
Internasional
Eropa Cemas Tertular Krisis Turki, Lira Sempat Anjlok 12%
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
10 August 2018 14:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Turki, lira, kembali anjlok ke rekor terendah pada hari Jumat (10/8/2018) karena ketegangan negara itu dengan Amerika Serikat (AS) yang tak kunjung reda. Sementara itu, investor juga mencemaskan kemungkinan krisis Turki akan menular ke bank-bank Eropa.
Lira terdepresiasi dalam 5,5% pada hari Jumat menjadi 5,85 lira per dolar AS. Namun, mata uang ini telah menguat setelah sempat terperosok hingga sekitar 12% menembus 6,2 lira per dolar AS untuk kali pertama dalam sejarah, AFP melaporkan.
Financial Times menulis bank sentral Eropa, European Central Bank (ECB), mengungkapkan kekhawatirannya mengenai dampak krisis Turki kepada beberapa bank.
Turki saat ini tengah terpukul oleh inflasi tertinggi dalam beberapa tahun belakangan namun Presiden Recep Tayyip Erdogan telah menolak kenaikan suku bunga untuk menahan kenaikan harga.
Inflasi Turki di bulan Juni telah menembus 15,39% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Level setinggi itu terakhir kali terjadi pada 2003.
Bank sentral menahan suku bunga repo satu minggunya di level 17,75% akhir bulan Juli yang membuat investor semakin cemas. Sebanyak 15 dari 16 ekonom yang disurvei Reuters telah memperkirakan kenaikan bunga sebesar 100 hingga 125 basis poin (bps) ketika itu.
(prm) Next Article Gejolak Turki Bikin Sri Mulyani 'Was-was'
Lira terdepresiasi dalam 5,5% pada hari Jumat menjadi 5,85 lira per dolar AS. Namun, mata uang ini telah menguat setelah sempat terperosok hingga sekitar 12% menembus 6,2 lira per dolar AS untuk kali pertama dalam sejarah, AFP melaporkan.
Financial Times menulis bank sentral Eropa, European Central Bank (ECB), mengungkapkan kekhawatirannya mengenai dampak krisis Turki kepada beberapa bank.
Inflasi Turki di bulan Juni telah menembus 15,39% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Level setinggi itu terakhir kali terjadi pada 2003.
Bank sentral menahan suku bunga repo satu minggunya di level 17,75% akhir bulan Juli yang membuat investor semakin cemas. Sebanyak 15 dari 16 ekonom yang disurvei Reuters telah memperkirakan kenaikan bunga sebesar 100 hingga 125 basis poin (bps) ketika itu.
(prm) Next Article Gejolak Turki Bikin Sri Mulyani 'Was-was'
Most Popular