European Super League Kolaps! People Power atau Money Power?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 April 2021 11:19
Soccer Ronaldo Virus
Cristiano Ronaldo, Penyerang Juventus (AP/Antonio Calanni)

So, apakah people power itu yang berhasil menggulingkan rencana ESL? Bisa jadi, karena kekuatannya memang sangat masif. Tidak hanya di media sosial, tetapi sampai protes di lapangan.

Namun, kemungkinan ada kekuatan lain yang membuat ESL urung terlaksana. Kekuatan yang sama yang membuat ESL didirikan.

Kekuatan itu adalah uang. Meski para pemilik klub yang haus darah itu belum mengeluarkan sepatah kata pun, mereka harus mengaku bahwa ESL didorong oleh hasrat akan uang. Uang yang sangat banyak.

Mengutip The Guardian, para perserta ESL dijanjikan 'uang partisipasi' yang berkisar antara EUR 200 juta (Rp 3,49 triliun) hingga EUR 300 juta (Rp 5,24 triliun). Sementara sang juara digosipkan bakal 'ditabok' EUR 400 juta (Rp 6,99 triliun). Uang ini datang dari bohir yang bernama JPMorgan, bank investasi asal Amerika Serikat (AS).

Mungkin (sekali lagi, mungkin), ESL hanya alat negosiasi agar UEFA mau memberi hadiah uang yang lebih banyak untuk kompetisi antar-klub Eropa. Kalau ini yang terjadi, maka selamat. Anda berhasil.

Mengutip Al Jazeera, UEFA tengah bernegosiasi dengan Centricus Asset Management (lembaga keuangan asal Inggris) untuk sebuah paket sponsor senilai lebih dari EUR 6 miliar (Rp 105,04 triliun). Duit ini bisa menjadi modal untuk memberi hadiah lebih gede kepada para peserta Liga Champions dan Liga Europa.

UEFA juga mengumumkan perubahan format Liga Champions yang akan dimulai pada musim 2024/2025. Peserta Liga Champions ditambah dari 34 menjadi 36 klub, sehingga diharapkan menjadi lebih seru dan menantang.

Dalam format baru nantinya tidak ada lagi babak penyisihan grup. Seluruh peserta dikumpulkan jadi satu dan saling beradu seperti di liga domestik.

Delapan klub teratas di klasemen akhir akan lolos otomatis ke babak 16 besar. Sementara klub di peringkat 9-24 akan menjalani playoff melawan 16 klub di bawahnya. Selepas 16 besar, formatnya akan sama seperti sekarang.

Jika ESL adalah alat gertak sambal, maka itu berhasil. ESL berhasil memaksa UEFA untuk menyediakan hadiah lebih besar dan mengubah format kompetisi Liga Champions.

Jadi, mana yang lebih kuat dan berhasil membuat ESL kolaps? Kekuatan rakyat atau kekuatan uang? Pernyataan itu hanya bisa dijawab oleh para presiden dan pemilik klub.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular