Yield Obligasi Negara Turun (Lagi), Terendah Sejak 6 Maret

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 March 2018 14:42
Minat terhadap instrumen ini sepertinya masih tinggi, terutama dari investor asing.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi negara masih bergerak turun. Minat terhadap instrumen ini sepertinya masih tinggi, terutama dari investor asing. 

Pada Kamis (29/3/2018), yield Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,695%. Turun dibandingkan sehari sebelumnya yang masih 6,772%. 

Yield SBN terus bergerak turun sejak awal pekan ini. Hari ini, yield mencapai posisi terbaiknya sejak 6 Maret. 

Reuters
Di pasar saham, investor asing masih cenderung keluar. Sejak awal tahun, nilai jual bersih investor asing mencapai Rp 23,5 triliun. 

Hal sebaliknya terjadi di pasar SBN. Investor asing justru membukukan beli bersih Rp 9,53 triliun. Porsi kepemilikan asing di SBN pun mencapai 39,12%. 

Investor asing terus menambah kepemilikannya. Dalam sepekan terakhir, posisi kepemilikan asing di SBN naik sampai Rp 3,03 triliun. 

Tingginya minat investor, termasuk asing, membuat harga SBN turun. Hari ini, harga SBN tenor 10 tahun ada di 95,85%. Naik dibandingkan posisi kemarin yaitu 95,31%. 

Reuters
Salah satu faktor yang membuat investor optimistis adalah publikasi Fitch Ratings. Dalam keterangan tertulis yang dirilis hari ini, Fitch menyatakan pelaku pasar masih meyakini kinerja perekonomian Indonesia berada di jalur yang tepat. 

"Fitch meyakini ketahanan ekonomi Indonesia terhadap gejolak eksternal semakin kuat karena fokus kebijakan yang mengarah ke stabilitas. Nilai tukar yang semakin fleksibel membuat cadangan devisa semakin terpupuk," jelas keterangan tersebut. 

Selain itu, investor juga mengantisipasi rilis data inflasi awal pekan depan. Inflasi domestik pada Maret diperkirakan melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Ini membuat berinvestasi di SBN menjadi menguntungkan, sehingga instrumen ini menjadi buruan pelaku pasar. 

Kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed juga sepertinya masih sesuai kalkulasi, yaitu tiga kali sepanjang tahun ini. CME Group, yang mengeluarkan instrumen The Federal Funds Futures, menyebutkan bahwa probabilitas kenaikan suku bunga pada pertemuan bulan depan hanya 2,1%. 

Lalu pada Juni, sepertinya ada kenaikan FFR kedua tahun ini. Kemungkinannya adalah 78,8%. Kenaikan berikutnya sepertinya baru terjadi pada Desember dengan probabilitas 43,5%. 

Apabila tidak ada kejutan dari The Fed, maka investor masih berani mengambil aset-aset berisiko (risk on). Ini membuat instrumen di negara-negara berkembang seperti SBN masih menjadi pilihan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/hps) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular