
Harga Timah Rekor Tertinggi, Saham-saham Produsennya Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten tambang nikel dan timah menguat selama perdagangan sesi I perdagangan hari ini, Jumat (15/10/2021), di tengah tren kenaikan harga komoditas nikel dan timah akhir-akhir ini.
Berikut kenaikan saham nikel-timah, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pukul 10.30 WIB.
Harum Energy (HRUM), saham +1,87%, ke Rp 8.175/saham
PAM Mineral (NICL), +1,37%, ke Rp 74/saham
Pelat Timah Nusantara (NIKL), +0,88%, ke Rp 1.145/saham
Aneka Tambang (ANTM), +0,83%, ke Rp 2.440/saham
Timah (TINS), +0,29%, ke Rp 1.710/saham
Menurut data di atas, saham emiten milik pengusaha Kiki Barki memimpin kenaikan 1,87% ke Rp 8.175/saham, setelah ambles selama 3 hari beruntun. Dalam sepekan saham HRUM naik 3,83% dan dalam sebulan melesat 50,46%.
Kedua, saham NICL juga terapresiasi 1,37% ke Rp 74/saham, setelah terbenam di zona merah selama 3 hari beruntun. Kendati naik, dalam seminggu saham ini masih turun 2,63% dan dalam sebulan terperosok 16,85%.
Ketiga, saham NIKL yang naik 0,88%, setelah naik 2,25% pada penutupan perdagangan kemarin.
Di bawah NIKL, ada duo saham emiten pelat merah, ANTM dan TINS, yang masing-masing naik 0,83% dan 0,29% pada pagi ini.
Sebelumnya harga timah tembus rekor harga tertinggi sepanjang masa setelah dampak krisis energi di China mulai mereda bagi perusahaan timah olahan. Katalis ini ditambah semakin terbenamnya persediaan timah dunia.
Harga timah pada Kamis (14/10) kemarin, pukul 15:45 WIB, tercatat US$ 36.922.50/ton. Naik 1,35% dibanding harga penutupan perdagangan sebelumnya.
Kapasitas peleburan baru milik Teknologi Kaiyuan di Provinsi Jiangxi mulai beroperasi bulan lalu, menambah 400 ton produksi bulanan, kata Antaike dalam surveinya terhadap 20 pembuat timah olahan.Produksi timah olahan China pada September 2021 naik 12,7% month-to-month (mom) menjadi 15.153 ton.
Dampak dari kekurangan listrik pada konsumsi timah China telah mereda sejak akhir liburan 1-7 Oktober lalu. Perusahaan solder dan elektronik skala besar berproduksi seperti biasa, tambah Antaike.
Sementara itu, persediaan timah dunia terjun ke bawah level 1.000 ton pada Kamis (14/10/2021) sejak Juni 2021. Persediaan yang langka membuat harga timah melaju pada perdagangan hari ini.
Persediaan logam timah di gudang LME (London Metal Exchange) berada di level 880 ton pada Rabu (13/10/2021). Angka ini merupakan level terendah sejak Juni tahun 2021.
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, persediaan timah telah turun 83,4% year-on-year (yoy) dari 14 Oktober 2020.
Sementara, kemarin, harga nikel kontrak 3 bulan di LME (London Metal Exchange) naik 1,99% dibandingkan hari sebelumnya. Dalam sepekan, harga nikel naik 0,38%, tetapi dalam sebulan terakhir melemah 3,61%. Adapun dalam secara year to date (ytd) melesat 14,69%.
Persediaan nikel dunia di gudang LME (London Metal Exchange) pada 12 Oktober 2021 tercatat 147.780 ton. Jumlah tersebut turun 37,4% year-on-year (yoy) dari 12 Oktober 2020.
Rata-rata persediaan bulan Oktober 2021 sebesar 152.112 ton, turun 12,6% month-to-month (mom) dari bulan September 2021.
Ketika persediaan jatuh, permintaan nikel dunia diperkirakan naik pada tahun 2021. Permintaan nikel dunia diperkirakan akan meningkat 2,6 juta ton pada tahun ini dan bertumbuh menjadi 3 juta ton pada tahun 2022 menurut International Nickel Study Group (INSG). Peningkatan ini didorong oleh pemulihan ekonomi di dunia.
Peningkatan permintaan nikel akan mengakibatkan defisit nikel yang diproyeksikan sebesar 134.000 ton pada tahun 2021 dan surplus 76.000 pada tahun 2022. Perlu digarisbawahi, angka tersebut belum memperhitungkan kemungkinan gangguan produksi di China dan Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Mau Setop Ekspor Timah, Saham TINS Menguat 2,36%