Ada Kabar Baik & Buruk, Harga CPO Cenderung Flat

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
18 June 2020 12:07
Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) untuk kontrak pengiriman September di Bursa Malaysia Derivatif Exchange cenderung flat pada perdagangan hari ini.

Kamis (18/6/2020) pukul 11.04 WIB harga CPO dibanderol RM 2.359/ton. Harga turun 2 ringgit dari posisi penutupan kemarin di RM 2.361/ton. Sentimen yang campur aduk ditengarai menjadi pemicu harga yang tidak banyak bergerak pada perdagangan hari ini.

Sentimen negatif yang membayangi pasar kali ini datang dari harga minyak yang terkoreksi dan ancaman gelombang kedua wabah. Pagi ini harga minyak mentah terpangkas karena stok minyak mentah AS yang naik lebih dari 1 juta barel pekan lalu.

Turunnya harga minyak menjadi sentimen negatif untuk harga CPO lantaran minyak nabati ini juga digunakan sebagai bahan biodiesel yang merupakan bahan bakar substitusi minyak.

Sentimen negatif kedua datang dari ancaman gelombang kedua wabah. Beberapa hari terakhir Amerika Serikat (AS) dan China melaporkan lonjakan jumlah kasus corona seiring dengan pembukaan ekonomi bertahap yang ditempuh oleh kedua negara tersebut.

Di AS, beberapa wilayah yang melaporkan adanya lonjakan kasus baru antara lain Texas, Florida dan California. Dalam 24 jam terakhir, Oklahoma melaporkan adanya 259 kasus baru. Sementara di Florida dan Arizona jumlah kasus baru bertambah masing-masing sebesar lebih dari 2.600 dan 1.800 kasus.

Beralih ke China, hingga 16 Juni kemarin, Beijing melaporkan ada tambahan 137 kasus baru. Lonjakan kasus ini pada akhirnya membuat pemerintah menutup sekolah dan membatalkan kurang lebih 60% penerbangan di bandara internasional Beijing.

Sementara itu sentimen positif datang dari perkiraan ekspor minyak nabati Malaysia bulan Juni yang melesat tajam akibat kembali membaiknya permintaan dari India, Uni Eropa dan China yang jadi destinasi utama bagi komoditas unggulan asal RI dan Negeri Jiran ini.

Harga CPO berpotensi turun ke RM 2.308/ton menurut Wang Tao selaku analis teknikal untuk riset komoditas dan energi Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga CPO Mulai Terbang, Siap-siap ke RM 3.000/ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular