yang pada akhirnya berujung pada penurunan permintaan.

Memang, TAXI tak tinggal diam. Perusahaan diketahui menjalin kerjasama dengan Grab yang memungkinkan armadanya dipesan melalui aplikasi. Namun, hal ini bisa dibilang gagal dalam mendongkrak kinerja perusahaan.

Di saat kerugian membengkak, tentu kewajiban tetap harus dipenuhi. Memang, perusahaan sudah mengambil sebuah keputusan besar untuk melunasi utangnya yakni dengan melakukan restrukturisasi obligasi.

Restrukturisasi dilakukan dengan mengonversi obligasi menjadi saham di perusahaan yakni dengan penambahan modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (non-HMETD) atau private placement. Sebuah keputusan yang besar, lantaran kepemilikan pemegang saham lama otomatis menjadi terdilusi. Restrukturisasi inilah yang membuat suspensi atas saham TAXI yang berlangsung selama 11 bulan lamanya dicabut pada 24 Mei 2019.

Merujuk ke prospektus yang dirilis perusahaan mengenai rencana private placement, perusahaan menerbitkan saham baru sebanyak 10 miliar saham atau setara dengan 466,07% dari modal ditempatkan dan disetor perusahaan. Penerbitan saham baru ini dilakukan untuk mengkonversi utang obligasi senilai Rp 1 triliun.

Konversi ini akan dilakukan bertahap, di mana tahap pertama akan dikonversi utang sebanyak Rp 400 miliar menjadi 4 miliar saham. Tahap kedua akan jatuh tempo pada 31 Desember 2020 dengan mengkonversi obligasi senilai Rp 600 miliar dengan sebanyak 6 miliar saham.

Namun, kalau pendapatan terus turun, besar kemungkinan kerugian perusahaan akan terus membengkak dan membuat ekuitas tergerus. Pada akhirnya, saham TAXI akan sulit untuk beranjak dari level Rp 50/saham.

LANJUT KE HALAMAN 3>> Harapan bagi TAXI datang dari kehadiran suntikan dana segar. BEI menyebutkan bahwa perusahaan telah mendapatkan calon investor baru dari pemegang saham mayoritasnya yakni PT Rajawali Corpora. Investor ini nantinya akan mengambil peran sebagai penyedia pengadaan taksi baru untuk perusahaan.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI IGD N Yetna Setia mengatakan informasi adanya investor baru ini sudah disampaikan pihak perusahaan kepada Bursa terkait dengan permintaan penjelasan mengenai keberlanjutan usaha (going concern) perusahaan.

Dalam penyampaian tersebut, Bursa menilai perusahaan sudah memiliki rencana strategis untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.

"PT Rajawali Corpora (RC) selaku pemegang saham pengendali perseroan, memperkenalkan calon investor baru dan menjembatani diskusi antara perseroan dengan calon investor agar proyek pengadaan taksi baru dapat terealisasi dengan baik," kata Yetna kepada CNBC Indonesia, Selasa (25/6/2019).

Dengan adanya suntikan dana segar tersebut, tentu ada peluang kerugian perusahaan bisa ditipiskan dan pada akhirnya harga saham perusahaan bisa bangun dari tidurnya.

Namun, nampaknya akan sulit jika mengharapkan harga saham TAXI akan naik secara signifikan.

Pasalnya, untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan strategi yang benar-benar jitu di tengah ketatnya persaingan dengan pemain besar di industri transportasi berbasis online (Go-Jek dan Grab) guna menipiskan kerugian secara signifikan atau membalikkan kinerja keuangan menjadi untung.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular