Hikayat Saham TAXI; Pernah Rp 1.500/saham, Kini Gocap
tahir saleh, CNBC Indonesia
25 June 2019 12:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) telah membuka kembali perdagangan saham PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) setelah sebelumnya dihentikan perdagangan sementara (suspensi) sejak 25 Juni 2018. Perdagangan saham emiten taksi ini sudah dibuka kembali mulai sesi I Jumat 24 Mei 2019 di seluruh pasar.
Namun saat diperdagangkan kembali saat itu, saham TAXI langsung nyungsep 34,44% ke harga Rp 59/saham dari harga penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 90/saham.
Saham TAXI ketika diperdagangkan kala itu sebanyak 3,13 juta saham dengan nilai perdagangan mencapai Rp 184,79 juta dengan frekuensi 164 kali. Pada perdagangan 25 Juni ini, saham pengelola Taksi Express ini minim transaksi, dan cenderung tidur.
Saham perusahaan pun sebelumnya sempat disuspensi lama karena perusahaan sempat menunda pembayaran bunga obligasi ke-15 atas Obligasi I Express Transindo Utama Tahun 2014, sebelum akhirnya dibuka lagi sahamnya per 24 Mei lalu karena ada kesepakatan dengan pemegang obligasi.
Mengacu data laporan keuangan, TAXI tercatat di Bursa Efek Indonesia menjadi perusahaan publik atau emiten pada 2 November 2012.
Saat itu perusahaan melepas saham perdana (initial public offering/IPO) sebanyak 1.051.280.000 dengan harga perdana Rp 560/saham, sehingga mengantongi sekitar Rp 589 miliar dana IPO.
Data perdagangan BEI mengungkapkan, saham TAXI sejak 2012 hingga 2019, secara tahunan pernah menyentuh level tertinggi Rp 1.460/saham yang dibukukan pada 31 Desember 2013, setahun setelah listing perdana.
Secara kuartalan, kenaikan tertinggi saham perusahaan milik Grup Rajawali ini sempat pernah mencapai Rp 1.500/saham pada 30 September 2013. Kala itu Taksi Express memang lagi ketiban rejeki prospek bisnis yang positif sehingga direspons pelaku pasar modal.
Hingga September 2013, TAXI membukukan laba bersih sebesar Rp 95,15 miliar. Jumlah ini meningkat 56% dibanding periode yang sama tahun 2012 yakni sebesar Rp 60,9 miliar.
Perseroan juga mencatatkan total pendapatan pada September tahun itu sebesar Rp 506,28 miliar, meningkat 37% dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp 370,19 miliar. Bahkan di tahun saat sahamnya meroket, Express berencana menambah armada sebanyak 2.000 unit taksi reguler, sehingga pada akhir tahun 2013 jumlah armada taksi regulernya ditargetkan menjadi 10.035 unit.
Namun dengan mulai merangseknya penetrasi bisnis Gojek (mulai 2010) dan Grab (mulai 2012) serta Uber (mulai beroperasi di Asia Tenggara pada 2013), bisnis taksi konvensional yang dijalani TAXI--dan juga pesaingnya PT Blue Bird Tbk (BIRD) juga terpengaruh. Sangat terpengaruh.
Derita dimulai pada 30 Desember 2016, ketika saham TAXI melorot ke level terendah alias masuk saham gocap yakni Rp 50/saham.
Level harga bawah ini terus dialami saham Taksi Express hingga sepanjang tahun 2018 yakni bergerak di level Rp 90-50/saham. Artinya saham Express sudah minus 91% dari harga IPO dan amblas 97% dari harga tertingginya. Selain itu, perseroan pun mulai mengalami kesulitan dalam membayar kewajiban obligasi yang sempat diterbitkan pada 2014.
Imbasnya sangat terasa tahun 2018. Rugi bersih atribusi induk TAXI meroket 70,21% menjadi Rp 836,4 miliar. Rugi bersih yang membengkak tersebut disebabkan oleh turunnya pendapatan sebesar 20,69% menjadi Rp 241,7 miliar dari tahun sebelumnya Rp 304,7 miliar.
Data terbaru pada kuartal I-2019, pendapatan turun lagi 39% menjadi Rp 38 miliar dari periode yang sama 2018 yakni Rp 62 miliar. Rugi bersih tercatat Rp 42,19 miliar dari kuartal I-2018 yang merugi hingga Rp 109 miliar.
Investor tentu berharap kinerja perusahaan bisa pulih dengan adanya inovasi karena jangan sampai TAXI menyusul beberapa emiten sebelumnya yang sudah didepak dari BEI. Hingga kuartal I-2019, saham publik di saham TAXI sebesar 48,99%.
(tas/hps) Next Article Bayar Utang ke BCA, Taksi Express Jual Tanah
Namun saat diperdagangkan kembali saat itu, saham TAXI langsung nyungsep 34,44% ke harga Rp 59/saham dari harga penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 90/saham.
Saham TAXI ketika diperdagangkan kala itu sebanyak 3,13 juta saham dengan nilai perdagangan mencapai Rp 184,79 juta dengan frekuensi 164 kali. Pada perdagangan 25 Juni ini, saham pengelola Taksi Express ini minim transaksi, dan cenderung tidur.
Mengacu data laporan keuangan, TAXI tercatat di Bursa Efek Indonesia menjadi perusahaan publik atau emiten pada 2 November 2012.
Saat itu perusahaan melepas saham perdana (initial public offering/IPO) sebanyak 1.051.280.000 dengan harga perdana Rp 560/saham, sehingga mengantongi sekitar Rp 589 miliar dana IPO.
Data perdagangan BEI mengungkapkan, saham TAXI sejak 2012 hingga 2019, secara tahunan pernah menyentuh level tertinggi Rp 1.460/saham yang dibukukan pada 31 Desember 2013, setahun setelah listing perdana.
Secara kuartalan, kenaikan tertinggi saham perusahaan milik Grup Rajawali ini sempat pernah mencapai Rp 1.500/saham pada 30 September 2013. Kala itu Taksi Express memang lagi ketiban rejeki prospek bisnis yang positif sehingga direspons pelaku pasar modal.
Hingga September 2013, TAXI membukukan laba bersih sebesar Rp 95,15 miliar. Jumlah ini meningkat 56% dibanding periode yang sama tahun 2012 yakni sebesar Rp 60,9 miliar.
Perseroan juga mencatatkan total pendapatan pada September tahun itu sebesar Rp 506,28 miliar, meningkat 37% dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp 370,19 miliar. Bahkan di tahun saat sahamnya meroket, Express berencana menambah armada sebanyak 2.000 unit taksi reguler, sehingga pada akhir tahun 2013 jumlah armada taksi regulernya ditargetkan menjadi 10.035 unit.
Namun dengan mulai merangseknya penetrasi bisnis Gojek (mulai 2010) dan Grab (mulai 2012) serta Uber (mulai beroperasi di Asia Tenggara pada 2013), bisnis taksi konvensional yang dijalani TAXI--dan juga pesaingnya PT Blue Bird Tbk (BIRD) juga terpengaruh. Sangat terpengaruh.
Derita dimulai pada 30 Desember 2016, ketika saham TAXI melorot ke level terendah alias masuk saham gocap yakni Rp 50/saham.
Level harga bawah ini terus dialami saham Taksi Express hingga sepanjang tahun 2018 yakni bergerak di level Rp 90-50/saham. Artinya saham Express sudah minus 91% dari harga IPO dan amblas 97% dari harga tertingginya. Selain itu, perseroan pun mulai mengalami kesulitan dalam membayar kewajiban obligasi yang sempat diterbitkan pada 2014.
Imbasnya sangat terasa tahun 2018. Rugi bersih atribusi induk TAXI meroket 70,21% menjadi Rp 836,4 miliar. Rugi bersih yang membengkak tersebut disebabkan oleh turunnya pendapatan sebesar 20,69% menjadi Rp 241,7 miliar dari tahun sebelumnya Rp 304,7 miliar.
Data terbaru pada kuartal I-2019, pendapatan turun lagi 39% menjadi Rp 38 miliar dari periode yang sama 2018 yakni Rp 62 miliar. Rugi bersih tercatat Rp 42,19 miliar dari kuartal I-2018 yang merugi hingga Rp 109 miliar.
Investor tentu berharap kinerja perusahaan bisa pulih dengan adanya inovasi karena jangan sampai TAXI menyusul beberapa emiten sebelumnya yang sudah didepak dari BEI. Hingga kuartal I-2019, saham publik di saham TAXI sebesar 48,99%.
![]() |
(tas/hps) Next Article Bayar Utang ke BCA, Taksi Express Jual Tanah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular