Erdogan Anti Mainstream, Kurs Lira Terburuk Sepanjang Sejarah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 October 2021 15:10
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. AP/
Foto: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs lira Turki kembali terpuruk melawan dolar Amerika Serikat (AS), hingga menyentuh level terlemah sepanjang sejarah. Penyebabnya, Presiden Recep Tayyip Erdogan yang mengutang-atik dewan gubernur bank sentral Turki (TCMB).

Bukan pertama kalinya Erdogan mengutak-atik posisi strategis di TCMB. Sejak 2019, Erdogan sudah tiga kali memecat Gubernur TCMB. Kali ini, dua deputi gubernur TCMB yang diberhentikan.

Ketika dewan gubernur berseberangan dengan pandangannya, maka hampir pasti akan kehilangan jabatannya.

Erdogan merupakan presiden yang anti terhadap suku bunga tinggi. Ia berpandangan suku bunga tinggi adalah "biangnya setan".

Masalahnya, dengan inflasi yang tinggi maka kebijakan moneter konvensional menggunakan suku bunga sebagai senjata untuk meredamnya. Ketika inflasi tinggi, maka suku bunga akan dinaikkan, begitu juga sebaliknya.

Tetapi beda ceritanya di Turki, dengan inflasi yang tinggi suku bunga malah diturunkan, sehingga anti mainstream. Alhasil kurs lira menjadi jeblok.

idr

Kamis kemarin lira ambrol lebih dari 1% ke 9,1750/US$, bahkan sebelumnya sempat menyentuh 9,1996 yang merupakan rekor terlemah sepanjang sejarah. Sepanjang tahun ini, lira sudah merosot lebih dari 23%.

Lira terus mengalami tekanan setelah TCMB secara mengejutkan memangkas suku bunganya bulan lalu. Pada Kamis (23/9) Gubernur TCMB, mengumumkan pemangkasan suku bunga sebesar 100 basis poin menjadi 18%.

Reuters yang melakukan survei terhadap 17 ekonom menunjukkan sebanyak 15 orang memprediksi suku bunga akan tetap sebesar 19%, dan hanya 2 orang yang melihat adanya pemangkasan suku bunga.

idr

Sehingga langkah TCMB tersebut terbilang mengejutkan, apalagi setelah dengan inflasi yang mencapai 19,5% year-on-year (YoY) di bulan Agustus. Artinya, suku bunga kini berada di bawah inflasi, kurs lira pun makin terpuruk.

Dalam rapat kebijakan moneter di bulan September, deputi gubernur Ugur Namik Kucuk, menjadi satu-satunya dari 7 komite pembuat kebijakan yang menolak menaikkan suku bunga. Alhasil, Kamis kemarin ia dicopot dari jabatannya.

"Kucuk satu-satunya yang menolak kenaikan suku bunga, jadi ini (pemecatan) menyedihkan bagi dia, dan bagi negara," kata salah satu bankir di Istanbul yang dikutip Financial Times. Kamis (14/10).

Deputi gubernur lain yang dicopot adalah Semih Tumen, yang sebelumnya diisukan menjadi suksesor Kavcioglu.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Gonta-ganti Gubernur TCMB Bikin Lira Jatuh Bangun

Gubernur TCMB Kavcioglu punya latar belakang bankir dan anggota parlemen dari Partai Keadilan dan Pembangunan Turki (AK Parti) yang dipimpin oleh Erdogan. Seperti halnya Erdogan, Kavcioglu punya pandangan yang serupa yaitu suku bunga tinggi adalah 'biangnya setan'.

Kavcioglu mulai menjabat pada Maret 2021 lalu, menggantikan Naci Agbal yang dipecat Erdogan tanpa alasan. Namun, pasar melihat pemecatan tersebut dilakukan akibat Agbal yang agresif menaikkan suku bunga. Agbal hanya menjabat selama 4 bulan saja, dan selama periode tersebut suku bunga dinaikkan sebanyak 875 basis poin menjadi 19%.

Di bawah era Agbal, nilai tukar lira Turki sempat sangat perkasa. Sebelumnya, lira sudah berada di rekor terlemah sepanjang sejarah, ketika Agbal mulai menaikkan suku bunga perlahan lira bangkit, hingga mencatat penguatan 24% dari rekor terendah.

idr

Bahkan, pada 18 Februari lalu lira menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia, dengan membukukan penguatan 6,6% melawan dolar AS.

Sejak Agbal terus menaikkan suku bunga, kepercayaan pelaku pasar terhadap lira kembali pulih yang sejalan dengan menurunnya premi risiko utang yang dicerminkan oleh credit default swap (CDS) Turki. Semakin tinggi CDS, maka risiko gagal bayar semakin tinggi.

idr

CDS adalah kontrak derivatif swap di mana pembeli melakukan pembayaran ke penjual atas penutupan risiko gagal bayar (default) debiturnya. Artinya, dia mendapatkan pembayaran bila terjadi gagal bayar atau kejadian lain yang mengancam pembayaran kredit yang ada.

Dalam praktiknya, CDS bisa menjadi patokan persepsi risiko berinvestasi.

Arah angin berubah ketika Agbal dipecat, suku bunga kembali dipangkas saat inflasi menanjak, dan CDS ikut melesat naik. Kurs lira pun kembali terpuruk.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular