Internasional

Erdogan Terima Tekanan Baru: Inflasi 15% Pertama Sejak 2003

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
03 July 2018 17:40
Harga konsumen di Turki naik 15,39% pada bulan Juni dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Foto: REUTERS/Kemal Aslan
Ankara, CNBC Indonesia - Inflasi di Turki melonjak menjadi lebih dari 15% pada Juni untuk pertama kalinya dalam hampir satu setengah dekade, menurut statistik resmi yang diumumkan hari Selasa (3/7/2018). Data ini menjadi tekanan baru bagi pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan agar segera menghentikan kenaikan harga.

Harga konsumen naik 15,39% pada bulan Juni dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka itu naik tajam dibandingkan 12,15% pada bulan Mei, menurut kantor statistik Turki.

Kenaikan tahunan tertinggi bulan itu terlihat dalam layanan transportasi yang naik 24,26%, dan dalam harga perabot dan peralatan rumah tangga yang naik 18,91%.

Kenaikan tajam harga bahan makanan pokok seperti bawang, kentang, dan wortel, juga menjadi pemicu utama melonjaknya angka inflasi.

Memerangi inflasi akan menjadi isu utama bagi pemerintahan baru Erdogan setelah ia memenangkan pemilihan presiden dan parlemen di putaran pertama pada tanggal 24 Juni, dengan kekuatan baru yang ditingkatkan sebagai kepala negara.

Kali terakhir inflasi di Turki mencapai 15% adalah di akhir 2003, setahun setelah partai yang berkuasa yang dipimpin Erdogan memenangkan pemilihan untuk pertama kalinya dan ketika negara itu bangkit dari krisis keuangan.

Data tersebut melampaui target inflasi bank sentral yang sebesar 5% dan bahkan perkiraannya pada tahun 2018 yang sebesar 8,4%.


Data tersebut menambahkan tekanan pada lira Turki, yang telah kehilangan lebih dari 23% nilainya terhadap dolar tahun ini. Lira kehilangan nilainya sekitar 0,95% dan diperdagangkan pada 4,67 terhadap dolar AS.

Pasar gelisah menantikan siapa yang akan Erdogan tunjuk sebagai pembuat kebijakan ekonomi utamanya sebagai indikasi kebijakan apa yang akan dia kejar dalam aturan baru.

Analis mengatakan kenaikan inflasi Turki yang lebih kuat dari perkiraan kemungkinan akan mendorong bank sentral untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan akhir bulan ini.

Dilansir dari AFP, bulan lalu bank sentral menaikkan suku bunga segera setelah menyetujui kenaikan suku bunga darurat sebesar 300 basis poin pada tanggal 23 Mei.

Jason Tuvey, ekonom senior emerging markets di Capital Economics yang berbasis di London, mengatakan berlanjutnya kenaikan inflasi "kemungkinan akan cukup untuk mendorong reaksi dari bank sentral."

Dia mengatakan bahwa setelah pemilihan, "suara positif" telah terdeteksi dari penasihat Erdogan "bahwa bank sentral akan diizinkan untuk mengatasi inflasi tinggi".

Bank sentral Turki sebenarnya bersifat independen, tetapi Erdogan telah membuat jengkel pasar dengan berulang kali menekan lembaga itu untuk mempertahankan suku bunga rendah.
(prm) Next Article Sikap Erdogan Buat Investasi di Lira Turki Makin Tak Jelas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular