
Internasional
China Akui Tantangan Makin Berat di 2019
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
14 December 2018 14:27

Beijing, CNBC Indonesia - China akan mencapai target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahun ini yang sebesar 6,5%. Namun, perekonomian terbesar kedua di dunia itu akan menghadapi lebih banyak ketidakpastian global tahun depan, kata juru bicara biro statistik China, Mao Shengyong, Jumat (14/12/2018).
Produksi industri yang lebih lemah dan pertumbuhan penjualan ritel di November menunjukkan bahwa tekanan bagi ekonomi Negeri Tirai Bambu semakin tinggi, ujarnya, dilansir dari Reuters.
Dampak ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China sejauh ini belum terlihat, tambahnya.
Produksi industri di November tumbuh 5,4% dibandingkan tahun lalu, laju paling lambat dalam hampir tiga tahun karena sesuai dengan tingkat pertumbuhan yang terlihat pada Januari hingga Februari 2016, menurut catatan Reuters.
Pertumbuhan dalam produksi industri itu lebih rendah dari 5,9% yang diprediksi analis dalam survei Reuters.
Penjualan ritel naik 8,1% pada November, laju terlemah sejak 2003, lebih rendah dari 8,8% yang diperkirakan analis. Pertumbuhan penjualan ritel November turun dari 8,6% di Oktober.
PDB China di kuartal ketiga tahun ini tumbuh lebih lambat dari perkiraan dan mencatat ekspansi paling lambat sejak kuartal pertama 2009 akibat perang dagang.
Ekonominya tumbuh 6,5% secara tahunan (year-on-year/ yoy) di kuartal ketiga tahun ini atau lebih rendah dari 6,6% yang diperkirakan para analis dalam survei Reuters. Angka itu juga lebih rendah dari 6,7% yang dicapai di kuartal sebelumnya, CNBC International melaporkan.
Secara quarter-on-quarter, produk domestik bruto (PDB) China tumbuh 1,6%, menurut data Biro Statistik Nasional China.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan PDB China tumbuh hingga 6,6% tahun ini dan 6,2% di 2019 dari 6,4% yang diperkirakan sebelumnya.
(roy) Next Article Terlemah Sejak 1990, Lesunya Ekonomi China Ancam Dunia
Produksi industri yang lebih lemah dan pertumbuhan penjualan ritel di November menunjukkan bahwa tekanan bagi ekonomi Negeri Tirai Bambu semakin tinggi, ujarnya, dilansir dari Reuters.
Dampak ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China sejauh ini belum terlihat, tambahnya.
Pertumbuhan dalam produksi industri itu lebih rendah dari 5,9% yang diprediksi analis dalam survei Reuters.
Penjualan ritel naik 8,1% pada November, laju terlemah sejak 2003, lebih rendah dari 8,8% yang diperkirakan analis. Pertumbuhan penjualan ritel November turun dari 8,6% di Oktober.
PDB China di kuartal ketiga tahun ini tumbuh lebih lambat dari perkiraan dan mencatat ekspansi paling lambat sejak kuartal pertama 2009 akibat perang dagang.
Ekonominya tumbuh 6,5% secara tahunan (year-on-year/ yoy) di kuartal ketiga tahun ini atau lebih rendah dari 6,6% yang diperkirakan para analis dalam survei Reuters. Angka itu juga lebih rendah dari 6,7% yang dicapai di kuartal sebelumnya, CNBC International melaporkan.
Secara quarter-on-quarter, produk domestik bruto (PDB) China tumbuh 1,6%, menurut data Biro Statistik Nasional China.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan PDB China tumbuh hingga 6,6% tahun ini dan 6,2% di 2019 dari 6,4% yang diperkirakan sebelumnya.
(roy) Next Article Terlemah Sejak 1990, Lesunya Ekonomi China Ancam Dunia
Most Popular