FOTO
IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?
Karyawan berdiri di depan layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (5/7/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada penutupan perdagangan sesi I Selasa (5/7/2022) pasca mengalami koreksi 6 hari beruntun di tengah kekhawatiran kondisi ekonomi global. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Sebeumnya IHSG dibuka menguat 0,27% di posisi 6.656,85 dan berakhir di zona hijau dengan apresiasi 1,53% atau 101,39 poin ke 6.740,56 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat turun ke Rp 5,9 triliun dengan melibatkan lebih dari 11 miliar saham. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah berada di zona hijau. Selang 30 menit perdagangan, IHSG melanjutkan penguatan dengan apresiasi 1,42% ke 6.733,51 dan konsisten berada di zona hijau hingga penutupan perdagangan. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Level terendah berada di 6.650,4 sesaat setelah perdagangan dibuka dan level tertinggi berada di 6.750,45 menjelang penutupan perdagangan. Mayoritas saham siang ini menguat yakni sebanyak 382 unit, sedangkan 154 unit lainnya melemah dan 140 sisanya stagnan. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Penguatan IHSG siang ini belum mampu mengantarkan indeks saham acuan nasional kembali ke level psikologis 7.000.IHSG masih berada dalam teritori koreksi jika dilihat dalam jangka waktu mingguan, bulanan hingga 3 bulan terakhir. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Kondisi saat ini memang penuh ketidakpastian. Sentimen negatif untuk aset berisiko datang bertubi-tubi. Kekhawatiran kondisi ekonomi global terkait risiko stagflasi yang muncul dari tingginya inflasi, pengetatan moneter, eskalasi geopolitik Rusia-Ukraina dan kebijakan proteksionisme berbagai negara masih membuat investor ketar-ketir.(CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Kondisi inilah yang menyebabkan banyak investor yang berpikir dua kali untuk tetap berada di pasar saham. Beberapa sudah mulai mengurangi porsi investasinya di aset beresiko seperti saham sehingga membuat harganya jatuh. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Outflows dan pelemahan nilai tukar rupiah menjadi sentimen negatif bagi pasar saham. Rupiah terus bergerak mendekati Rp 15.000/US$. Kemarin (4/7/2022), nilai tukar rupiah terdepresiasi 0,2% ke Rp 14.965/US$ yang menjadi titik terendah hampir dalam dua tahun terakhir. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)







