
Ekonomi China Mengkhawatirkan, Harga Minyak Melandai
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
14 December 2018 11:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan hari Jumat (14/12/2018), harga minyak mentah jenis brent kontrak Februari 2019 turun sebesar 0,6% ke level US$ 61,08/barel, hingga pukul 11.18 WIB. Di waktu yang sama, harga minyak mentah light sweet kontrak Januari 2019 terkoreksi 0,28% ke level US$ 52,43/barel.
Kedua harga minyak mentah kontrak berjangka melandai, pasca kemarin mampu menguat cukup signifikan. Pada penutupan perdagangan hari Kamis (13/12/2018), harga minyak light sweet dan brent kompak melambung masing-masing sebesar 2,8% dan 2,16%.
Hari ini, harga si emas hitam tertekan oleh mengecewakannya data-data ekonomi China yang baru saja dirilis. Hal ini menimbulkan kekhawatiran investor terkait perekonomian dunia yang memang masih rentan-rentannya.
Meski demikian, koreksi harga minyak hari ini terbatas oleh sentimen positif yang mampu mengangkat harga komoditas ini kemarin. Sentimen itu berasal dari potensi terjadinya defisit pasokan minyak di tahun depan.
Pagi ini, Biro Statistik Nasional China mengumumkan produksi industri hanya tumbuh 5,4% secara tahunan (year-on-year/YoY), yang merupakan laju terlambat dalam hampir 3 tahun terakhir. Pertumbuhan bulan lalu juga lebih lambat daripada konsensus Reuters sebesar 5,9%.
Kemudian, penjualan ritel di China "hanya" naik 8,1% YoY pada November, lebih lambat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 8,6% sekaligus masih di bawah ekspektasi pasar sebesar 8,8%. Secara historis, capaian di bulan lalu juga menjadi yang terlambat sejak tahun 2003.
Mengecewakannya data ekonomi Negeri Panda nampaknya tidak lepas dari konflik dagang yang terjadi antara Washington dan Beijing. Hal ini akhirnya memunculkan kekhawatiran tersendiri di benak investor. Pasalnya, China merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia, sekaligus importir minyak mentah terbesar. Kini, permintaan minyak mentah pun semakin terancam.
Sebelumnya, dalam laporan bulanannya, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan permintaan minyak dunia pada 2019 sebesar 31,44 juta barel/hari. Turun 100.000 barel/hari dibandingkan proyeksi sebelumnya, dan di bawah tingkat produksi global yang saat ini mendekati 33 juta barel/hari.
Ada Secercah Harapan Bagi Harga Minyak
Berita baiknya, hari ini harga si emas hitam mendapatkan energi dari adanya potensi bahwa pasar minyak mentah global akan mengalami defisit di tahun depan.
Dalam laporan Pasar Minyak bulanannya, International Energy Agency (IEA) mengekspektasikan terjadinya defisit pasokan di pasar minyak global pada kuartal II-2019.
Kondisi itu terjadi karena adanya kesepakatan pemangkasan produksi oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia, serta munculnya kebijakan pengurangan produksi di Kanada.
Seperti diketahui, OPEC dan mitra produsen non-OPEC (termasuk Rusia) menyepakati pemotongan produksi sebanyak 1,2 juta barel/hari pada akhir pekan lalu.
Rinciannya adalah 15 negara OPEC sepakat memangkas produksi sebanyak 800 ribu barel per hari, sementara Rusia dan produsen minyak sekutu lainnya mengurangi produksi sebanyak 400 ribu barel per hari.
Keputusan pemangkasan produksi ini akan dimulai pada bulan Januari 2019, dengan menggunakan level produksi pada Oktober 2018 sebagai baseline.
Sementara itu, pada akhir pekan lalu Gubernur Alberta Rachel Notley menyatakan bahwa provinsi Western Canadian akan dikenakan mandat untuk memangkas produksi minyak secara sementara, menyusul terjadinya bottleneck di jalur pipa penyaluran.
Akibat bottleneck tersebut cadangan minyak di fasilitas penyimpanan Alberta kini melambung ke angka 35 juta barel, atau dua kali lipat dari level normalnya. Akibatnya, hal ini membuat harga minyak mentah domestik di Kanada menurun.
Pemangkasan produksi sebesar 8,7% atau sekitar 325.000 barel/hari akan diterapkan mulai Januari 2019, hingga kelebihan volume minyak mentah di fasilitas penyimpanan menurun. Pemotongan tersebut akan dilonggarkan menjadi 95.000 barel/hari hingga 31 Desember 2019.
Turunnya pasokan global juga diindikasikan oleh Genscape yang melaporkan penurunan cadangan minyak mentah di Cushing (Oklahoma), yang merupakan titik pengiriman untuk minyak mentah AS kontrak berjangka, sebesar 822.000 barel dalam sepekan hingga tanggal 11 Desember.
Akhirnya, sejumlah sentimen positif ini mampu menyelamatkan harga minyak mentah supaya tidak jatuh terlalu dalam pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(RHG/roy) Next Article Tak Bisa Tahan, Harga Minyak Turun karena Perlambatan Global
Kedua harga minyak mentah kontrak berjangka melandai, pasca kemarin mampu menguat cukup signifikan. Pada penutupan perdagangan hari Kamis (13/12/2018), harga minyak light sweet dan brent kompak melambung masing-masing sebesar 2,8% dan 2,16%.
Hari ini, harga si emas hitam tertekan oleh mengecewakannya data-data ekonomi China yang baru saja dirilis. Hal ini menimbulkan kekhawatiran investor terkait perekonomian dunia yang memang masih rentan-rentannya.
Pagi ini, Biro Statistik Nasional China mengumumkan produksi industri hanya tumbuh 5,4% secara tahunan (year-on-year/YoY), yang merupakan laju terlambat dalam hampir 3 tahun terakhir. Pertumbuhan bulan lalu juga lebih lambat daripada konsensus Reuters sebesar 5,9%.
Kemudian, penjualan ritel di China "hanya" naik 8,1% YoY pada November, lebih lambat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 8,6% sekaligus masih di bawah ekspektasi pasar sebesar 8,8%. Secara historis, capaian di bulan lalu juga menjadi yang terlambat sejak tahun 2003.
Mengecewakannya data ekonomi Negeri Panda nampaknya tidak lepas dari konflik dagang yang terjadi antara Washington dan Beijing. Hal ini akhirnya memunculkan kekhawatiran tersendiri di benak investor. Pasalnya, China merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia, sekaligus importir minyak mentah terbesar. Kini, permintaan minyak mentah pun semakin terancam.
Sebelumnya, dalam laporan bulanannya, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan permintaan minyak dunia pada 2019 sebesar 31,44 juta barel/hari. Turun 100.000 barel/hari dibandingkan proyeksi sebelumnya, dan di bawah tingkat produksi global yang saat ini mendekati 33 juta barel/hari.
Ada Secercah Harapan Bagi Harga Minyak
Berita baiknya, hari ini harga si emas hitam mendapatkan energi dari adanya potensi bahwa pasar minyak mentah global akan mengalami defisit di tahun depan.
Dalam laporan Pasar Minyak bulanannya, International Energy Agency (IEA) mengekspektasikan terjadinya defisit pasokan di pasar minyak global pada kuartal II-2019.
Kondisi itu terjadi karena adanya kesepakatan pemangkasan produksi oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia, serta munculnya kebijakan pengurangan produksi di Kanada.
Seperti diketahui, OPEC dan mitra produsen non-OPEC (termasuk Rusia) menyepakati pemotongan produksi sebanyak 1,2 juta barel/hari pada akhir pekan lalu.
Rinciannya adalah 15 negara OPEC sepakat memangkas produksi sebanyak 800 ribu barel per hari, sementara Rusia dan produsen minyak sekutu lainnya mengurangi produksi sebanyak 400 ribu barel per hari.
Keputusan pemangkasan produksi ini akan dimulai pada bulan Januari 2019, dengan menggunakan level produksi pada Oktober 2018 sebagai baseline.
Sementara itu, pada akhir pekan lalu Gubernur Alberta Rachel Notley menyatakan bahwa provinsi Western Canadian akan dikenakan mandat untuk memangkas produksi minyak secara sementara, menyusul terjadinya bottleneck di jalur pipa penyaluran.
Akibat bottleneck tersebut cadangan minyak di fasilitas penyimpanan Alberta kini melambung ke angka 35 juta barel, atau dua kali lipat dari level normalnya. Akibatnya, hal ini membuat harga minyak mentah domestik di Kanada menurun.
Pemangkasan produksi sebesar 8,7% atau sekitar 325.000 barel/hari akan diterapkan mulai Januari 2019, hingga kelebihan volume minyak mentah di fasilitas penyimpanan menurun. Pemotongan tersebut akan dilonggarkan menjadi 95.000 barel/hari hingga 31 Desember 2019.
Turunnya pasokan global juga diindikasikan oleh Genscape yang melaporkan penurunan cadangan minyak mentah di Cushing (Oklahoma), yang merupakan titik pengiriman untuk minyak mentah AS kontrak berjangka, sebesar 822.000 barel dalam sepekan hingga tanggal 11 Desember.
Akhirnya, sejumlah sentimen positif ini mampu menyelamatkan harga minyak mentah supaya tidak jatuh terlalu dalam pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(RHG/roy) Next Article Tak Bisa Tahan, Harga Minyak Turun karena Perlambatan Global
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular