Internasional

Mantan Ekonom IMF: Saya Mengkhawatirkan Italia

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
30 May 2018 16:03
Mantan Ekonom IMF: Saya Mengkhawatirkan Italia
Foto: REUTERS/Stefano Rellandin
Jakarta, CNBC Indonesia - Kekacauan politik di Italia, negara dengan perekonomian terbesar ketiga di kawasan Eropa, tidak akan segera berakhir, menurut mantan kepala ekonom Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) Olivier Blanchard, yang pada hari Selasa (29/5/2018) menerbitkan penilaian buruk untuk negara itu.

Kepanikan mengguncang pasar pada hari Selasa seraya konflik politik di Italia memicu salah satu aksi jual terburuk selama bertahun-tahun. Dasar dari ketakutan para investor adalah prospek Italia untuk meninggalkan euro dan konsekuensi di baliknya, Blanchard yang kini menjadi seorang profesor ekonomi di Massachusetts Institute of Technology menyebutnya sebagai ketakutan yang cenderung psikologis ketimbang realistis.

Potensi kekhawatiran justru melibatkan para kreditur Italia yang harus "bertindak hati-hati," katanya kepada CNBC Internasional. Negara Eropa yang lainnya mungkin saja menghindari efek domino, tetapi Italia nampaknya tetap terperosok ke dalam kubangan.

"Saya menduga dalam kasus ini Uni Eropa akan melakukan apapun yang diperlukan untuk mencegah  penularan, sehingga saya tidak terlalu khawatir tentang penularan," kata Blanchard. "Saya sangat khawatir terhadap Italia. Saya tidak mengkhawatirkan negara Eropa lainnya. Ini akan sulit, tetapi seluruh Eropa, seluruh euro akan baik-baik saja."

Presiden menghalangi pihak pemenang

Pemenang pemilu Italia, kelompok populis Five Star Movement (M5S) dan kubu kanan partai Liga, memilih Paolo Savona sebagai Menteri Perekonomian. Pandangannya yang skeptis terhadap euro sesuai dengan agenda anti-pembangunan partai itu.

Pemicu aksi jual bebas terjadi pada akhir pekan ketika Presiden Italia Sergio Mattarella menolak Savona, sehingga secara efektif menghindari kemampuan pihak pemenang untuk membentuk sebuah pemerintahan.

Pelarangan Mattarella membuat politik Italia kacau dan telah memandatkan pemilu baru agar diselenggarakan setidak bulan Juli. Sementara itu, mantan pejabat IMF Carlo Cottarelli ditunjuk untuk mengawasi pengemban pemerintah sementara sampai pemilu baru diselenggarakan.

Sementara para analis yakin Italia tidak akan meninggalkan euro, krisis kepercayaan di benua itu sangat membuat euro terpukul sehingga nilai tukarnya turun 0,7% menjadi US$1,1540 (Rp 16.156) terhadap dolar.

Obligasi Italia bahkan mengalami masa terburuk sejak tahun 1992, dengan imbal hasil obligasi tenor 2 tahun yang mencapai 150 basis poin menjadi 2,73%.

Indeks patokan saham negara itu turun 2,3% pada hari Selasa di tengah anjloknya bursa saham di seluruh Eropa dan Amerika Serikat (AS), di mana Dow Jones terjerembab lebih dari 460 poin sebelum ditutup 391 poin.

"Pertandanya sangat jelas," kata Blanchard. "Ketika Anda memiliki mobilitas modal, dan memberi sinyal bahwa Anda kemungkinan tidak akan bertahan di euro [...] kemudian Anda berharap investor bertindak, dan saya rasa itulah apa yang kita lihat sekarang."

Pasar sudah cukup mengkhawatirkan rencana perekonomian M5S dan Liga untuk Italia. Meskipun mereka sebenarnya tidak berjanji untuk meninggalkan euro, mereka memberi sinyal tidak menghiraukan aturan fiskal Uni Eropa. Misalnya, aturan yang membatasi level defisit suatu negara.

Para ketua partai tersebut telah mengajukan rencana untuk memangkas pajak, meningkatkan belanja masyarakat dan memperkenalkan upah dasar yang dijamin di dalam proposalnya.

Mengancam pertumbuhan Eropa

Italia memiliki utang tertinggi di kawasan euro, yakni 132% terhadap produk domestik bruto (PDB) atau dua kali lipat dari utang Jerman dan jauh di atas utang kawasan euro yaitu 87%. Negara itu juga memiliki kredit macet yang menumpuk di sektor perbankan.

Ketika ditanya apakah ada kemungkinan positif terkait konsesi Uni Eropa untuk Italia supaya negara itu tidak menarik diri, Blanchar mengatakan, "Tidak. Saya tidak optimis".

Namun, dia menyebut dirinya sebagai kasar terhadap negara itu.

Skenario terbaik, kata ekonom itu, adalah agar pemenang pemilu berikutnya untuk menyediakan program yang memuaskan bagi basis pendukung. Kemenangan diprediksi akan kembali diraih oleh pihak populis, tetapi setidaknya program yang diajukan bertanggungjawab secara fiskal.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular