
Yield Obligasi AS Naik, Waspadai Pembalikan Modal Asing
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 April 2018 13:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi negara masih bergerak turun. Namun yield obligasi negara Amerika Serikat (AS) hari ini sedikit naik, sehingga selisih atau spread antara dua instrumen ini menyempit yang menyebabkan ada potensi perpindahan dana ke Negeri Paman Sam.
Pada Selasa (3/4/2018), yield Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,616%. Turun dibandingkan posisi hari sebelumnya yaitu 6,628%.
Yield instrumen ini terus bergerak ke bawah sejak akhir Maret. Kala itu, yield sempat menyentuh kisaran 6,9% tetapi kemudian berangsur turun.
Tidak hanya di Indonesia, beberapa hari terakhir pasar obligasi negara tengah menjadi favorit investor. Pasar saham yang membuat jantung berdebar dengan fluktuasi agak ekstrem membuat investor mencari instrumen yang menenangkan hati. Obligasi negara pun menjadi pilihan, karena menawarkan kestabilan.
Ini membuat yield obligasi negara bergerak turun, dan ini juga terjadi di negara-negara tetangga. Bahkan obligasi negara AS pun mengalami penurunan yield, karena minat investor yang tinggi akibat Wall Street yang bergerak bak roller coaster.
Namun hari ini yield obligasi negara AS sedikit naik ke 2,74% dari 2,73% kemarin. Investor sepertinya menghindari pasar AS untuk sejenak karena risk appetite yang meningkat.
Selain itu, perkembangan dolar AS juga berdampak kepada obligasi di sana. Akibat terpaan isu perang dagang, dolar AS bergerak melemah.
Dollar Index, yang menggambarkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama, siang ini masih melemah 0,1%. Pelemahan greenback terjadi sejak kemarin, karena investor melihat perang dagang semakin nyata setelah China menerapkan bea masuk terhadap 128 produk AS.
Berdasarkan polling yang dilakukan Reuters terhadap 53 wealth manager di AS, Inggris, dan Jepang, mayoritas menyatakan perang dagang akan memperlemah dolar AS. Ini karena ekspor AS ke China akan dipersulit, sementara China merupakan pasar ketiga terbesar bagi AS.
Pelemahan dolar AS membuat aset-aset yang berbasis mata uang tersebut menjadi kurang menarik. Mungkin ini yang ada di benak investor sehingga mereka melepas aset berbasis greenback, termasuk obligasi negara AS.
Namun, kenaikan yield obligasi AS bisa menjadi bumerang bagi Indonesia. Kini spread dengan Indonesia menyempit. Perkembangan ini berpotensi untuk mendorong investor keluar dari pasar SBN untuk menuju ke Negeri Adidaya.
Oleh karena itu, Indonesia tetap harus waspada. Investor asing saat ini memang sedang memburu SBN, tetapi tetap ada risiko pembalikan modal (capital reversal).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN
Pada Selasa (3/4/2018), yield Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,616%. Turun dibandingkan posisi hari sebelumnya yaitu 6,628%.
Yield instrumen ini terus bergerak ke bawah sejak akhir Maret. Kala itu, yield sempat menyentuh kisaran 6,9% tetapi kemudian berangsur turun.
![]() |
Ini membuat yield obligasi negara bergerak turun, dan ini juga terjadi di negara-negara tetangga. Bahkan obligasi negara AS pun mengalami penurunan yield, karena minat investor yang tinggi akibat Wall Street yang bergerak bak roller coaster.
![]() |
![]() |
Berdasarkan polling yang dilakukan Reuters terhadap 53 wealth manager di AS, Inggris, dan Jepang, mayoritas menyatakan perang dagang akan memperlemah dolar AS. Ini karena ekspor AS ke China akan dipersulit, sementara China merupakan pasar ketiga terbesar bagi AS.
Pelemahan dolar AS membuat aset-aset yang berbasis mata uang tersebut menjadi kurang menarik. Mungkin ini yang ada di benak investor sehingga mereka melepas aset berbasis greenback, termasuk obligasi negara AS.
Namun, kenaikan yield obligasi AS bisa menjadi bumerang bagi Indonesia. Kini spread dengan Indonesia menyempit. Perkembangan ini berpotensi untuk mendorong investor keluar dari pasar SBN untuk menuju ke Negeri Adidaya.
Oleh karena itu, Indonesia tetap harus waspada. Investor asing saat ini memang sedang memburu SBN, tetapi tetap ada risiko pembalikan modal (capital reversal).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular