Internasional

Alasan Pasar Sangat Takut Dengan Drama Politik Italia Terbaru

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
30 May 2018 11:32
Alasan Pasar Sangat Takut Dengan Drama Politik Italia Terbaru
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketidakpastian politik di Italia telah melumpuhkan pasar dunia, meningkatkan momok krisis euro yang bisa berdampak di seluruh ekonomi global dan bahkan memaksa Federal Reserve (Bank Sentral AS) memperlambat rencana kenaikan suku bunga.
 
Beberapa ahli strategi mengatakan ada sedikit peluang bagi perekonomian terbesar ketiga zona Eropa tersebut untuk bergerak meninggalkan mata uang tunggal, menciptakan krisis kepercayaan di seluruh benua. Namun, kekacauan internal dan pemilihan baru bisa membuat pasar kacau dan bahkan menghambat pertumbuhan ekonomi Eropa.

Dilansir dari CNBC International, Italia kini menjadi sumber kecemasan utama pasar, setelah seminggu terakhir menghadirkan berbagai drama, di mana Presiden Sergio Mattarella pada hari Minggu memblokir pembentukan pemerintah yang diprediksi menentang mata uang tunggal euro.
 
Partai politik anti-kemapanan 5-Stars Movement, partai terbesar Italia, dan partai League sayap-kanan memilih kritikus euro, Paolo Savona sebagai menteri ekonomi mereka. Kedua partai, yang sama-sama kritis terhadap mata uang tunggal Eropa, telah memenangkan lebih dari setengah suara dalam pemilihan parlemen bulan Maret. Mattarella memveto pilihan itu dan malah meminta Carlo Cottarelli, mantan pejabat IMF, untuk membentuk pemerintahan sementara, tetapi kedua partai keberatan pada keputusannya, sehingga pemungutan suara baru diperkirakan akan diadakan pada akhir Juli.
 
Euro anjlok kehilangan 0,7% pada hari Selasa (29/5/2018) menjadi US$1,154. Investor banyak yang menjual obligasi Italia, beralih ke obligasi AS dan obligasi Jerman. Imbal hasil (yield) obligasi 2 tahun Italia sempat melonjak di atas 2,73%, sebuah kenaikan tajam dari yang hanya 0,48% pada hari Jumat dan yield negatif awal bulan ini.
 
Pasar ekuitas global turun tajam, dengan Dow jatuh lebih dari 450 poin. Bank memimpin aksi jual, dan sektor keuangan S & P turun lebih dari 3%. Di Eropa, imbal hasil (yield) utang bank Italia melonjak karena saham bank dijual.
 
Chris Rupkey, kepala ekonom keuangan di MUFG Union Bank, mengatakan sejumlah data baru-baru ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang pertumbuhan Eropa. "Ini bisa menjadi jerami yang mematahkan punggung unta dalam kasus prospek untuk Eropa. Ini akan meluas ke AS. Mereka tidak akan membeli impor kami sebanyak biasanya," katanya.
 
"Ketika pertumbuhan ekonomi dunia telah terancam dalam tiga tahun terakhir, hal itu telah menjadi perhatian. Hal itu menekan kepercayaan pada prospek ekonomi untuk AS. Mengingat apa yang kita ketahui saat ini, saya tidak akan merasa nyaman untuk bergegas keluar dan memperkirakan kenaikan suku bunga pada bulan September." katanya.
 
Tapi Rupkey juga mengatakan pasar bereaksi terhadap berita yang muncul selama tiga hari libur di AS dan mungkin tidak akan bergejolak di sesi mendatang. "Ini belum krisis utang negara Eropa yang besar. Untuk satu hal, imbal hasil 10 tahun (10-year yields) Italia sedikit di atas 3%. Pada tahun 2012, imbal hasilnya 8%. Ini belum situasi yang sama."

"Saya yakin banyak traders Amerika berharap Eropa, secara umum, akan berhenti menciptakan referendum mini tentang apakah euro akan bertahan," kata Rupkey. "Hal ini akan benar-benar terjadi. Saya tidak berpikir kita bisa berdagang dalam keadaan seperti ini setiap hari. Saya tidak berpikir 10-year yield Italia akan naik lebih tinggi dan lebih tinggi setiap harinya, sembari menunggu pemungutan suara itu. Fokus akan bergeser kembali dengan cukup cepat ke AS, data ketenagakerjaan dan upah pada hari Jumat."

Bagi beberapa traders, krisis politik Italia adalah deja vu terhadap krisis utang Yunani, yang melambat tiga tahun lalu setelah meredakan kekhawatiran bahwa seluruh struktur keuangan dan ekonomi zona euro bisa terurai.
 
"Kekacauan di Eropa mendorong turun suku bunga AS sehingga uang mengalir ke AS, melarikan diri dari Eropa, membuat orang berpikir, bahwa [dengan penurunan suku bunga], ditambah dengan meningkatnya dolar, the Fed kemungkinan akan merespon dengan memikirkan lagi tentang lintasan kebijakan Fed," kata Marc Chandler, kepala strategi valuta asing di Brown Brothers Harriman. "Ini juga merupakan risiko bagi ekonomi riil karena Eropa adalah mitra dagang besar."

 The Federal Reserve, didorong oleh ekonomi AS yang lebih kuat, berencana menaikkan suku bunga untuk kedua kalinya tahun ini pada pertemuan 13 Juni mendatang. The Fed telah memperkirakan tiga kenaikan untuk tahun ini, tetapi pasar telah memperkirakan akan ada kenaikan tambahan di bulan September, selain Desember.
 
"The Fed akan menaikkan (suku bunga) pada bulan Juni, lalu September dan kemudian mereka akan menunggu hasilnya," kata Peter Boockvar, CIO di Bleakley Advisory Group.
 
Imbal hasil Treasury 2-tahun AS (2-year Treasury yield), yang paling sensitif terhadap kenaikan suku bunga Fed, merosot ke 2,38%, setelah menyentuh 2,60% baru-baru ini. Sementara 10-year Treasury yield merosot ke 2,82% dari 3,12% beberapa minggu lalu.
 
Chandler mengatakan dia tidak mengharapkan pemerintah Italia baru untuk mengeluarkan euro, meskipun hal itu bisa mengancam langkah-langkah lainnya. Italia adalah debitur terbesar di zona euro, dengan utang sebesar 2,3 triliun euro, atau 132% dari PDB tahun lalu. Jumlah tersebut merupakan dua kali lipat jumlah utang Jerman dan jauh di atas 87% utang zona euro.
 
"Taktik mereka adalah membuat beberapa tuntutan seperti: 'Mari kita potong pajak. Mari kita gunakan t-bills untuk membayar tunggakan kita ... Mari kita terus menantang UE,'" kata Chandler. "Hal itu merupakan cara untuk lari dari tanggung jawab. Anda tempatkan tuntutan pada Uni Eropa."
 
Dia mengatakan pemerintah koalisi berikutnya bisa membuat daftar proposal untuk menantang aturan UE yang ada. "Itulah mengapa meskipun mereka mengatakan, 'Kami tidak ingin segera pergi,' apa yang mereka coba tingkatksn adalah tekanan pada sistem dan tuntutan yang mereka ajukan," kata Chandler.
 
Namun ia mengatakan tidak ada kemungkinan Italia untuk meninggalkan euro.
 


Spanyol merupakan sumber kekhawatiran lain bagi pasar, dimana dibentuk mosi percaya akhir pekan ini terhadap pemerintahan Perdana Menteri Mariano Rajoy karena skandal keuangan dalam kampanye. Hal itu bisa memaksa dibentuknya pemilihan baru untuk negara itu, karena Catalan memiliki keinginan kuat untuk memisahkan diri dari Spanyol.
 
"Hasil di Italia sulit dilihat sebagai hasil yang ramah investasi. Jauh lebih mudah untuk melihat hasil yang ramah investor di Spanyol. Spanyol buruk, tetapi Italia jauh lebih buruk," katanya.

Chandler mengatakan satu hasil dalam pemilihan berikutnya adalah bahwa Silvio Berlusconi, mantan perdana menteri, bisa mencalonkan diri lagi. Pengadilan memutuskan bahwa perdana menteri yang sudah menjabat tiga kali itu dapat kembali mencalonkan diri, setelah dilarang mencalonkan diri karena melakukan penipuan pajak selama lebih dari lima tahun. Chandler mengatakan Berlusconi telah mendukung mata uang 'paralel' terhadap euro.
 
Selain itu, tidak jelas juga bagaimana Bank Sentral Eropa akan menanggapi gejolak yang ditimbulkan oleh Italia, dan beberapa ahli strategi mengatakan Presiden ECB Mario Draghi akan memastikan untuk mempertahankan stimulus sesuai kebutuhan. ECB diperkirakan akan mengumumkan pada September bahwa ia akan mengesampingkan pembelian asetnya, tetapi jika kesengsaraan Italia menyebar ke ekonomi yang lebih luas, hal itu bisa diragukan.
 
"Dia benar-benar kehilangan kendali atas pasar obligasi Italia dalam dua minggu," kata Boockvar. "Saya rasa dia akan melakukan yang terbaik untuk menenangkan sarafnya secara verbal, tetapi jika untuk secara hukum menggunakan neraca untuk membantu, saya tidak tahu apa yang bisa dia lakukan."
 
Namun, beberapa traders tampaknya menganggap situasi Italia cukup mengambil andil dalam memperlambat Fed, terutama setelah keputusan Brexit Inggris menjadikan pasar terkoreksi.
 
"Pasar masih menetapkan harga dalam kenaikan Fed untuk bulan depan. Ini sudah dipastikan. Mengapa Fed tidak menaikkan suku bunga, mengingat jenis data ekonomi yang kita proyeksikan minggu ini?" kata Chandler. "Yang saya benar-benar lihat adalah hal ini pada akhirnya akan menyebabkan kenaikan pada bulan September."
 
Robert Sinche, kepala ahli strategi global di Amherst Pierpont, tidak melihat cukup banyak dampak dari Italia untuk memperlambat the Fed.
 
"Saya pikir ini akan ada banyak kekacauan, tapi saya telah melihat kejadian ini tiga atau empat kali sebelumnya. Italia tetap di [zona euro], dan hidup terus berjalan. Mungkin ada sedikit lebih banyak ketidakpastian selama musim panas. Saya menyadari itu, itulah mengapa mereka meminta dibuat lagi pemilihan di akhir Juli / awal Agustus," katanya.
 
"ECB telah sangat tenang karena saya pikir mereka menyukai sinyal yang dikirim pasar ke Italia untuk jenis kebijakan fiskal yang mereka bicarakan," kata Sinche. "Saya pikir kami sudah memiliki risiko ini dan dalam beberapa hari lagi kami akan fokus pada beberapa hal baik lainnya yang akan datang. Saya pikir apa yang kami lihat sekarang adalah benar-benar banyak likuidasi jangka pendek di pasar obligasi yang merasa cukup percaya diri dalam kenaikan Fed dan inflasi."



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular