Harga Sudah Amat Murah, Harga CPO Catatkan Rebound Tipis

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
27 November 2018 13:24
Harga CPO kontrak Februari 2019 di Bursa Derivatif Malaysia menguat 0,2% ke MYR 1.976/ton hingga akhir perdagangan sesi 1 hari ini.
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Februari 2019 di Bursa Derivatif Malaysia menguat 0,2% ke MYR 1.976/ton pada hari Selasa (27/11/2018), hingga akhir perdagangan sesi 1 hari ini.

Dengan pergerakan itu, harga komoditas unggulan agrikultur Malaysia dan Indonesia mampu rebound pasca kemarin menyentuh titik terendahnya dalam lebih dari 3 tahun terakhir, atau sejak akhir Agustus 2015.

Pada penutupan perdagangan hari Senin (26/11/2018), harga CPO amblas 3,52% merespon rencana pemerintah Indonesia menetapkan pungutan ekspor CPO menjadi US$ 0/ton. Selain itu, faktor fundamental yang masih lemah juga menjadi pemberat harga.

BACA: Gara-Gara RI Bebaskan Pungutan Ekspor, Harga CPO Amblas 3,5%



Meski demikian, hari ini harga CPO nampaknya sudah terlalu murah, sehingga membuat investor melakukan aksi beli. Sepanjang bulan November, harga CPO sudah melemah sebesar 8,28%. Adapun, di sepanjang tahun 2018, harganya sudah ambrol sebesar 21% lebih. Alhasil, harga komoditas ini pun mengalami technical rebound pada hari ini.

Harga CPO juga sudah jatuh ke level yang dekat dengan biaya produksi perkebunan di Negeri Jiran. Alhasil, hal ini dapat memaksa produsen untuk mengurangi penjualannya demi mencegah kerugian yang terlalu besar. Situasi ini lantas berpotensi mengurangi pasokan ke pasar, dan akhirnya mampu sedikit menopang harga CPO.

Faktor lainnya yang kemungkinan menopang harga adalah pemerintah Malaysia mengumumkan akan meningkatkan konten biofuel minimum pada produksi biodiesel yang digunakan di sektor transportasi, dari semula 7% menjadi 10% (B10).

"Kabinet telah menyetujui penggunaan B10, dan akan diimplementasikan mulai 1 Desember. Kita juga sepakat dengan Federasi Manufaktur Malaysia bahwa sektor industri akan menggunakan B7," ujar Menteri Industri Primer Malaysia Teresa Kok, seperti dikutip dari Reuters.

Harga Sudah Amat Murah, Harga CPO Catatkan Rebound TipisFoto: Infografis/Kelapa Sawit/Edward Ricardo

Stasiun pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) di Malaysia saat ini baru menggunakan B7. Program penggunaan B10 sendiri akan digunakan di sektor transportasi secara mandatori pada Februari 2019.

Hal ini menjadi sentimen bahwa permintaan domestik Malaysia akan meningkat, sehingga mengurangi stok minyak kelapa sawit di Negeri Jiran yang diekspektasikan akan melambung tinggi hingga akhir tahun.

Sayangnya, harga CPO masih belum bisa menguat banyak-banyak. Pasalnya, permintaan global masih diekspektasikan loyo. Ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia dilaporkan turun 2,6% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke 1,04 juta ton pada periode 1-25 November, berdasarkan survei kargo yang dilakukan Intertek Testing Services.

Hasil survei ini menunjukkan bahwa ekspor minyak kelapa sawit Negeri Jiran belum mampu pulih pasca melemah sebesar 14,1% MtM pada bulan Oktober. Lesunya permintaan ini lantas mengonfirmasi kekhawatiran pelaku pasar akan permintaan yang loyo pada menjelang akhir tahun 2018.

Stok minyak kedelai di India (importir CPO terbesar dunia) sedang tinggi-tingginya, sehingga mengurangi permintaan CPO. Sedangkan, permintaan dari Eropa dan China juga berkurang karena berlangsungnya musim dingin. Sebagai catatan, minyak kelapa sawit akan memadat pada cuaca yang dingin.

Selain itu, penguatan harga CPO pun terbatas oleh koreksi harga minyak kedelai. Mengutip Refinitiv, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) tercatat anjlok 2,50% pada perdagangan kemarin.

Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai turun, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut melemah.

Sentimen negatif terakhir yang masih menjadi risiko besar bagi harga CPO adalah kebijakan pemerintah Indonesia yang menetapkan pungutan ekspor CPO menjadi US$ 0 per ton alias dinolkan, menyusul harga komoditas ini yang merosot.

Selama ini, adanya pungutan ekspor di Indonesia telah membantu harga CPO made in Malaysia lebih kompetitif.

Dengan adanya "pembebasan" pungutan ekspor di RI, produsen CPO di tanah air pun bisa berada di posisi yang lebih menguntungkan, atau minimal setara, dibandingkan dengan produsen di Malaysia. Alhasil, situasi ini berpotensi membuat ekspor CPO Malaysia akan semakin tertekan.

Akibat sejumlah sentimen negatif tersebut, harga CPO pun hanya mampu rebound tipis pada perdagangan siang ini. Bukan tidak mungkin, harganya akan kembali ke zona merah pada sisa perdagangan hari ini. 

(TIM RISET CNBC INDONESIA)
  



(RHG/roy) Next Article Reli Harga CPO 3 Hari Berlanjut, Tapi Terancam Kenaikan Stok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular