Lama Tertidur, Mampukah Saham TAXI Bangkit Lagi?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 June 2019 09:30
Rugi TAXI Terus Membengkak
Foto: Taksi Express (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Kalau dari sisi kinerja keuangan, jelas TAXI berada dalam posisi yang sulit. Bagaimana tidak, sudah dalam 3 tahun terakhir (2016-2018) perusahaan membukukan kerugian. Penyebabnya, pendapatan yang terus merosot tajam.

Pada tahun 2015, melansir data yang disajikan Refinitiv, perusahaan membukukan keuntungan senilai Rp 50,7 miliar. Kala itu, perusahaan berhasil meraup pendapatan senilai Rp 970,1 miliar.

Dalam 3 tahun berikutnya secara berurutan (2016, 2017, dan 2018), perusahaan membukukan kerugian masing-masing senilai Rp 184,5 miliar, Rp 491,4 miliar, dan Rp 836,4 miliar.

Dalam periode tersebut, pendapatan perusahaan terus merosot, dari Rp 618,2 miliar (2016) menjadi Rp 304,7 miliar (2017), dan kemudian Rp 241,7 miliar (2018).

Kehadiran moda transportasi berbasis online terlihat jelas sudah menekan kinerja perusahaan. Berbagai promo yang dikucurkan oleh dua pemain besar di industri transportasi berbasis online yakni Go-Jek dan Grab membuat armada perusahaan menjadi kurang kompetitif yang pada akhirnya berujung pada penurunan permintaan.

Memang, TAXI tak tinggal diam. Perusahaan diketahui menjalin kerjasama dengan Grab yang memungkinkan armadanya dipesan melalui aplikasi. Namun, hal ini bisa dibilang gagal dalam mendongkrak kinerja perusahaan.

Di saat kerugian membengkak, tentu kewajiban tetap harus dipenuhi. Memang, perusahaan sudah mengambil sebuah keputusan besar untuk melunasi utangnya yakni dengan melakukan restrukturisasi obligasi.

Restrukturisasi dilakukan dengan mengonversi obligasi menjadi saham di perusahaan yakni dengan penambahan modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (non-HMETD) atau private placement. Sebuah keputusan yang besar, lantaran kepemilikan pemegang saham lama otomatis menjadi terdilusi. Restrukturisasi inilah yang membuat suspensi atas saham TAXI yang berlangsung selama 11 bulan lamanya dicabut pada 24 Mei 2019.

Merujuk ke prospektus yang dirilis perusahaan mengenai rencana private placement, perusahaan menerbitkan saham baru sebanyak 10 miliar saham atau setara dengan 466,07% dari modal ditempatkan dan disetor perusahaan. Penerbitan saham baru ini dilakukan untuk mengkonversi utang obligasi senilai Rp 1 triliun.

Konversi ini akan dilakukan bertahap, di mana tahap pertama akan dikonversi utang sebanyak Rp 400 miliar menjadi 4 miliar saham. Tahap kedua akan jatuh tempo pada 31 Desember 2020 dengan mengkonversi obligasi senilai Rp 600 miliar dengan sebanyak 6 miliar saham.

Namun, kalau pendapatan terus turun, besar kemungkinan kerugian perusahaan akan terus membengkak dan membuat ekuitas tergerus. Pada akhirnya, saham TAXI akan sulit untuk beranjak dari level Rp 50/saham.

LANJUT KE HALAMAN 3>> (ank/tas)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular