
Jalan Panjang Kongsi Felda & Peter Sondakh di BWPT
tahir saleh, CNBC Indonesia
07 February 2019 16:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Kritikan pedas International Palm Oil Monitor (IPOM) pada medio 2017 atas akuisisi perusahaan milik Malaysia, Felda, di PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) akhirnya kena juga tuahnya.
Akuisisi BWPT saat itu dikritik karena dinilai tidak layak BUMN Malaysia membeli perusahaan yang dulunya bernama PT BW Plantations Tbk ini. Ketidaklayakan yang dimaksud ialah arus kas yang bermasalah, harga akuisisi yang terlampau tinggi, ketidaksesuaian dengan regulasi, dan nilai pinjaman serta pembayaran pinjaman ke bank yang berlebihan.
Ditambah lagi kondisi makin dipolitisasi karena 37% saham yang dibeli Felda adalah milik bos Group Rajawali, yakni Peter Sondakh, yang merupakan kolega bisnis Perdana Menteri Najib Razak yang ketika itu berkuasa.
Muncul kekhawatiran kalau Najib Razak lengser, bagaimana masa depan Felda di perusahaan sawit Indonesia itu?
Posisi Felda menjadi perhatian mengingat akuisisi saham BWPT ini tercatat sebagai investasi langsung terbesar ketiga di Indonesia pada April 2017. Nilai akuisisi itu mencapai US$ 505,4 juta atau setara Rp 6,7 triliun.
Momentumnya persoalan akuisisi ini mulai tampak setelah hasil Pemilu Malaysia 9 Mei 2018, Najib berhasil dilengserkan oleh politisi senior Mahathir Mohamad. Otomatis, transaksi babon ini tampaknya bakal dipersoalkan, setidaknya dalam waktu dekat.
Dan benar saja, pada awal Februari ini, harian terkemuka yang berbasis di Singapura, Straits Times, melaporkan bahwa akusisi 37% saham Eagle High Plantations miliki Peter Sondakh itu oleh Felda (Federal Land Development Authority) akhirnya dipersoalkan.
Felda berencana mengakhiri kemitraan dengan Rajawali Group di Eagle High Plantations. Pemerintah Malaysia juga menuntut pengembalian lebih dari US$ 500 juta atau sekitar Rp 6,99 triliun dana yang digunakan untuk mengakuisi saham BWPT.
Tuntutan pengembalian dana itu memungkinkan karena saat pembelian, ada klausul put option yang memungkinkan Malaysia bisa menjual kembali bunga ekuitas dengan harga pembelian US$ 505,4 juta, bersama dengan biaya bunga tahunan sebesar 6% yang harus ditanggung oleh pihak Indonesia.
Bagaimana sebetulnya awal mula Felda masuk?
Felda, melalui anak usahanya FIC Properties Sdn Bhd mengakuisisi 37% saham Rajawali di Eagle High Plantations pada April 2017. Proses akuisisi tercatat memakan waktu sekitar 4 bulan setelah sale purchase agreement (SPA) yang ditandatangani kedua belah pihak pada 23 Desember 2016. Nilai akuisisi diperkirakan mencapai US$ 500 juta, atau sekitar Rp 580/saham.
Setahun sebelumnya bahkan embusan kabar akuisisi ini sudah didengus media massa di Indonesia. Ketika itu nama si calon pembeli BWPT adalah Felda Global Ventures Holdings Bhd, juga perusahaan anak dari Felda.
BWPT sendiri dibeli oleh Grup Rajawali pada 5 Februari 2015 lewat skema rights issue alias penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Rajawali membeli saham BWPT di harga sekitar Rp 400/saham dan mengganti nama perusahaan dari PT BW Plantation Tbk menjadi PT Eagle High Plantations Tbk.
Valuasi turun
Nah, pembelian saham oleh Felda ini dikritik IPOM karena perusahaan yang didirikan tahun 2000 ini dinilai kinerjanya terus merugi dalam beberapa tahun terakhir. Pemicu utama kerugian tersebut adalah munculnya regulasi yang dikeluarkan European Union (EU) yang mengharuskan minyak kelapa sawit yang diimpor oleh EU harus datang dari sumber yang berkelanjutan.
Mengacu laporan keuangan per September 2018 memang menunjukkan kinerja BWPT belum pulih kendati pendapatan naik. Pendapatan BWPT naik menjadi Rp 2,36 trilliun dari periode September 2017 sebesar Rp 2,24 triliun, sayangnya masih perusahaan masih rugi Rp 266 miliar dari rugi Rp 133 miliar.
Pada periode tersebut, pemegang saham BWPT yakni PT Rajawali Capital International 37,70%, FIC Properties Sdn Bhd 37%, dan publik 25,30%.
Komposisi saham ini berbeda dari Maret 2017 ketika itu Rajawali Capital International masih memegang 38,47% lewat Credit Suisse AG SG Branch, lalu Rajawali Capital International memegang langsung sebesar 35,59%, sementara saham publik 25,94%.
Dengan asumsi harga saham sebulan terakhir rata-rata Rp 185/saham, dan jumlah saham FIC 11.664.357.670, maka nilai saham Felda di BWPT kini tinggal Rp 2,12 triliun, anjlok dari posisi saat Felda mengucurkan dana hingga Rp 6,7 triliun.
Felda, dalam situs resminya, adalah perusahaan pemerintah Malaysia yang didirikan pada 1 Juli 1956 di bawah Undang-undang Pengembangan Tanah 1956. Pendirian Felda yakni untuk pengembangan tanah dan relokasi dengan tujuan pengentasan kemiskinan melalui penanaman kelapa sawit dan karet.
Fungsi hadirnya Felda adalah untuk melaksanakan proyek-proyek pengembangan lahan dan kegiatan pertanian, ekonomi sosial industri dan komersial.
Tahun 1990, pemerintah Malaysia mendorong Felda agar mandiri secara keuangan dan menjadi badan hukum yang dapat menghasilkan pendapatan mereka sendiri untuk mendukung berbagai pengembangan melalui berbagai bisnis.
Akibatnya, sejak 1994, guna menghasilkan pendapatan, Felda membentuk sejumlah entitas perusahaan swasta untuk mengejar laba, di antara yang terbesar adalah koperasi FELDA Capital (Cooperative FELDA), Felda Global Ventures (FGV) dan Felda Investment Corporation (FIC). FIC inilah yang masuk ke BWPT pada April 2017.
Visi Felda adalah menjadi 'Pembangkit Ekonomi' dalam menghasilkan kegiatan ekonomi Malaysia pada tahun 2020 melalui program strukturalnya.
(hps) Next Article Emiten Sawit Felda Diboikot di AS, Saham BWPT Malah Terbang!
Akuisisi BWPT saat itu dikritik karena dinilai tidak layak BUMN Malaysia membeli perusahaan yang dulunya bernama PT BW Plantations Tbk ini. Ketidaklayakan yang dimaksud ialah arus kas yang bermasalah, harga akuisisi yang terlampau tinggi, ketidaksesuaian dengan regulasi, dan nilai pinjaman serta pembayaran pinjaman ke bank yang berlebihan.
Ditambah lagi kondisi makin dipolitisasi karena 37% saham yang dibeli Felda adalah milik bos Group Rajawali, yakni Peter Sondakh, yang merupakan kolega bisnis Perdana Menteri Najib Razak yang ketika itu berkuasa.
Muncul kekhawatiran kalau Najib Razak lengser, bagaimana masa depan Felda di perusahaan sawit Indonesia itu?
Posisi Felda menjadi perhatian mengingat akuisisi saham BWPT ini tercatat sebagai investasi langsung terbesar ketiga di Indonesia pada April 2017. Nilai akuisisi itu mencapai US$ 505,4 juta atau setara Rp 6,7 triliun.
Dan benar saja, pada awal Februari ini, harian terkemuka yang berbasis di Singapura, Straits Times, melaporkan bahwa akusisi 37% saham Eagle High Plantations miliki Peter Sondakh itu oleh Felda (Federal Land Development Authority) akhirnya dipersoalkan.
Felda berencana mengakhiri kemitraan dengan Rajawali Group di Eagle High Plantations. Pemerintah Malaysia juga menuntut pengembalian lebih dari US$ 500 juta atau sekitar Rp 6,99 triliun dana yang digunakan untuk mengakuisi saham BWPT.
Tuntutan pengembalian dana itu memungkinkan karena saat pembelian, ada klausul put option yang memungkinkan Malaysia bisa menjual kembali bunga ekuitas dengan harga pembelian US$ 505,4 juta, bersama dengan biaya bunga tahunan sebesar 6% yang harus ditanggung oleh pihak Indonesia.
Bagaimana sebetulnya awal mula Felda masuk?
Felda, melalui anak usahanya FIC Properties Sdn Bhd mengakuisisi 37% saham Rajawali di Eagle High Plantations pada April 2017. Proses akuisisi tercatat memakan waktu sekitar 4 bulan setelah sale purchase agreement (SPA) yang ditandatangani kedua belah pihak pada 23 Desember 2016. Nilai akuisisi diperkirakan mencapai US$ 500 juta, atau sekitar Rp 580/saham.
Setahun sebelumnya bahkan embusan kabar akuisisi ini sudah didengus media massa di Indonesia. Ketika itu nama si calon pembeli BWPT adalah Felda Global Ventures Holdings Bhd, juga perusahaan anak dari Felda.
BWPT sendiri dibeli oleh Grup Rajawali pada 5 Februari 2015 lewat skema rights issue alias penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Rajawali membeli saham BWPT di harga sekitar Rp 400/saham dan mengganti nama perusahaan dari PT BW Plantation Tbk menjadi PT Eagle High Plantations Tbk.
Valuasi turun
Nah, pembelian saham oleh Felda ini dikritik IPOM karena perusahaan yang didirikan tahun 2000 ini dinilai kinerjanya terus merugi dalam beberapa tahun terakhir. Pemicu utama kerugian tersebut adalah munculnya regulasi yang dikeluarkan European Union (EU) yang mengharuskan minyak kelapa sawit yang diimpor oleh EU harus datang dari sumber yang berkelanjutan.
Mengacu laporan keuangan per September 2018 memang menunjukkan kinerja BWPT belum pulih kendati pendapatan naik. Pendapatan BWPT naik menjadi Rp 2,36 trilliun dari periode September 2017 sebesar Rp 2,24 triliun, sayangnya masih perusahaan masih rugi Rp 266 miliar dari rugi Rp 133 miliar.
Pada periode tersebut, pemegang saham BWPT yakni PT Rajawali Capital International 37,70%, FIC Properties Sdn Bhd 37%, dan publik 25,30%.
Dengan asumsi harga saham sebulan terakhir rata-rata Rp 185/saham, dan jumlah saham FIC 11.664.357.670, maka nilai saham Felda di BWPT kini tinggal Rp 2,12 triliun, anjlok dari posisi saat Felda mengucurkan dana hingga Rp 6,7 triliun.
Felda, dalam situs resminya, adalah perusahaan pemerintah Malaysia yang didirikan pada 1 Juli 1956 di bawah Undang-undang Pengembangan Tanah 1956. Pendirian Felda yakni untuk pengembangan tanah dan relokasi dengan tujuan pengentasan kemiskinan melalui penanaman kelapa sawit dan karet.
Fungsi hadirnya Felda adalah untuk melaksanakan proyek-proyek pengembangan lahan dan kegiatan pertanian, ekonomi sosial industri dan komersial.
Tahun 1990, pemerintah Malaysia mendorong Felda agar mandiri secara keuangan dan menjadi badan hukum yang dapat menghasilkan pendapatan mereka sendiri untuk mendukung berbagai pengembangan melalui berbagai bisnis.
Akibatnya, sejak 1994, guna menghasilkan pendapatan, Felda membentuk sejumlah entitas perusahaan swasta untuk mengejar laba, di antara yang terbesar adalah koperasi FELDA Capital (Cooperative FELDA), Felda Global Ventures (FGV) dan Felda Investment Corporation (FIC). FIC inilah yang masuk ke BWPT pada April 2017.
Visi Felda adalah menjadi 'Pembangkit Ekonomi' dalam menghasilkan kegiatan ekonomi Malaysia pada tahun 2020 melalui program strukturalnya.
Akankah Felda benar-benar pecah kongsi dengan Rajawali?
(hps) Next Article Emiten Sawit Felda Diboikot di AS, Saham BWPT Malah Terbang!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular