
Tambang Pomalaa Jadi Pemasok Bahan Baterai Mobil Listrik
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
28 August 2018 17:46

Jakarta, CNBC Indonesia- Tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara akan dijadikan tambang yang memproduksi nikel untuk baterai mobil listrik.
Direktur Utama Vale Indonesia Nico Kanter menjelaskan, tambang nikel Vale pada dasarnya terbagi menjadi dua jenis, yakni jenis satu dan dua.
"Jenis satu yang bisa dijadikan baterai, sedangkan jenis dua hasil produksinya stainless steel. Di Pomalaa, kalau jalan proyek, nanti akan jadi salah satu produsen bahan untuk baterai mobil listrik," terang Nico kepada media ketika dijumpai di gelaran Investor Summit, di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (28/8/2018).
Lebih lanjut, Nico menuturkan, berkaitan dengan pengembangan Pomalaa dan tambang Bahodopi, saat ini perusahaan masih dalam tahap penentuan mitra kerja untuk aksi pengembangan tersebut. Adapun untuk di Pomalaa, saat ini Sumitomo sudah menjadi mitra kerja HPAL, dan akan terus berlanjut.
"Untuk pencarian mitra ini kami sudah minta dipercepat prosesnya sehinga bisa mulai pembangunan," pungkas Nico.
Adapun, perusahaan mencatatkan laba bersih senilai US$ 29,38 juta atau Rp 424,73 miliar di semester I-2018. Pada semester I-2017, INCO mencatatkan kerugian sebesar US$21,47 juta (Rp 310,42 miliar).
Kinerja yang membaik tersebut didorong oleh pendapatan bersih perseroan yang naik 28,34% pada semester I tahun ini menjadi US$ 374,61 juta atau Rp 5,41 triliun dibandingkan dengan pendapatan bersih pada semester-I 2017 senilai US$ 291,88 juta.
Sedangkan penjualan nikel juga turun 3,07% dari sebelumnya 37,14 ribu MT pada semester I-2017 menjadi 36 ribu MT pada semester-I tahun ini. Tingginya rata-rata harga realisasi dan tingginya pengiriman di sepanjang kuartal II dibandingkan kuartal I tahun ini menjadi penyebab naiknya EBITDA perusahaan.
(gus) Next Article Vale Indonesia Tak Ikutan Proyek Tambang Emas Akbar di NTB
Direktur Utama Vale Indonesia Nico Kanter menjelaskan, tambang nikel Vale pada dasarnya terbagi menjadi dua jenis, yakni jenis satu dan dua.
"Jenis satu yang bisa dijadikan baterai, sedangkan jenis dua hasil produksinya stainless steel. Di Pomalaa, kalau jalan proyek, nanti akan jadi salah satu produsen bahan untuk baterai mobil listrik," terang Nico kepada media ketika dijumpai di gelaran Investor Summit, di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (28/8/2018).
"Untuk pencarian mitra ini kami sudah minta dipercepat prosesnya sehinga bisa mulai pembangunan," pungkas Nico.
Adapun, perusahaan mencatatkan laba bersih senilai US$ 29,38 juta atau Rp 424,73 miliar di semester I-2018. Pada semester I-2017, INCO mencatatkan kerugian sebesar US$21,47 juta (Rp 310,42 miliar).
Kinerja yang membaik tersebut didorong oleh pendapatan bersih perseroan yang naik 28,34% pada semester I tahun ini menjadi US$ 374,61 juta atau Rp 5,41 triliun dibandingkan dengan pendapatan bersih pada semester-I 2017 senilai US$ 291,88 juta.
Sedangkan penjualan nikel juga turun 3,07% dari sebelumnya 37,14 ribu MT pada semester I-2017 menjadi 36 ribu MT pada semester-I tahun ini. Tingginya rata-rata harga realisasi dan tingginya pengiriman di sepanjang kuartal II dibandingkan kuartal I tahun ini menjadi penyebab naiknya EBITDA perusahaan.
(gus) Next Article Vale Indonesia Tak Ikutan Proyek Tambang Emas Akbar di NTB
Most Popular