Internasional

China Kembali Laporkan Data Perekonomian yang Mengecewakan

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
14 December 2018 14:04
China mulai menunjukkan tanda-tanda melambat di tengah perselisihan dagang yang sengit dengan Amerika Serikat (AS).
Foto: REUTERS/Ilya Naymushin
Jakarta, CNBC Indonesia - China pada hari Jumat (14/12/18) melaporkan output industri dan pertumbuhan penjualan ritel untuk bulan November yang meleset dari ekspektasi, menurut data dari Biro Statistik Nasional. Ini terjadi karena perekonomian terbesar kedua di dunia itu mulai menunjukkan tanda-tanda melambat di tengah perselisihan dagang yang sengit dengan Amerika Serikat (AS).

Produksi industri di November tumbuh 5,4% dibandingkan tahun lalu, laju paling lambat dalam hampir tiga tahun karena sesuai dengan tingkat pertumbuhan yang terlihat pada Januari hingga Februari 2016, menurut catatan Reuters.


Pertumbuhan dalam produksi industri itu lebih rendah dari 5,9% yang diprediksi analis dalam survei Reuters.

Penjualan ritel naik 8,1% pada November, laju terlemah sejak 2003, menurut catatan Reuters, lebih rendah dari 8,8% yang diperkirakan analis. Pertumbuhan penjualan ritel November turun dari 8,6% di Oktober.

Investasi aset tetap (FAI) naik 5,9% dari Januari hingga November, sedikit lebih tinggi dari 5,8% yang diperkirakan para ekonom. FAI naik 5,7% dari Januari hingga Oktober.

Data ekonomi China dinantikan oleh banyak kalangan di tengah-tengah serentetan perseteruan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia karena Presiden AS Donald Trump berulang kali mengecam defisit perdagangan yang lebar antara Amerika dengan China.

China Kembali Laporkan Data Perekonomian yang MengecewakanFoto: Seorang pria yang mengenakan masker berjalan di distrik bisnis pusat usai pemerintah memberi peringatan kuning atas polusi kabut asap yang tercemar di Beijing, China. REUTERS / Jason Lee

Meskipun ketegangan perdagangan dengan AS meningkat, China menunjukkan perekonomiannya secara mengejutkan menguat di sebagian besar 2018, dilansir dari CNBC International.

Manufaktur, khususnya, telah bertahan karena eksportir yang cepat mengirimkan barang-barang mereka, sebuah fenomena yang disebut front-loading, sebelum bea impor AS resmi diterapkan.

Data China yang lemah di November menunjukkan bahwa dampak positif dari front-loading mulai melambat dan tekanan bagi ekonomi Negeri Tirai Bambu meningkat, tulis Sue Trinh, kepala strategi valuta asing Asia di RBC Capital Markets di Hong Kong.


Biro statistik Cina mengatakan setelah rilis data bahwa dampak dari ketegangan perdagangan bilateral dengan AS belum jelas.

"Jadi yang terburuk belum datang, dan pembuat kebijakan akan sangat khawatir, terutama dengan pertumbuhan konsumsi yang jatuh," tulis Trinh, Jumat.

Trump setuju untuk tidak menaikkan tarif pada impor China di Januari. Tapi, jika kedua negara gagal mencapai kesepakatan pada akhir gencatan senjata 90 hari, tarif yang diancamkan itu akan diterapkan.


(prm) Next Article Perang Dagang Berkobar, Ekonomi China & AS Sama-sama Loyo

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular