
Yield Obligasi Negara Turun, Terendah Sejak 5 Maret
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 April 2018 14:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi negara terus dalam tren turun. Minat yang tinggi terhadap Surat Berharga Negara (SBN) membuat harga instrumen ini naik dan yield-nya mengarah ke bawah.
Pada Senin (2/4/2018), yield SBN seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,639%. Turun dibandingkan posisi akhir pekan sebelumnya yaitu 6,669%. Yield hari ini merupakan yang terendah sejak 5 Maret lalu.
Yield yang bergerak turun artinya harga SBN sedang tinggi. Harga SBN 10 tahun saat ini adalah 96,25%, naik dibandingkan akhir pekan lalu yaitu 96,033%.
Kenaikan harga dan penurunan yield menandakan instrumen ini tengan diburu investor. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan menyebutkan kepemilikan investor asing di SBN mencapai Rp 858,79 triliun. Pada awal tahun, nilainya masih Rp 837,03 triliun sehingga ada tambahan Rp 21,76 triliun.
Hal yang kontras terjadi di pasar saham. Hingga akhir pekan lalu, investor asing membukukan jual bersih Rp 23,49 triliun sejak awal tahun.
Perekonomian global yang masih tidak pasti membuat investor membutuhkan instrumen investasi yang memberikan kepastian. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), seperti halnya bursa di berbagai negara, bergerak liar naik-turun karena terpaan sentimen negatif yang bertubi-tubi.
Investor menilai risiko berinvestasi di SBN semakin menurun. Ini tercermin dari Credit Default Swap (CDS) Indonesia yang terus turun. Saat ini, CDS untuk tenor 10 tahun ada di 165,98 basis poin. CDS terus turun setelah mencapai puncaknya di 169,54 basis poin pada 26 Maret.
Risk appetite investor juga meningkat karena berbagai rilis data di Amerika Serikat (AS) belum mendukung untuk kenaikan suku bunga secara agresif. Data teranyar menyebutkan belanja konsumen di AS periode Februari hanya tumbuh marjinal 0,2%, tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Angka ini sejaan dengan ekspektasi pasar, tidak ada kejutan.
Data Personal Consumption Expenditure (PCE) yang sering menjadi rujukan Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed juga masih di angka 1,6%. Belum mencapai target The Fed yang sebesar 2%.
Rilis data ini seakan memberi konfirmasi bahwa The Fed juga tidak akan memberi kejutan dengan menaikkan suku bunga empat kali sepanjang 2018. Pelaku pasar sudah memperhitungkan ada tiga kali kenaikan, dan sejauh ini tanda-tanda untuk lebih dari itu masih sangat lirih (meski tidak bisa dibilang tidak ada).
Ini membuat setidaknya satu ketidakpastian berkurang. The Fed kemungkinan besar masih pada rencana awal yaitu kenaikan Federal Funds Rate sebanyak tiga kali selama 2018. Kenaikan pertama sudah dilakukan pada bulan lalu sehingga tersisa dua kali lagi, yang diperkirakan jatuh pada Juni dan Desember.
Situasi tersebut membuat investor percaya diri untuk menanamkan modal di aset-aset berisiko di negara berkembang. Namun karena pasar saham masih seperti roller coaster, maka pilihannya adalah SBN.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN
Pada Senin (2/4/2018), yield SBN seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,639%. Turun dibandingkan posisi akhir pekan sebelumnya yaitu 6,669%. Yield hari ini merupakan yang terendah sejak 5 Maret lalu.
![]() |
![]() |
Hal yang kontras terjadi di pasar saham. Hingga akhir pekan lalu, investor asing membukukan jual bersih Rp 23,49 triliun sejak awal tahun.
Perekonomian global yang masih tidak pasti membuat investor membutuhkan instrumen investasi yang memberikan kepastian. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), seperti halnya bursa di berbagai negara, bergerak liar naik-turun karena terpaan sentimen negatif yang bertubi-tubi.
Investor menilai risiko berinvestasi di SBN semakin menurun. Ini tercermin dari Credit Default Swap (CDS) Indonesia yang terus turun. Saat ini, CDS untuk tenor 10 tahun ada di 165,98 basis poin. CDS terus turun setelah mencapai puncaknya di 169,54 basis poin pada 26 Maret.
![]() |
Data Personal Consumption Expenditure (PCE) yang sering menjadi rujukan Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed juga masih di angka 1,6%. Belum mencapai target The Fed yang sebesar 2%.
Rilis data ini seakan memberi konfirmasi bahwa The Fed juga tidak akan memberi kejutan dengan menaikkan suku bunga empat kali sepanjang 2018. Pelaku pasar sudah memperhitungkan ada tiga kali kenaikan, dan sejauh ini tanda-tanda untuk lebih dari itu masih sangat lirih (meski tidak bisa dibilang tidak ada).
Ini membuat setidaknya satu ketidakpastian berkurang. The Fed kemungkinan besar masih pada rencana awal yaitu kenaikan Federal Funds Rate sebanyak tiga kali selama 2018. Kenaikan pertama sudah dilakukan pada bulan lalu sehingga tersisa dua kali lagi, yang diperkirakan jatuh pada Juni dan Desember.
Situasi tersebut membuat investor percaya diri untuk menanamkan modal di aset-aset berisiko di negara berkembang. Namun karena pasar saham masih seperti roller coaster, maka pilihannya adalah SBN.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular