Internasional

Komentar Erdogan Bawa Lira Turki Sentuh Rekor Terendah Baru

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
16 May 2018 18:37
Lira, mata uang Turki pada hari Rabu (16/5/2018) telah menyentuh rekor terendahnya terhadap dolar AS.
Foto: REUTERS/Murad Sezer
Jakarta, CNBC Indonesia - Lira, mata uang Turki pada hari Rabu (16/5/2018) telah menyentuh rekor terendahnya terhadap dolar AS. Rekor tersebut terjadi pertama kalinya dalam sejarah, karena para investor merasa takut pada komentar dari Presiden Recep Tayyip Erdogan yang mengisyaratakan menginginkan tekanan yang lebih besar dalam kebijakan moneter.

Lira telah kehilangan 9% nilainya selama sebulan terakhir saja, seiring Turki yang siap mengadakan pemilihan Presiden dan Parlemen pada 24 Juni, di tengah meningkatnya kekhawatiran atas kesehatan ekonomi.

Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg TV pada hari Senin ketika melakukan kunjungan ke London, Erdogan mengisyaratkan ingin mengambil kendali lebih besar atas kebijakan moneter dan ekonomi jika dia memenangkan pemilihan.

"Ini mungkin membuat beberapa pihak tidak nyaman. Tapi kita harus melakukannya," katanya, dilansir dari AFP.

Investor telah lama terguncang oleh tekanan berkelanjutan Erdogan pada bank sentral, yang secara nominal independen, untuk menaikkan suku bunga demi mendorong pertumbuhan.

Lira pada hari Selasa (15/5/2018) diperdagangkan pada 4,49 lira terhadap dolar, turun 1,1% nilainya di hari itu. Mata uang tersebut sudah berada di bawah tekanan berat minggu lalu setelah Erdogan menyatakan bahwa suku bunga adalah "Ibu dan Ayah dari semua kejahatan".

Pernyataan Erdogan dilayangkan di hadapan ortodoksi ekonomi di mana suku bunga digunakan oleh bank-bank sentral di seluruh dunia sebagai alat untuk menekan inflasi.

Para ekonom telah memperingatkan bahwa kebijakan moneter yang lebih ketat diperlukan untuk ekonomi yang inflasinya sebesar 10,85%, dan mata uang ini telah kehilangan nilai 25% selama setahun terakhir.

Ekonomi secara umum telah menjadi kartu truf bagi Erdogan dalam 15 tahun kekuasaannya, dimana orang yang berkuasa di Turki ini memuji dirinya sendiri sebagai orang yang mengakhiri kekacauan yang membawa negara itu mendekati krisis keuangan dalam krisis tahun 2000-2001.

Turki mencatat pertumbuhan pesat sebesar 7,4% pada tahun 2017.

Namun, pemilu diadakan bertepatan dengan meningkatnya kekhawatiran atas kesehatan ekonomi Turki, terutama karena defisit neraca terus berjalan dan kekhawatiran ekonomi semakin panas.

(dru) Next Article Gejolak Turki Bikin Sri Mulyani 'Was-was'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular