
Damai AS-China Berlanjut, Sebentar Lagi IHSG Tembus 6.500
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
20 March 2019 11:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah dibuka di zona hijau tadi pagi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melanjutkan penguatan dan naik 0,15% ke level 6.489,68 pada pukul 10.35 WIB. Sebentar lagi, IHSG akan menyentuh level psikologis 6.500.
IHSG dibuka menguat 0,1% pada perdagangan hari ini, Rabu (20/3/2019) ke level 6.486,88. Salah satu sentimen penguat indeks datang dari rupiah.
Mata uang rupiah akhirnya menguat 0,04% di kala mata uang negara lain kalah dengan dolar AS. Kondisi ini memberikan optimisme bagi pelaku pasar untuk terus masuk ke pasar saham Indonesia.
Penguatan IHSG turut disokong oleh kian kalemnya atau dovish dari bank sentral AS, The Fed, dan adanya kemajuan negosiasi dagang AS-China.
Sentimen ini membuat investor menjauhi instrumen berbasis dolar seiring dengan penantian terhadap rapat bulanan komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC).
Suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) diperkirakan bertahan di 2,25-2,5% dengan probabilitas mencapai 98,7% menurut CME Fedwatch.
Ada satu indikator yang akan benar-benar dipelototi oleh pasar yaitu dot plot atau arah suku bunga acuan sampai jangka menengah.
Saat ini, dot plot The Fed menunjukkan suku bunga acuan pada akhir 2019 berada di median 2,875%. Dengan FFR yang sekarang di median 2,375% maka butuh setidaknya kenaikan 50 basis poin (bps) atau dua kali lagi kenaikan yakni masing-masing 25b bps.
Dot plot teranyar disusun pada Desember 2018, dan bisa saja diubah dalam rapat The Fed bulan ini. Jika median dalam dot plot diturunkan, maka bisa jadi hanya akan ada sekali kenaikan pada 2019 atau malah tidak ada sama sekali.
Proyeksi suku bunga FFR tak naik bisa terjadi dengan melihat data ekonomi AS yang terus menunjukkan hasil yang mengecewakan.
Produksi industri di AS periode Februari 2019 diumumkan hanya tumbuh tipis 0,1% MoM, jauh di bawah konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,4% MoM, seperti dikutip dari Forex Factory.
Kenaikan pemesanan pabrik yang tidak sesuai dengan ekspektasi menandakan perekonomian AS semakin menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Ekspansi dunia usaha sepertinya mulai terbatas.
Kemudian, indeks perumahan di AS yakni The Housing Market Index (HMI) yang berdasarkan survei dari NAHB (The National Association of Home Builders), pada Maret 2019 berada di angka 62, tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya.
Pencapaian HMI pada Maret tersebut berada di bawah konsensus pasar yang memperkirakan kenaikan menjadi 63.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
IHSG dibuka menguat 0,1% pada perdagangan hari ini, Rabu (20/3/2019) ke level 6.486,88. Salah satu sentimen penguat indeks datang dari rupiah.
Mata uang rupiah akhirnya menguat 0,04% di kala mata uang negara lain kalah dengan dolar AS. Kondisi ini memberikan optimisme bagi pelaku pasar untuk terus masuk ke pasar saham Indonesia.
Penguatan IHSG turut disokong oleh kian kalemnya atau dovish dari bank sentral AS, The Fed, dan adanya kemajuan negosiasi dagang AS-China.
Sentimen ini membuat investor menjauhi instrumen berbasis dolar seiring dengan penantian terhadap rapat bulanan komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC).
Suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) diperkirakan bertahan di 2,25-2,5% dengan probabilitas mencapai 98,7% menurut CME Fedwatch.
Ada satu indikator yang akan benar-benar dipelototi oleh pasar yaitu dot plot atau arah suku bunga acuan sampai jangka menengah.
Saat ini, dot plot The Fed menunjukkan suku bunga acuan pada akhir 2019 berada di median 2,875%. Dengan FFR yang sekarang di median 2,375% maka butuh setidaknya kenaikan 50 basis poin (bps) atau dua kali lagi kenaikan yakni masing-masing 25b bps.
Dot plot teranyar disusun pada Desember 2018, dan bisa saja diubah dalam rapat The Fed bulan ini. Jika median dalam dot plot diturunkan, maka bisa jadi hanya akan ada sekali kenaikan pada 2019 atau malah tidak ada sama sekali.
Proyeksi suku bunga FFR tak naik bisa terjadi dengan melihat data ekonomi AS yang terus menunjukkan hasil yang mengecewakan.
Produksi industri di AS periode Februari 2019 diumumkan hanya tumbuh tipis 0,1% MoM, jauh di bawah konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,4% MoM, seperti dikutip dari Forex Factory.
Kenaikan pemesanan pabrik yang tidak sesuai dengan ekspektasi menandakan perekonomian AS semakin menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Ekspansi dunia usaha sepertinya mulai terbatas.
Kemudian, indeks perumahan di AS yakni The Housing Market Index (HMI) yang berdasarkan survei dari NAHB (The National Association of Home Builders), pada Maret 2019 berada di angka 62, tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya.
Pencapaian HMI pada Maret tersebut berada di bawah konsensus pasar yang memperkirakan kenaikan menjadi 63.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular