
Beban Pokok Bengkak, Vale Cetak Laba Rp 2,52 T

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Vale IndonesiaTbk (INCO) dan entitas anaknya mencatat laba senilai US$168,51 juta, setara Rp2,52 triliun pada semester I/2023. Capaian ini naik 12% secara tahunan (yoy).
Pada paruh pertama tahun ini, beban pokok pendapatan INCO tercatat naik lebih dari dua kali lipat menjadi US$ 438,49 juta.
Akan tetapi pendapatan Vale yang tumbuh lebih rendah atau 16,72% yoy menjadi US$ 658,96 juta masih mampu menahan lonjakan beban pokok penjualan tersebut.
CEO dan Presiden Direktur Vale Febriany Eddy mengatakan bahwa pendapatan perusahaan ditopang volume pengiriman yang lebih tinggi sebesar 6.208 metrik ton sepanjang semester pertama. INCO memproduksi nikel dalam matte 33.691 ton, naik dari sebelumnya 26.394 ton pada semester I/2022.
Penjualan nikel dalam matte juga naik menjadi 33.221 ton dari sebelumnya 27.013 ton. Akan tetapi, harga realisasi jual rata-rata (ASP) turun menjadi US$19.836 per ton per Juni 2023, dibandingkan US$20.899 per ton periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, beban pokok pendapatan bengkak karena konsumsi bahan bakar dan harga diesel yang lebih tinggi. Konsumsi High Sulphur Fuel Oil (HSFO) mencapai 921.408 barel pada semester I/2023, naik lebih dari dua kali lipat. Harga rata-rata HSFO turun menjadi US$78,66 per barel dari US$80,63 per barel pada semester I/2022.
Sejak April 2023, lanjutnya, Vale berupaya untuk meningkatkan efisiensi biaya dengan memutuskan untuk mengalihkan sumber energi untuk burner dari High Sulphur Fuel Oil ("HSFO") ke batu bara, didorong oleh penurunan harga batu bara.
Pada semester I/2023, volume penggunaan batu bara mencapai 142.535 ton dengan harga US$383,46 per ton, berbanding 170.955 ton dan harga US$317,97 per ton pada semester I/2022.
"Ke depannya, kami akan terus berupaya untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya. Pada triwulan ini, PT Vale berhasil menurunkan biaya kas per unit produksi lebih jauh lagi, melampaui level yang pernah dicapai pada triwulan sebelumnya," kata Eddy, dikutip Jumat (28/7/2023).
Adapun dari sisi liabilitas, INCO mencatatkan US$345,85 juta per Juni 2023, naik dari akhir tahun lalu US$303,33 juta. Liabilitas jangka panjang US$143,69 juta, sedangkan liabilitas jangka pendek US$202,16 juta.
Kemudian INCO terbilang memiliki ekuitas jumbo atau senilai US$2,46 miliar per semester I/2023, naik 4,68% yoy. Seiring dengan pertumbuhan kinerja, total aset INCO naik 5,66% yoy menjadi US$2,80 miliar.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potensi Bullish, Investor Tunggu MIND ID Jadi Pengendali Vale