
Krisis Politik Italia Bikin Investor Tinggalkan Obligasi RI
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 May 2018 12:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia naik tipis setelah sempat terjun bebas. Perkembangan global dan regional menyebabkan investor cenderung bermain aman dan berpaling dari aset-aset berisiko di negara berkembang.
Pada Rabu (30/5/2018), yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun berada di 7,186%. Naik tipis dibandingkan posisi 28 Mei yaitu 7,174%.
Sebelumnya, yield SBN sempat mengalami periode terjun bebas. Dari 7,605% pada 24 Mei, yield turun menjadi 7,174% sebelum libur perayaan Hari Trisuci Waisak.
Kenaikan yield menandakan harga instrumen ini sedang turun. Penurunan harga artinya SBN sedang kurang diminati, atau malah mungkin ditinggalkan dengan aksi jual.
Pasar obligasi memang tengah ditinggalkan investor. Tidak hanya di Indonesia, yield obligasi negara Amerika Serikat (AS) pun naik. Saat ini, yield obligasi pemerintah berada di 2,8188%, naik dibandingkan sehari sebelumnya yaitu 2,768%.
Investor memang tengah menghindari aset-aset berisiko karena situasi global dan regional sedang kurang kondusif. Di Italia, sedang terjadi gaduh politik dan kemungkinan akan ada pemilu ulang paling cepat Juli mendatang. Pasalnya, Pejabat Perdana Menteri Italia Carlo Cottarelli gagal membentuk koalisi pemerintahan.
Hal ini menyusul penolakan Presiden Sergio Mattarella terhadap pencalonan Paolo Savona sebagai Menteri Ekonomi yang diajukan oleh koalisi Liga dan Gerakan Bintang Lima. Savona ditolak karena sempat mengancam akan membawa Italia keluar dari Uni Eropa.
Selain Italia, perkembangan friksi dagang AS-China pun agak mengkhawatirkan. Pernyataan dari Gedung Putih menyebutkan bahwa Washington tetap berencana mengenakan bea masuk terhadap produk-produk China yang nilainya mencapai US$ 50 miliar.
Pemerintahan Presiden Trump juga akan memperketat investasi yang berasal dari Negeri Tirai Bambu. Detil dari tarif bea masuk akan diumumkan pada 15 Juni, sementara kebijakan kontrol terhadap investasi asal China akan dirilis pada 30 Juni.
Beijing mengaku terkejut dengan pernyataan keras dari Gedung Putih. Pemerintah China pun merilis pernyataan yang tidak kalah garang.
"China mendesak AS agar bertindak sesuai kesepakatan bersama. China punya keyakinan, kemampuan, dan pengalaman untuk menjaga kepentingan nasional," sebut pernyataan Kementerian Perdagangan China.
Sepertinya China sudah mulai gerah dengan tingkah AS. Bila China mulai panas, 'balas pantun' bea masuk akan kembali terjadi. Ini akan mengancam perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global.
Perkembangan ini membuat investor cenderung bermain aman dan menghindari aset-aset berisiko, terutama di negara berkembang. Aset aman (safe haven) pun jadi buruan. Ini yang menyebabkan harga emas naik 0,03% dan yen Jepang terapresiasi 0,17% terhadap dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN
Pada Rabu (30/5/2018), yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun berada di 7,186%. Naik tipis dibandingkan posisi 28 Mei yaitu 7,174%.
Sebelumnya, yield SBN sempat mengalami periode terjun bebas. Dari 7,605% pada 24 Mei, yield turun menjadi 7,174% sebelum libur perayaan Hari Trisuci Waisak.
![]() |
Kenaikan yield menandakan harga instrumen ini sedang turun. Penurunan harga artinya SBN sedang kurang diminati, atau malah mungkin ditinggalkan dengan aksi jual.
Pasar obligasi memang tengah ditinggalkan investor. Tidak hanya di Indonesia, yield obligasi negara Amerika Serikat (AS) pun naik. Saat ini, yield obligasi pemerintah berada di 2,8188%, naik dibandingkan sehari sebelumnya yaitu 2,768%.
Investor memang tengah menghindari aset-aset berisiko karena situasi global dan regional sedang kurang kondusif. Di Italia, sedang terjadi gaduh politik dan kemungkinan akan ada pemilu ulang paling cepat Juli mendatang. Pasalnya, Pejabat Perdana Menteri Italia Carlo Cottarelli gagal membentuk koalisi pemerintahan.
Hal ini menyusul penolakan Presiden Sergio Mattarella terhadap pencalonan Paolo Savona sebagai Menteri Ekonomi yang diajukan oleh koalisi Liga dan Gerakan Bintang Lima. Savona ditolak karena sempat mengancam akan membawa Italia keluar dari Uni Eropa.
Selain Italia, perkembangan friksi dagang AS-China pun agak mengkhawatirkan. Pernyataan dari Gedung Putih menyebutkan bahwa Washington tetap berencana mengenakan bea masuk terhadap produk-produk China yang nilainya mencapai US$ 50 miliar.
Pemerintahan Presiden Trump juga akan memperketat investasi yang berasal dari Negeri Tirai Bambu. Detil dari tarif bea masuk akan diumumkan pada 15 Juni, sementara kebijakan kontrol terhadap investasi asal China akan dirilis pada 30 Juni.
Beijing mengaku terkejut dengan pernyataan keras dari Gedung Putih. Pemerintah China pun merilis pernyataan yang tidak kalah garang.
"China mendesak AS agar bertindak sesuai kesepakatan bersama. China punya keyakinan, kemampuan, dan pengalaman untuk menjaga kepentingan nasional," sebut pernyataan Kementerian Perdagangan China.
Sepertinya China sudah mulai gerah dengan tingkah AS. Bila China mulai panas, 'balas pantun' bea masuk akan kembali terjadi. Ini akan mengancam perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global.
Perkembangan ini membuat investor cenderung bermain aman dan menghindari aset-aset berisiko, terutama di negara berkembang. Aset aman (safe haven) pun jadi buruan. Ini yang menyebabkan harga emas naik 0,03% dan yen Jepang terapresiasi 0,17% terhadap dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular