Samai Bursa Saham dan Rupiah, Harga SUN Ditutup Menguat

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
04 April 2019 19:18
Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup bervariasi pada perdagangan Kamis ini (4/4/2019) meskipun secara umum menguat tipis.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup bervariasi pada perdagangan Kamis ini (4/4/2019) meskipun secara umum menguat tipis, seiring dengan kondisi pasar keuangan domestik yang positif. 

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang lain yang justru bereaksi negatif terhadap kondisi pasar global yang penuh risiko.  

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 


SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 3,8 basis poin (bps) menjadi 8,01%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  


Seri acuan lain yang menguat adalah seri 20 tahun, sedangkan yang melemah adalah seri 5 tahun dan 10 tahun.

  
Yield Obligasi Negara Acuan 4 Apr 2019
SeriJatuh tempoYield 2 Apr'19 (%)Yield 4 Apr'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 4 Apr'19
FR00775 tahun7.1297.109-2.007.0728
FR007810 tahun7.6047.588-1.607.5623
FR006815 tahun7.988.0183.807.9903
FR007920 tahun8.1438.1551.208.1112
Avg movement0.35
Sumber: Refinitiv  

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.  

Indeks tersebut naik 0,37 poin (0,15%) menjadi 247,41 dari posisi kemarin 247,03. Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 509 bps, melebar dari posisi kemarin 508 bps.

Penguatan pasar obligasi sejalan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hari ini ditutup menguat dengan kenaikan 0,29% ke level 6.494 dan rupiah juga terapresiasi 0,28% ke level Rp 14.175/US$.


Di sisi lain, imbal hasil atau (yield) US Treasury (obligasi pemerintah AS) tenor 10 tahun turun lagi hingga 2,49% dari posisi kemarin 2,51%. 

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 2 tahun-5 tahun, meskipun inversi pada tenor 3 tahun-5 tahun belum terlihat kembali.

Inversi tenor 3 tahun-5 tahun menjadi indikator yang lebih jelas menunjukkan adanya ketakutan investor terhadap risiko jangka pendek dibanding risiko jangka panjang.
 

Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. 

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

   
Yield US Treasury Acuan 4 Apr 2019
SeriBenchmarkYield 2 Apr'19 (%)Yield 4 Apr'19 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi
UST BILL 20193 Bulan2.4372.4283 bulan-5 tahun13.3
UST 20202 Tahun2.3332.3132 tahun-5 tahun1.8
UST 20213 Tahun2.2922.2643 tahun-5 tahun-3.1
UST 20235 Tahun2.322.2953 bulan-10 tahun-6.9
UST 202810 Tahun2.5172.4972 tahun-10 tahun-18.4
Sumber: Refinitiv  

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 967,67 triliun SBN, atau 38,12% dari total beredar Rp 2.527 triliun berdasarkan data per 1 April.  

Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 70,43 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. 

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya naik 0,29% dan 0,28%. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya dialami Thailand sedangkan yang lain masih terkoreksi. 

Di negara maju, penguatan dialami pasar bund Jerman, OAT Perancis, gilt Inggris, dan US Treasury di AS. Hal tersebut mencerminkan investor global masih memburu obligasi negara maju di tengah koreksi pasar saham di Benua Biru.


  
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 2 Apr'19 (%)Yield 4 Apr'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil8.919.0110.00
China3.2423.2682.60
Jerman-0.003-0.012-0.90
Perancis0.3910.363-2.80
Inggris 1.0991.075-2.40
India7.2717.3215.00
Jepang-0.05-0.0371.30
Malaysia3.7573.7590.20
Filipina5.8985.9091.10
Rusia8.398.423.00
Singapura2.0692.0780.90
Thailand2.492.47-2.00
Amerika Serikat2.5172.495-2.20
Afrika Selatan8.518.5352.50
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/tas) Next Article Rupiah Dihantam Dolar AS, Pasar Obligasi Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular