
Waduh! Inflasi Turki Kembali Tembus 16%

Jakarta, CNBC Indonesia - Institut Statistik Turki pada Senin (5/4/2021) mencatatkan inflasi tahunan negara itu naik di atas 16% pada bulan Maret untuk pertama kalinya sejak pertengahan 2019.
Dikutip Reuters, indeks harga barang konsumen (IHK) naik 16,19% tahun ke tahun, lebih tinggi dari 16,11% yang sebelumnya diprediksikan. Inflasi tetap jauh di atas target resmi 5% dan telah mencapai dua digit selama sebagian besar empat tahun terakhir.
Kenaikan harga IHK bulanan didukung oleh permintaan di kelompok kesehatan, pendidikan dan perhotelan, termasuk restoran, setelah langkah-langkah pengurangan virus corona.
Sementara itu indeks harga produsen naik 4,13% bulan ke bulan di bulan Maret untuk kenaikan tahunan sebesar 31,2%, data menunjukkan. Kenaikan tahunan itu didorong oleh harga energi dan impor yang lebih tinggi yang menaikkan harga terkait transportasi hampir 25%.
Menurut ramalan Februari, bank sentral memperkirakan inflasi maksimum 17% di bulan Maret dan sedikit lebih banyak di bulan April. Analis memperkirakan akan naik hingga April, ketika Goldman Sachs memperkirakan akan mencapai puncaknya pada 18%.
Hal ini dirasa menjadi tekanan pada gubernur bank sentral baru Sahap Kavcioglu untuk mempertahankan kebijakan ketat setelah dirinya didaulat menjadi pimpinan "the fed" Turki itu.
Sebelumnya, mantan gubernur bank sentral, Naci Agbal, menaikkan suku bunga acuan menjadi 19% dari 10,25%. Namun ia digulingkan pada 20 Maret oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan , setelah hanya empat bulan bekerja dan mendorong penurunan 12% pada mata uang lira.
Penggulingan itu melukai kredibilitas moneter Turki dan berkontribusi pada penurunan jangka panjang mata uang, yang pada gilirannya telah mendorong inflasi secara keseluruhan melalui impor.
Kavcioglu di masa lalu mengkritik kebijakan ekonomi Ankara, termasuk membuat klaim tidak lazim yang dianut oleh Erdogan bahwa suku bunga tinggi menyebabkan inflasi. Namun ia sendiri telah mengatakan kepada investor dan bankir dalam beberapa pekan terakhir bahwa suku bunga harus tetap tinggi karena inflasi yang tinggi.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Erdogan Kembali Pecat Gubernur Bank Sentral Turki, Ada Apa?