
Sikap Erdogan Buat Investasi di Lira Turki Makin Tak Jelas
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
27 July 2018 15:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Turki, lira, jatuh pekan ini setelah Bank Sentral Republik Turki (CBRT) mempertahankan suku bunga acuannya pada Selasa (24/7/2018) meski inflasi sedang meroket.
Langkah mengejutkan itu semakin membuat investor cemas atas independensi bank sentral sehingga timbul gagasan bahwa membeli lira sama seperti mencoba 'menangkap pisau yang jatuh', yang berarti menempatkan diri dalam ketidakpastian.
Mata uang tersebut telah kehilangan 20% nilainya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tahun ini.
"Selama lira masih meragukan, maka seperti kata pepatah lama, jangan menangkap pisau jatuh," kata Neil Mellor, ahli strategi mata uang senior di BNY Mellon, kepada CNBC Kamis (26/7/2018). Saat ditanya apakah ada peluang pemulihan jangka pendek, Mellor mengaku ia tidak memiliki optimisme itu.
"Sulit untuk melihat jalan keluar saat ini karena kenaikan inflasi baru-baru ini cukup dramatis, dan beberapa tanda stabilisasi akan diperlukan sebelum pasar dapat menarik napas lega," katanya, dilansir dari CNBC International.
Lira kehilangan 4% nilainya hari Selasa dan diperdagangkan di 4,94 terhadap dolar AS karena bank sentral membiarkan suku bunga di 17,75%, bertentangan dengan ekspektasi analis yang memperkirakan adanya kenaikan setidaknya 100 basis poin (bps).
Nilainya kemudian stabil ke 4,87 atau 3% lebih rendah terhadap dolar.
Investor melihat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang baru-baru ini memenangkan pemilu memegang terlalu banyak kendali atas kebijakan moneter sambil membiarkan inflasi meroket.
Erdogan telah lama memprioritaskan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam melawan inflasi negara, yang sekarang mencapai 15%. Angka itu adalah level tertinggi sejak Januari 2004 dan jauh melebihi target bank sentral 5%.
Erdogan, yang menyebut dirinya 'musuh suku bunga', makin membuat investor khawatir kebijakan bank sentral akan dipengaruhi eksekutif ketika ia menunjuk menantunya Berat Albayrak sebagai menteri keuangan.
Tapi Albayrak secara terbuka menyatakan dia "tidak akan melawan pasar". Pernyataan itu membuat investor berharap kebijakannya akan dipandu oleh data-data ekonomi, bukannya politik. Keputusan untuk mempertahankan suku bunga, kemudian, menjadi kejutan bagi banyak orang.
CBRT membenarkan keputusannya dengan mengatakan mereka melihat upaya penyeimbangan yang lebih cepat dalam perekonomian, yang banyak menjadi perdebatan analis pasar.
"Faktanya adalah inflasi Juni naik lebih dari 300 bps dibandingkan tahun lalu, dan CBRT tidak melakukan apa-apa, jadi bagaimana bank sentral yang kredibel menyatakan ia peduli dengan inflasi?" tanya Tim Ash, ahli strategi pasar berkembang senior di Bluebay Asset Management, melalui email Selasa (24/7/2018).
(prm) Next Article Eropa Cemas Tertular Krisis Turki, Lira Sempat Anjlok 12%
Langkah mengejutkan itu semakin membuat investor cemas atas independensi bank sentral sehingga timbul gagasan bahwa membeli lira sama seperti mencoba 'menangkap pisau yang jatuh', yang berarti menempatkan diri dalam ketidakpastian.
Mata uang tersebut telah kehilangan 20% nilainya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tahun ini.
"Sulit untuk melihat jalan keluar saat ini karena kenaikan inflasi baru-baru ini cukup dramatis, dan beberapa tanda stabilisasi akan diperlukan sebelum pasar dapat menarik napas lega," katanya, dilansir dari CNBC International.
Lira kehilangan 4% nilainya hari Selasa dan diperdagangkan di 4,94 terhadap dolar AS karena bank sentral membiarkan suku bunga di 17,75%, bertentangan dengan ekspektasi analis yang memperkirakan adanya kenaikan setidaknya 100 basis poin (bps).
Nilainya kemudian stabil ke 4,87 atau 3% lebih rendah terhadap dolar.
Investor melihat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang baru-baru ini memenangkan pemilu memegang terlalu banyak kendali atas kebijakan moneter sambil membiarkan inflasi meroket.
Erdogan telah lama memprioritaskan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam melawan inflasi negara, yang sekarang mencapai 15%. Angka itu adalah level tertinggi sejak Januari 2004 dan jauh melebihi target bank sentral 5%.
Erdogan, yang menyebut dirinya 'musuh suku bunga', makin membuat investor khawatir kebijakan bank sentral akan dipengaruhi eksekutif ketika ia menunjuk menantunya Berat Albayrak sebagai menteri keuangan.
Tapi Albayrak secara terbuka menyatakan dia "tidak akan melawan pasar". Pernyataan itu membuat investor berharap kebijakannya akan dipandu oleh data-data ekonomi, bukannya politik. Keputusan untuk mempertahankan suku bunga, kemudian, menjadi kejutan bagi banyak orang.
CBRT membenarkan keputusannya dengan mengatakan mereka melihat upaya penyeimbangan yang lebih cepat dalam perekonomian, yang banyak menjadi perdebatan analis pasar.
"Faktanya adalah inflasi Juni naik lebih dari 300 bps dibandingkan tahun lalu, dan CBRT tidak melakukan apa-apa, jadi bagaimana bank sentral yang kredibel menyatakan ia peduli dengan inflasi?" tanya Tim Ash, ahli strategi pasar berkembang senior di Bluebay Asset Management, melalui email Selasa (24/7/2018).
(prm) Next Article Eropa Cemas Tertular Krisis Turki, Lira Sempat Anjlok 12%
Most Popular