
Najib Razak Tipu Felda? Bagaimana Nasib Saham Eagle High
tahir saleh, CNBC Indonesia
11 April 2019 12:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) dalam 6 bulan terakhir sudah minus hingga 18%. Pada perdagangan Kamis ini (11/4/2019), saham BWPT lagi-lagi meneruskan tren turun dan ditutup minus hingga 2,38% di level Rp 164/saham pada sesi I.
Pelemahan saham perusahaan sawit yang dulunya bernama PT BW Plantation Tbk ini tak bisa dilepaskan dari sentimen negatif kinerja keuangan yang belum pulih dan isu politik di Malaysia, negara asal Lembaga Kemajuan Tanah Persekutuan atau Federal Land Development Authority (Felda), salah satu investor pengendali BWPT.
Mengacu laporan keuangan perusahaan, pendapatan BWPT pada 2018 hanya naik tipis menjadi Rp 3,08 triliun dari tahun sebelumnya Rp 3,05 triliun.
Kendati demikian, perusahaan masih menderita merugi bersih sebesar Rp 446,26 miliar, meskipun berkurang dari rugi bersih tahun sebelumnya Rp 244,73 miliar. Kerugian karena masih adanya rugi penjualan aset, beban bunga, dan kerugian selfish kurs hingga Rp 113,91 miliar.
Sentimen berikutnya yakni soal kisruh politik di Malaysia. Dikutip dari theedgemarkets.com, manajemen Felda menyatakan bahwa Najib Razak (perdana menteri Malaysia yang kalah dalam Pemilu Malaysia 9 Mei 2018, dilengserkan oleh politisi senior Mahathir Mohamad), telah menipu mereka.
Felda menginvestasikan MYR 2,07 miliar atau sekitar Rp 7 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/uS$) ke BWPT yang dituding menggunakan harga akuisisi yang terlalu mahal.
Direktur Jenderal Felda, Datuk Dr Othman Omar, mengajukan laporan kepada polisi di unit kejahatan komersial kepolisian setempat yang mengklaim bahwa Felda ditipu karena didorong untuk mencaplok BPWT yang dimiliki oleh Rajawali Group, 2 tahun lalu.
Menurut Othman, Najib Razak telah mengarahkan Felda untuk berinvestasi di BWPT melalui akuisisi 37% saham. Hal ini diungkapkan dalam surat Kementerian Keuangan Malaysia kepada Felda tanggal 8 Desember 2015.
Eagle High Plantations memiliki total uutang US$ 547,4 juta pada 2014 dan total kewajiban mencapai US$ 676,9 juta pada 2016.
Masih mengutip theedgemarkets.com, pembelian Eagle High, yang dimiliki oleh miliarder Indonesia Tan Sri Peter Sondakh, pemilik Rajawali Group dan teman Najib, dilakukan melalui perusahaan Feld Properties FIC Sdn Bhd, kata Othman.
Dia juga menuding jika rencana akuisisi itu ternyata juga ditawarkan kepada beberapa lembaga termasuk FGV Holdings Bhd, Dewan Minyak Perkebunan Malaysia dan Dewan Karet Malaysia sebelum akhirnya Felda "dipaksa" membeli Eagle High.
Othman mengklaim bahwa perjanjian membeli Eagle High adalah sepihak dan menguntungkan Rajawali karena Felda merogoh kocek lebih dari US$ 505 juta, setara dengan RM2,3 miliar, meskipun Kementerian Keuangan dan Felda sudah menyadari bahwa ada banyak risiko atas kesepakatan tersebut.
Risiko lain ialah perusahaan CPO tersebut tidak mengantongi akreditasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan menurut bukti dokumenter, perusahaan tidak akan dapat mencapai sertifikasi RSPO tersebut bahkan setelah 10 tahun.
Othman lebih lanjut mengklaim bahwa pembelian Eagle High, seperti yang disetujui oleh Felda, mahal karena lebih dari 300% atau US$ 505 juta ketika nilai pasar dari 37% saham BWPT hanya US$ 114 juta.
Pembelian itu juga bertentangan dengan saran dari beberapa konsultan keuangan yakni KPMG Malaysia pada 16 Februari 2016, BDO Malaysia dalam laporan pada 29 April 2016 dan firma hukum Indonesia Hiswara Bunjamin pada 10 November 2016, serta JPMorgan pada 23 Desember 2016.
Oleh karena itu, Othman menuduh Felda dan anak perusahaannya seharusnya tidak mencaplok BWPT senilai US$ 505 juta karena tidak memiliki kapasitas keuangan.
Felda, melalui anak usahanya FIC Properties Sdn Bhd mengakuisisi 37% saham Rajawali di Eagle High Plantations pada April 2017. Proses akuisisi tercatat memakan waktu sekitar 4 bulan setelah sale purchase agreement (SPA) yang ditandatangani kedua belah pihak pada 23 Desember 2016. Nilai akuisisi diperkirakan mencapai US$ 500 juta, atau sekitar Rp 580/saham.
Simak ulasan lengkap soal tuduhan Felda ditipu Najib Razak dalam video ini.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/hps) Next Article Sengkarut Rezim Najib di BWPT
Pelemahan saham perusahaan sawit yang dulunya bernama PT BW Plantation Tbk ini tak bisa dilepaskan dari sentimen negatif kinerja keuangan yang belum pulih dan isu politik di Malaysia, negara asal Lembaga Kemajuan Tanah Persekutuan atau Federal Land Development Authority (Felda), salah satu investor pengendali BWPT.
Mengacu laporan keuangan perusahaan, pendapatan BWPT pada 2018 hanya naik tipis menjadi Rp 3,08 triliun dari tahun sebelumnya Rp 3,05 triliun.
Kendati demikian, perusahaan masih menderita merugi bersih sebesar Rp 446,26 miliar, meskipun berkurang dari rugi bersih tahun sebelumnya Rp 244,73 miliar. Kerugian karena masih adanya rugi penjualan aset, beban bunga, dan kerugian selfish kurs hingga Rp 113,91 miliar.
Sentimen berikutnya yakni soal kisruh politik di Malaysia. Dikutip dari theedgemarkets.com, manajemen Felda menyatakan bahwa Najib Razak (perdana menteri Malaysia yang kalah dalam Pemilu Malaysia 9 Mei 2018, dilengserkan oleh politisi senior Mahathir Mohamad), telah menipu mereka.
Felda menginvestasikan MYR 2,07 miliar atau sekitar Rp 7 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/uS$) ke BWPT yang dituding menggunakan harga akuisisi yang terlalu mahal.
Direktur Jenderal Felda, Datuk Dr Othman Omar, mengajukan laporan kepada polisi di unit kejahatan komersial kepolisian setempat yang mengklaim bahwa Felda ditipu karena didorong untuk mencaplok BPWT yang dimiliki oleh Rajawali Group, 2 tahun lalu.
Menurut Othman, Najib Razak telah mengarahkan Felda untuk berinvestasi di BWPT melalui akuisisi 37% saham. Hal ini diungkapkan dalam surat Kementerian Keuangan Malaysia kepada Felda tanggal 8 Desember 2015.
Masih mengutip theedgemarkets.com, pembelian Eagle High, yang dimiliki oleh miliarder Indonesia Tan Sri Peter Sondakh, pemilik Rajawali Group dan teman Najib, dilakukan melalui perusahaan Feld Properties FIC Sdn Bhd, kata Othman.
Dia juga menuding jika rencana akuisisi itu ternyata juga ditawarkan kepada beberapa lembaga termasuk FGV Holdings Bhd, Dewan Minyak Perkebunan Malaysia dan Dewan Karet Malaysia sebelum akhirnya Felda "dipaksa" membeli Eagle High.
Othman mengklaim bahwa perjanjian membeli Eagle High adalah sepihak dan menguntungkan Rajawali karena Felda merogoh kocek lebih dari US$ 505 juta, setara dengan RM2,3 miliar, meskipun Kementerian Keuangan dan Felda sudah menyadari bahwa ada banyak risiko atas kesepakatan tersebut.
![]() |
Risiko lain ialah perusahaan CPO tersebut tidak mengantongi akreditasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan menurut bukti dokumenter, perusahaan tidak akan dapat mencapai sertifikasi RSPO tersebut bahkan setelah 10 tahun.
Othman lebih lanjut mengklaim bahwa pembelian Eagle High, seperti yang disetujui oleh Felda, mahal karena lebih dari 300% atau US$ 505 juta ketika nilai pasar dari 37% saham BWPT hanya US$ 114 juta.
Pembelian itu juga bertentangan dengan saran dari beberapa konsultan keuangan yakni KPMG Malaysia pada 16 Februari 2016, BDO Malaysia dalam laporan pada 29 April 2016 dan firma hukum Indonesia Hiswara Bunjamin pada 10 November 2016, serta JPMorgan pada 23 Desember 2016.
Oleh karena itu, Othman menuduh Felda dan anak perusahaannya seharusnya tidak mencaplok BWPT senilai US$ 505 juta karena tidak memiliki kapasitas keuangan.
Felda, melalui anak usahanya FIC Properties Sdn Bhd mengakuisisi 37% saham Rajawali di Eagle High Plantations pada April 2017. Proses akuisisi tercatat memakan waktu sekitar 4 bulan setelah sale purchase agreement (SPA) yang ditandatangani kedua belah pihak pada 23 Desember 2016. Nilai akuisisi diperkirakan mencapai US$ 500 juta, atau sekitar Rp 580/saham.
Simak ulasan lengkap soal tuduhan Felda ditipu Najib Razak dalam video ini.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/hps) Next Article Sengkarut Rezim Najib di BWPT
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular