Internasional
Konflik dengan AS, ZTE Terancam Kehilangan Lisensi Android
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
18 April 2018 11:52

San Francisco/Washington, CNBC Indonesia - Pukulan bagi perusahaan pembuat ponsel pintar asal China ZTE Corp memburuk hari Selasa (17/4/2018) karena regulator di Amerika Serikat (AS) mengusulkan aturan baru yang dapat memangkas penjualan perusahaan. Sementara itu, larangan bagi perusahaan AS untuk menyuplai komponen dapat berarti ZTE tidak akan bisa lagi menggunakan piranti lunak Android dalam gawai-gawainya, kata seorang sumber anonim.
Departemen Perdagangan AS pada hari Senin (16/4/2018) melarang perusahaan-perusahaan negaranya menjual suku cadang dan perangkat lunak kepada ZTE selama tujuh tahun. Kesepakatan ini dibuat sebagai hukuman kepada ZTE yang terbukti secara ilegal telah mengirimkan barang-barang AS ke Iran.
Selanjutnya pada hari Selasa regulator telekomunikasi AS mengusulkan aturan baru yang akan menghalangi program pemerintah membeli dari perusahaan-perusahaan yang dianggap menimbulkan ancaman keamanan bagi jaringan telekomunikasi AS. Aturan itu kemungkinan akan merugikan ZTE dan juga saingannya, Huawei Technologies.
Aturan baru ini menambah peliknya perselisihan yang tengah terjadi antara AS dan China. Kedua negara sebelumnya telah terlibat perang dagang, di mana kedua negara saling membalas menerapkan tarif tinggi senilai miliaran dolar pada beberapa produk dagang mereka. Perselisihan tersebut telah memicu kekhawatiran yang dapat mengganggu rantai pasokan global, serta rencana-rencana investasi bisnis.
ZTE dan anak usaha Alphabet Inc telah mendiskusikan dampak dari larangan tersebut pada Selasa pagi, namun kedua perusahaan masih belum menemukan kejelasan mengenai Android yang digunakan oleh ZTE, dilansir dari Reuters.
Tahun lalu ZTE menjual 46,4 juta ponsel pintar, memposisikan perusahaan di urutan ketujuh di antara deretan produsen ponsel berbasis Android, menurut perusahaan riset HIS Markit.
Google menolak berkomentar dan ZTE sampai saat ini belum memberi respons terkait masalah ini.
Sedangkan aturan-aturan baru yang diusulkan oleh Komisi Komunikasi Federal (FCC), yang diperkirakan akan disetujui tahun ini, kemungkinan akan menjadi dukungan baru terhadap upaya yang dibuat oleh AS untuk menghalangi ZTE dan Huawei mencaplok pangsa pasar yang signifikan di AS.
FCC mengatakan langkah-langkah yang dibuat oleh beberapa regulator akan mencegah digunakannya Dana Layanan Universal FCC sebesar US$8,5 miliar (Rp 117 triliun), untuk membeli barang-barang dan layanan dari perusahaan atau negara yang menimbulkan ancaman nasional terhadap jaringan komunikasi dan rantai pasokannya.
"Peretasan ke jaringan kami melalui pemancar WiFi, jaringan switch, dan peralatan jaringan lainnya dapat memberi akses bagi pihak asing untuk memasukkan virus, yang dapat mencuri data masyarakat Amerika, memata-matai perusahaan AS, dan banyak lagi," ujar Chairman FCC Ajit Pai yang mengajukan proposal.
Pai tidak menyebut secara spesifik nama China atau perusahaan manapun.
Namun, dalam sebuah surat yang ditujukan untuk Kongres bulan lalu, Pai mengatakan ia juga merasakan kekhawatiran yang dirasakan beberapa anggota parlemen AS mengenai ancaman mata-mata dari Huawei, perusahaan pembuat ponsel terbesar ketiga di dunia.
USTelecom, sebuah kelompok perdagangan industri, memuji proposal yang diajukan FCC, yang bertujuan menindak negara-negara yang mengancam kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan infrastruktur jaringan negara AS.
Senat AS dari partai Republik juga telah mengeleuarkan undang-undang yang akan melarang pemerintah AS membeli atau menyewa peralatan telekomunikasi dari Huawei maupun ZTE.
Huawei telah merencanakan kesepakatan dengan perusahaan operator telekomunikasi AS, AT&T Inc untuk menjual ponsel pintarnya ke Amerika Serikat, yang pada bulan Januari mengalami penurunan setelah anggota parlemen AS mengirim sebuah surat kepada Pasi, menyampaikan kekhawatiran mengenai rencana Huawei yang ingin meluncurkan produk konsumen AS.
Huawei dikabarkan telah memecat wakil presiden urusan eksternal perusahaan, Bill Plummer, dan juga memecat empat pegawai di kantornya di Washington, kata seorang sumber.
Huawei memangkas biaya negosiasi menjadi US$60.000 pada tahun 2017 dari US$348.500 pada tahun 2016, menurut dokumen Huawei.
ZTE juga telah memangkas biaya negosiasi, dari US$860.000 pada tahun 2016 menjadi US$510.000 tahun lalu, menurut dokumen ZTE.
(prm) Next Article AS Larang Perusahaan Amerika Jualan ke Pabrikan China ZTE
Departemen Perdagangan AS pada hari Senin (16/4/2018) melarang perusahaan-perusahaan negaranya menjual suku cadang dan perangkat lunak kepada ZTE selama tujuh tahun. Kesepakatan ini dibuat sebagai hukuman kepada ZTE yang terbukti secara ilegal telah mengirimkan barang-barang AS ke Iran.
Selanjutnya pada hari Selasa regulator telekomunikasi AS mengusulkan aturan baru yang akan menghalangi program pemerintah membeli dari perusahaan-perusahaan yang dianggap menimbulkan ancaman keamanan bagi jaringan telekomunikasi AS. Aturan itu kemungkinan akan merugikan ZTE dan juga saingannya, Huawei Technologies.
ZTE dan anak usaha Alphabet Inc telah mendiskusikan dampak dari larangan tersebut pada Selasa pagi, namun kedua perusahaan masih belum menemukan kejelasan mengenai Android yang digunakan oleh ZTE, dilansir dari Reuters.
Tahun lalu ZTE menjual 46,4 juta ponsel pintar, memposisikan perusahaan di urutan ketujuh di antara deretan produsen ponsel berbasis Android, menurut perusahaan riset HIS Markit.
Google menolak berkomentar dan ZTE sampai saat ini belum memberi respons terkait masalah ini.
Sedangkan aturan-aturan baru yang diusulkan oleh Komisi Komunikasi Federal (FCC), yang diperkirakan akan disetujui tahun ini, kemungkinan akan menjadi dukungan baru terhadap upaya yang dibuat oleh AS untuk menghalangi ZTE dan Huawei mencaplok pangsa pasar yang signifikan di AS.
FCC mengatakan langkah-langkah yang dibuat oleh beberapa regulator akan mencegah digunakannya Dana Layanan Universal FCC sebesar US$8,5 miliar (Rp 117 triliun), untuk membeli barang-barang dan layanan dari perusahaan atau negara yang menimbulkan ancaman nasional terhadap jaringan komunikasi dan rantai pasokannya.
"Peretasan ke jaringan kami melalui pemancar WiFi, jaringan switch, dan peralatan jaringan lainnya dapat memberi akses bagi pihak asing untuk memasukkan virus, yang dapat mencuri data masyarakat Amerika, memata-matai perusahaan AS, dan banyak lagi," ujar Chairman FCC Ajit Pai yang mengajukan proposal.
Pai tidak menyebut secara spesifik nama China atau perusahaan manapun.
Namun, dalam sebuah surat yang ditujukan untuk Kongres bulan lalu, Pai mengatakan ia juga merasakan kekhawatiran yang dirasakan beberapa anggota parlemen AS mengenai ancaman mata-mata dari Huawei, perusahaan pembuat ponsel terbesar ketiga di dunia.
USTelecom, sebuah kelompok perdagangan industri, memuji proposal yang diajukan FCC, yang bertujuan menindak negara-negara yang mengancam kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan infrastruktur jaringan negara AS.
Senat AS dari partai Republik juga telah mengeleuarkan undang-undang yang akan melarang pemerintah AS membeli atau menyewa peralatan telekomunikasi dari Huawei maupun ZTE.
Huawei telah merencanakan kesepakatan dengan perusahaan operator telekomunikasi AS, AT&T Inc untuk menjual ponsel pintarnya ke Amerika Serikat, yang pada bulan Januari mengalami penurunan setelah anggota parlemen AS mengirim sebuah surat kepada Pasi, menyampaikan kekhawatiran mengenai rencana Huawei yang ingin meluncurkan produk konsumen AS.
Huawei dikabarkan telah memecat wakil presiden urusan eksternal perusahaan, Bill Plummer, dan juga memecat empat pegawai di kantornya di Washington, kata seorang sumber.
Huawei memangkas biaya negosiasi menjadi US$60.000 pada tahun 2017 dari US$348.500 pada tahun 2016, menurut dokumen Huawei.
ZTE juga telah memangkas biaya negosiasi, dari US$860.000 pada tahun 2016 menjadi US$510.000 tahun lalu, menurut dokumen ZTE.
(prm) Next Article AS Larang Perusahaan Amerika Jualan ke Pabrikan China ZTE
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular