
Newsletter
Waspadai Kasus Khasshogi Sampai Defisit Current Account
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
24 October 2018 06:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dalam negeri sama-sama tertekan pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,73% sementara nilai tukar rupiah terdepresiasi tipis 0,03% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Penurunan IHSG senada dengan bursa saham utama regional. Indeks Nikkei 225 ditutup anjlok 2,67%, Shanghai Composite amblas 2,26%, Hang Seng ambrol 3,08%, Strait Times jatuh 1,52%, dan Kospi terpangkas 2,57%. Koreksi IHSG jadi seperti tidak ada apa-apanya.
Sementara itu, depresiasi rupiah terjadi kala mata uang utama Benua Kuning cenderung bergerak variatif. Hingga pukul 16.17 WIB kemarin, beberapa mata uang melemah lebih parah dibandingkan rupiah, seperti ringgit Malaysia (-0,06%), won Korea Selatan (-0,37%), baht Thailand (-0,18%), dan dolar Taiwan (-0,15%). Sebaliknya, beberapa mata uang malah bisa perkasa di hadapan greenback, misalnya yuan China (+0,12%), yen Jepang (+0,56%), dan dolar Singapura (+0,12%).
Koreksi di bursa saham regional terjadi lantaran investor merealisasikan keuntungan yang sudah didapatkan dalam perdagangan-perdagangan sebelumnya. Dalam perdagangan 19 dan 22 Oktober misalnya, indeks Shanghai sudah melesat 6,78%, sementara Hang Seng menguat 2,74%.
Lebih lanjut, investor dipaksa bermain aman dengan melepas instrumen berisiko seiring dengan sentimen negatif yang berpotensi mempengaruhi stabilitas perekonomian dunia. Sentimen negatif yang dimaksud adalah potensi ribut-ribut antara AS dengan sekutunya Arab Saudi terkait dengan tewasnya kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi.
Perkembangan terbaru, semakin jelas bahwa tewasnya Khashoggi adalah sesuatu yang terencana. Hal ini diketahui pasca Khashoggi gadungan terlihat keluar dari Konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober dengan mengenakan jenggot palsu dan kacamata.
Pria itu juga memakai celana, kemeja dan jaket yang terlihat dipakai Khashoggi ketika masuk ke Konsulat Saudi. Pria tersebut tertangkap video berada di The Blue Mosque, sebuah masjid bersejarah sekaligus destinasi wisata di kota Istanbul.
Seorang pejabat Turki berkata kepada CNN International bahwa Khashoggi palsu dipakai sebagai umpan. Ia menyamar sebagai si jurnalis untuk mendukung alibi bahwa pemerintah Arab Saudi tidak terlibat dalam pembunuhan Khashoggi.
Sayangnya, rencana itu dinilai gagal karena adanya kesalahan berbusana. Dalam rekaman video, penyamar yang diidentifikasi sebagai Mustafa al-Madani mengenakan sepatu yang berbeda dengan apa yang Khashoggi pakai ketika masuk ke konsulat, menurut laporan The Washington Post.
Madani diduga bekerja untuk badan intelijen Arab Saudi. Awal tahun ini, dia terlihat di New York sebelum kunjungan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman
Sebelumnya, Riyadh mengklaim bahwa Khashoggi meninggal dunia setelah terlibat perkelahian yang tidak seimbang, 1 lawan 15. Namun, berbagai pihak menyangsikan pernyataan pihak Saudi tersebut, termasuk Presiden AS Donald Trump.
Tidak hanya itu, perkembangan perang dagang AS vs China yang tidak kondusif juga turut membuat investor was-was. Zhang Qingli, anggota utama dari komite pemerintah China yang bertugas untuk menjalin kerjasama dengan negara lain, memberitahu sejumlah investor asal AS bahwa Beijing tidak takut berperang dagang dengan Washington.
"China tidak pernah mau berperang dagang dengan siapa pun, termasuk AS yang merupakan mitra strategis dalam jangka panjang. Namun kami juga tidak takut dengan perang semacam itu," ujar Zhang pada pertemuan investor di Beijing, seperti dikutip dari CNBC International.
Situasi global yang tidak kondusif tersebut akhirnya memaksa investor ramai-ramai beralih ke instrumen safe haven, salah satunya dolar AS. Hingga siang kemarin, Dolar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat cukup kencang, hingga menyentuh level 96,089. Capaian itu merupakan yang tertinggi sejak Agustus.
Kemudian ada sentimen yang kurang sedap dari dalam negeri. Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan. Keputusan ini sesuai dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia bahwa bank sentral akan mempertahankan 7-Day Reverse Repo Rate di level 5,75%.
Kenaikan suku bunga acuan sejatinya menjadi amunisi bagi rupiah untuk bisa menguat, apalagi dalam menghadapi sikap The Federal Reserve/The Fed yang cenderung masih hawkish. Namun, dengan ditahannya suku bunga acuan, praktis tak ada sentimen dari dalam negeri yang bisa meredam pelemahan rupiah.
Akibat rupiah yang gagal ke zona hijau, aksi jual terpantau gencar dilakukan oleh investor asing di pasar saham. Pada akhir perdagangan, investor asing mencatatkan jual bersih Rp 77,9 miliar.
Penurunan IHSG senada dengan bursa saham utama regional. Indeks Nikkei 225 ditutup anjlok 2,67%, Shanghai Composite amblas 2,26%, Hang Seng ambrol 3,08%, Strait Times jatuh 1,52%, dan Kospi terpangkas 2,57%. Koreksi IHSG jadi seperti tidak ada apa-apanya.
Sementara itu, depresiasi rupiah terjadi kala mata uang utama Benua Kuning cenderung bergerak variatif. Hingga pukul 16.17 WIB kemarin, beberapa mata uang melemah lebih parah dibandingkan rupiah, seperti ringgit Malaysia (-0,06%), won Korea Selatan (-0,37%), baht Thailand (-0,18%), dan dolar Taiwan (-0,15%). Sebaliknya, beberapa mata uang malah bisa perkasa di hadapan greenback, misalnya yuan China (+0,12%), yen Jepang (+0,56%), dan dolar Singapura (+0,12%).
Koreksi di bursa saham regional terjadi lantaran investor merealisasikan keuntungan yang sudah didapatkan dalam perdagangan-perdagangan sebelumnya. Dalam perdagangan 19 dan 22 Oktober misalnya, indeks Shanghai sudah melesat 6,78%, sementara Hang Seng menguat 2,74%.
Lebih lanjut, investor dipaksa bermain aman dengan melepas instrumen berisiko seiring dengan sentimen negatif yang berpotensi mempengaruhi stabilitas perekonomian dunia. Sentimen negatif yang dimaksud adalah potensi ribut-ribut antara AS dengan sekutunya Arab Saudi terkait dengan tewasnya kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi.
Perkembangan terbaru, semakin jelas bahwa tewasnya Khashoggi adalah sesuatu yang terencana. Hal ini diketahui pasca Khashoggi gadungan terlihat keluar dari Konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober dengan mengenakan jenggot palsu dan kacamata.
Pria itu juga memakai celana, kemeja dan jaket yang terlihat dipakai Khashoggi ketika masuk ke Konsulat Saudi. Pria tersebut tertangkap video berada di The Blue Mosque, sebuah masjid bersejarah sekaligus destinasi wisata di kota Istanbul.
Seorang pejabat Turki berkata kepada CNN International bahwa Khashoggi palsu dipakai sebagai umpan. Ia menyamar sebagai si jurnalis untuk mendukung alibi bahwa pemerintah Arab Saudi tidak terlibat dalam pembunuhan Khashoggi.
Sayangnya, rencana itu dinilai gagal karena adanya kesalahan berbusana. Dalam rekaman video, penyamar yang diidentifikasi sebagai Mustafa al-Madani mengenakan sepatu yang berbeda dengan apa yang Khashoggi pakai ketika masuk ke konsulat, menurut laporan The Washington Post.
Madani diduga bekerja untuk badan intelijen Arab Saudi. Awal tahun ini, dia terlihat di New York sebelum kunjungan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman
Sebelumnya, Riyadh mengklaim bahwa Khashoggi meninggal dunia setelah terlibat perkelahian yang tidak seimbang, 1 lawan 15. Namun, berbagai pihak menyangsikan pernyataan pihak Saudi tersebut, termasuk Presiden AS Donald Trump.
Tidak hanya itu, perkembangan perang dagang AS vs China yang tidak kondusif juga turut membuat investor was-was. Zhang Qingli, anggota utama dari komite pemerintah China yang bertugas untuk menjalin kerjasama dengan negara lain, memberitahu sejumlah investor asal AS bahwa Beijing tidak takut berperang dagang dengan Washington.
"China tidak pernah mau berperang dagang dengan siapa pun, termasuk AS yang merupakan mitra strategis dalam jangka panjang. Namun kami juga tidak takut dengan perang semacam itu," ujar Zhang pada pertemuan investor di Beijing, seperti dikutip dari CNBC International.
Situasi global yang tidak kondusif tersebut akhirnya memaksa investor ramai-ramai beralih ke instrumen safe haven, salah satunya dolar AS. Hingga siang kemarin, Dolar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat cukup kencang, hingga menyentuh level 96,089. Capaian itu merupakan yang tertinggi sejak Agustus.
Kemudian ada sentimen yang kurang sedap dari dalam negeri. Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan. Keputusan ini sesuai dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia bahwa bank sentral akan mempertahankan 7-Day Reverse Repo Rate di level 5,75%.
Kenaikan suku bunga acuan sejatinya menjadi amunisi bagi rupiah untuk bisa menguat, apalagi dalam menghadapi sikap The Federal Reserve/The Fed yang cenderung masih hawkish. Namun, dengan ditahannya suku bunga acuan, praktis tak ada sentimen dari dalam negeri yang bisa meredam pelemahan rupiah.
Akibat rupiah yang gagal ke zona hijau, aksi jual terpantau gencar dilakukan oleh investor asing di pasar saham. Pada akhir perdagangan, investor asing mencatatkan jual bersih Rp 77,9 miliar.
Next Page
Emiten Pesimistis, Wall Street Merah
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular