Internasional

Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi China Kuartal II Melambat

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
16 July 2018 11:35
Secara kuartalan, pertumbuhan naik 1,8% dari 1,4% di kuartal pertama dan melampaui prediksi pertumbuhan senilai 1,6%.
Foto: Reuters
Beijing, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi China melambat sesuai perkiraan di kuartal kedua tahun ini akibat upaya pemerintah untuk mengatasi risiko utang menghambat aktivitas ekonomi dan memanasnya perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) mengancam pertumbuhan ekspor.

Perekonomian China tumbuh 6,7% di kuartal kedua dari tahun sebelumnya dan sedikit menurun dibandingkan kuartal pertama, kata Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics) pada hari Senin (16/7/2018).

Data aktivitas untuk bulan Juni juga mengindikasikan momentum yang melambat, sehingga memperkuat pandangan bahwa pertumbuhan menurun. Beberapa analis pun meminta pemerintah untuk mengambil langkah lebih kuat demi menopang perekonomian.

"Mereka perlu sedikit memperlambat deleveraging keuangan dan lebih fokus pada tindakan yang mendukung pertumbuhan. Misalnya, meningkatkan likuiditas melalui pemotongan [persyaratan giro wajib minimum (GWM)]," kata Iris Pang selaku Ekonom wilayah China di ING, Hong Kong, dilansir dari Reuters.

"Jika situasi lebih cepat memburuk daripada perkiraan, menurut saya otoritas China perlu meningkatkan langkah mendukung, baik fiskal maupun moneter."

Pertumbuhan investasi aset tetap di semester pertama tercatat rendah, sementara produksi industri di bulan Juni sama dengan tingkat pertumbuhan yang lebih lambat selama dua tahun di posisi 6%. Data tersebut meleset dari proyeksi yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 6,5%.

Para analis yang dikumpulkan oleh Reuters telah memprediksi perekonomian China akan tumbuh 6,7% di kuartal April-Juni.

Secara kuartalan, pertumbuhan naik 1,8% dari 1,4% di kuartal pertama dan melampaui prediksi pertumbuhan senilai 1,6%.

Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu sudah merasakan dampak dari tindakan keras selama bertahun-tahun terhadap utang berisiko yang telah meningkatkan ongkos pinjaman perusahaan. Hal itu pun membuat bank sentral memompa lebih banyak uang tunai dengan memangkas GWM bank.

Data pada hari Jumat (13/7/2018) menunjukkan ekspor China tumbuh dengan kecepatan yang solid di bulan Juni, meski para analis menyarankan pengiriman front-loading sebelum pemberlakuan tarif bisa meningkatkan pertumbuhan.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah surplus perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) mencapai rekor tertinggi bulan lalu dan nampaknya akan membuat ketegangan perdagangan dengan Washington terus memanas untuk waktu yang lama.

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump meningkatkan pertaruhannya dalam perselisihan dagang dengan China dan mengatakan akan menerapkan tarif 10% terhadap produk impor China senilai $200 miliar, termasuk sejumlah produk konsumen.


Data lain menunjukkan penjualan ritel naik 9% di bulan Juni dari sebulan sebelumnya, sejalan dengan proyeksi pasar.

Dihadapkan dengan melambatnya permintaan domestik dan potensi risiko negatif dari perang dagang, para pembuat kebijakan di China sudah mulai meningkatkan dukungan kebijakan terhadap perekonomian dan melunakkan posisi mereka terhadap deleveraging.

Perekonomian China kemungkinan akan sedikit melambat di semester kedua tahun ini saat risiko pasar keuangan menjadi "nyata" dan permintaan diprediksi menurun, kata lembaga think-thank State Information Center (SIC).

Regulator keuangan Negara Tirai Bambu sudah meminta bank-bank untuk "memangkas secara signifikan" bunga pinjaman bagi usaha kecil di kuartal ketiga dibandingkan dengan kuartal pertama, kata dua sumber yang mengetahui hal tersebut kepada Reuters pekan lalu.

Bank sentral People's Bank of China (PBoC), yang sudah memangkas persyaratan GWM bank tiga kali tahun ini, baru saja mengganti penggunaan istilah "deleveraging" dengan "deleveraging struktural". Perubahan itu menunjukkan pembatasan utang yang tidak terlalu ketat.

Para ekonom Nomura dalam sebuah catatan terkini mengatakan mereka berharap PBoC melakukan setidaknya satu lagi pemangkasan suku bunga sebelum akhir tahun, kemungkinan sebanyak 100 basis poin, dan meningkatkan pendanaan langsung ke ekonomi riil lewat alat suntikan likuiditas lain, seperti fasilitas suplemen pinjaman.
(prm) Next Article Kuartal I-2018 Ekonomi China Tumbuh 6,8%, di Atas Estimasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular