
Lakukan Pemeliharan Alat, Produksi Nikel Vale Indonesia Turun
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
20 July 2018 11:21

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatatkan penurunan produksi nikel sebesar 4% pada kuartal-II tahun ini menjadi 18,8 ribu metrik ton dibandingkan produksi nikel pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 20,1 ribu metrik ton.
Wakil Presiden Direktur INCO Bernardus Irmanto menjelaskan penurunan produksi nikel disebabkan aktivitas pemeliharaan alat yang dilakukan perseroan periode tersebut. "Kalau dari sisi produksi secara year on year (yoy) lebih rendah, tapi dibandingkan dengan kuartal-I 2018 produksi nikel kami meningkat," ujar Bernardus usai Rapat Umum Pemegang Luar Biasa (RUPSLB) di Energy Tower, Jumat (20/7/18).
Pada kuartal-I 2017, perseroan mencatatkan produksi nikel sebanyak 17,14 ribu metrik ton atau turun tipis dibandingkan dengan produksi nikel pada kuartal-I 2017 sebesar 17,22 ribu metrik ton.
Meskipun produksi nikel lebih rendah tetapi harga nikel yang terus mengalami peningkatan membuat realisasi penjualan pada kuartal-II tahun ini lebih positif.
"Jadi ada kekurangan produksi tapi dari sisi penjualan lebih tinggi karena harga nikel lebih tinggi," tambah Bernardus.
Pada tahun ini, perseroan menargetkan untuk memproduksi nikel sebesar 77 ribu metri ton. Hingga semester-I tahun ini, tercatat total produksi nikel INCO mencapai 36 ribu metrik ton atau meningkat tipis dibandingkan dengan semester I-2017 sebanyak 37,33 ribu metrik ton.
Seluruh hasil produksi nikel perseroan tersebut akan diserap pasar ekspor kepada Vale Japan Limited dan Sumitomo Corporation. Hingga saat ini INCO belum berencana untuk menambah pasar ekspor baru sebagai penerima hasil produksi nikelnya.
"Semua kami ekspor ke Jepang karena ada perjanjian jangka panjang dengan kedua perusahaan tersebut. Jadi semua yang diproduksi di lock dan dijual ke mereka," ungkap Bernardus.
Sementara itu, pada tahun ini perseroan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 95 juta atau setara dengan Rp 1,28 triliun (dengan asumsi US$ 1=Rp 13.500). Nilai tersebut meningkat dari capex yang dianggarkan tahun lalu yang sebesar US$ 68 juta.
Capex di tahun ini akan digunakan untuk meningkatkan kuantitas produksi perusahaan yang sudah ada saat ini. Seluruh dana belanja modal tersebut berasal dari kas internal perseroan.
(hps) Next Article Harga Nikel Dunia Melesat, Produksi Vale Malah Jeblok
Wakil Presiden Direktur INCO Bernardus Irmanto menjelaskan penurunan produksi nikel disebabkan aktivitas pemeliharaan alat yang dilakukan perseroan periode tersebut. "Kalau dari sisi produksi secara year on year (yoy) lebih rendah, tapi dibandingkan dengan kuartal-I 2018 produksi nikel kami meningkat," ujar Bernardus usai Rapat Umum Pemegang Luar Biasa (RUPSLB) di Energy Tower, Jumat (20/7/18).
Pada kuartal-I 2017, perseroan mencatatkan produksi nikel sebanyak 17,14 ribu metrik ton atau turun tipis dibandingkan dengan produksi nikel pada kuartal-I 2017 sebesar 17,22 ribu metrik ton.
"Jadi ada kekurangan produksi tapi dari sisi penjualan lebih tinggi karena harga nikel lebih tinggi," tambah Bernardus.
Pada tahun ini, perseroan menargetkan untuk memproduksi nikel sebesar 77 ribu metri ton. Hingga semester-I tahun ini, tercatat total produksi nikel INCO mencapai 36 ribu metrik ton atau meningkat tipis dibandingkan dengan semester I-2017 sebanyak 37,33 ribu metrik ton.
Seluruh hasil produksi nikel perseroan tersebut akan diserap pasar ekspor kepada Vale Japan Limited dan Sumitomo Corporation. Hingga saat ini INCO belum berencana untuk menambah pasar ekspor baru sebagai penerima hasil produksi nikelnya.
"Semua kami ekspor ke Jepang karena ada perjanjian jangka panjang dengan kedua perusahaan tersebut. Jadi semua yang diproduksi di lock dan dijual ke mereka," ungkap Bernardus.
Sementara itu, pada tahun ini perseroan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 95 juta atau setara dengan Rp 1,28 triliun (dengan asumsi US$ 1=Rp 13.500). Nilai tersebut meningkat dari capex yang dianggarkan tahun lalu yang sebesar US$ 68 juta.
Capex di tahun ini akan digunakan untuk meningkatkan kuantitas produksi perusahaan yang sudah ada saat ini. Seluruh dana belanja modal tersebut berasal dari kas internal perseroan.
(hps) Next Article Harga Nikel Dunia Melesat, Produksi Vale Malah Jeblok
Most Popular