Hanya Kalah dari Filipina, IHSG Runner Up Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 January 2019 11:01
Hanya Kalah dari Filipina, IHSG <i>Runner Up</i> Asia
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tajam sepanjang pekan ini. Bahkan penguatan IHSG melampaui indeks bursa saham Asia lainnya. 

Sepanjang pekan ini, IHSG menguat 1,29%. Pada penutupan perdagangan akhir pekan, IHSG mencapai titik tertinggi sejak 23 April 2018. 




Dibandingkan dengan bursa saham utama Asia, IHSG terlihat begitu standout. IHSG menempati urutan kedua terbaik di Asia, hanya kalah dari bursa saham Filipina. 

Berikut pergerakan bursa saham utama Benua Kuning selama seminggu ini: 

 

Terlihat bahwa bursa saham Asia bergerak variatif pada pekan perdana 2019. Sepertinya investor masih mencari bentuk dan arah mata angin pada tahun ini. 

Namun secara umum, pekan pertama 2019 sebenarnya bukan periode yang indah bagi pasar saham. Tingginya risiko perekonomian global membuat investor cenderung enggan bermain api di instrumen berisiko seperti saham. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Sentimen yang mendominasi pasar pada pekan ini adalah perlambatan ekonomi global yang semakin ada dan tampak nyata. Berbagai rilis data ekonomi di Amerika Serikat, Eropa, sampai Asia menunjukkan tanda-tanda pelemahan. 

Di AS, angka Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur AS versi ISM pada Desember 2018 tercatat 54,1. Angka ini menjadi yang terendah sejak November 2016. 

Untuk PMI versi IHS Markit, angka pada bulan lalu adalah 53,8. Ini merupakan laju paling lambat sejak September 2017. 

Sementara di Eropa, laju inflasi Zona Euro pada November 2018 direvisi ke bawah dari 2% menjadi 1,9%. Ini menunjukkan adanya perlambatan permintaan di Benua Biru. 

Di Asia, data ekonomi melempem bertebaran di mana-mana. Angka PMI China versi Caixin pada Desember 2018 tercatat 49,7, turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 50,2. Angka di bawah 50 berarti pelaku usaha tengah pesimistis.  

Kemudian dari Korea Selatan, PMI versi Nikkei/Markit pada periode yang sama tercatat 49,8. Turun dibandingkan November 2018 yang sebesar 49,9. Lagi-lagi ada aura pesimisme di kalangan dunia usaha Negeri Ginseng. 

Sedangkan angka PMI versi Nikkei/Markit untuk Malaysia edisi Desember 2018 berada di 46,8. Tidak hanya menunjukkan pesimisme, tetapi angka itu menjadi catatan terendah sejak survei PMI dimulai pada 2012.  

Sementara angka PMI Taiwan versi Nikkei pada Desember berada di 47,7, turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 48,4. Angka ini menjadi yang terendah sejak September 2015.

Lalu di Singapura, pembacaan awal untuk pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2018 adalah 2,2% secara tahunan (year-on-year/YoY). Jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 3,2% YoY.  

Angka PMI manufaktur di India versi IHS Markit pada Desember tercatat 53,2. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 54. 

Penjualan ritel di Hong Kong pada November 2018 hanya tumbuh 1,4% YoY. Jauh melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 5,9%. Pertumbuhan November juga menjadi yang terlemah sejak Juni 2017. 

Data-data tersebut membuat investor memilih untuk bermain aman. Saat ini, 'bunker' perlindungan bagi investor ada di mata uang yen Jepang. Pelaku pasar berbondong-bondong membeli yen untuk menyelamatkan diri masing-masing. Permintaan yen yang meningkat membuat nilainya menguat signifikan. Sepekan ini, yen menguat 1,57% di hadapan dolar AS. 



(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Namun pada akhir pekan, ada sentimen positif yang membuat pasar saham Benua Kuning mampu bangkit. Angin surga itu datang dari China.  

Mengutip Reuters, AS dan China dikabarkan akan melangsungkan pertemuan tingkat wakil menteri di Beijing pada 7-8 Januari. Kedua negara akan berdialog mengenai isu-isu perdagangan, menindaklanjuti hasil pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Argentina awal bulan lalu. Di sela-sela KTT G20 tersebut, Trump dan Xi menyepakati 'gencatan senjata' selama 90 hari. 


"Delegasi AS yang dipimpin oleh Wakil Perwakilan Dagang Jeffrey Gerrish akan mengunjungi China untuk melakukan diskusi yang positif dan konstruktif dengan pemerintah China," sebut keterangan tertulis Kementerian Perdagangan China. 

Selepas pertemuan Trump-Xi di Buenos Aires, hubungan Washington-Beijing memang semakin mesra. Pertemuan di Beijing pekan depan diharapkan menjadi pembuka jalan menuju damai dagang, sesuatu yang saat diimpikan oleh pelaku pasar.  

Akibatnya sikap risk aversion pun sirna, dan investor berbondong-bondong masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang Asia. Satu sentimen besar bernama damai dagang mampu menopang bursa saham Asia.  

Bayangkan kalau damai dagang AS-China sudah benar-benar disepakati, ada hitam di atas putih. Pasti bursa saham Asia bakal melesat lebih tinggi. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular