
Tumbang Sebelum Berkembang, Ini 6 Fakta Liga Super Eropa

Jakarta, CNBC Indonesia - Liga Super Eropa (European Super League/ESL) berada di ujung tanduk. Ramai-ramai klub yang sebelumnya mengumumkan bergabung mengundurkan diri.
Padahal, pengumuman resmi baru disampaikan Minggu. Namun 48 jam setelahnya, enam raksasa asal Inggris menyatakan menarik diri.
Mereka antara lain Manchester City, Manchester United, Liverpool, Chelsea, Tottenham dan Arsenal. Kini hanya ada enam klub tersisa dari 12 klub yang ada yakni Real Madrid, Barcelona, Atletico Madrid, AC Milan, Inter Milan dan Juventus.
Dari awal isu berdirinya liga ini, banyak suara miring berhembus. Berikut sejumlah fakta soal Liga Super Eropa ini.
1. Direncanakan Sejak Lama
Liga Super Eropa adalah kompetisi raksasa Eropa, untuk menjamin pendapatan dari pertandingan regular melawan satu sama lain tanpa risiko gagal. Ide ini muncul 2009 lalu, saat Presiden Real Madrid, Florentino Perez mengkritik Liga Champions.
Ada total 20 klub yang bertanding dengan 15 anggota permanen. Lima tim lain adalah tim yang lolos lewat kompetisi domestik.
Format kandang-tandang juga akan digunakan dalam kompetisi tersebut sebagaimana liga di berbagai negara. Tim yang sudah mendaftar di awal, klub pendiri, akan menerima 3,5 miliar euro atau sekitar Rp 61,1 triliun, untuk mendukung rencana investasi mereka sekaligus insentif menanggulangi dampak pandemi.
2. Karena Corona
Salah satu faktor yang menyulut klub-klub elite membuat Liga Super Eropa adalah karena kerugian besar akibat pandemi corona (Covid-19). Dalam situs Swiss Ramble disebut total kerugian 12 tim besar tersebut sepanjang 2019-2020 mencapai 1,2 triliun pound.
Tidak hanya itu, klub punya utang hingga 5,6 miliar pound. Pejabat Ketua Liga Super Eropa, Florentina Perez bahkan menyebut alasan finansial membuat liga itu disebut. Satu-satunya cara menyelamatkan keuangan dengan pendirian kompetisi elite tersebut.
"Real Madrid kehilangan banyak uang. Kami semua mengalami situasi yang buruk. Ketika tidak ada keuntungan, satu-satunya cara adalah menggelar pertandingan yant lebih kompetitif setiap pekan. Liga Super Eropa mampu mengakomodasi itu," kata Florentino Perez dalam El Chiringuito.
"Tim di Spanyol, Italia, dan Inggris ingin mencari solusi untuk keunganan yang sangat buruk."
3. Mengancam Liga Champions dan Liga Eropa
Liga ini disebut akan mengancam keberadaan liga yang sebelumnya ada yakni Liga Champions dan Liga Eropa. Keduanya adalah kompetisi tertinggi yang sudah berlangsung puluhan tahun di Benua Biru.
4. Dikecam UEFA, FIFA dan Fans
Banyak kecaman datang terhadap liga itu, mulai dari regulator sepak bola Eropa, hingga FIFA. Mereka bahkan akan memberikan sanksi tegas, baik kepada klub maupun pemain yang ikut kompetisi tersebut.
Sanksi berupa denda hingga dikeluarkan dari asosiasi sepak bola. Bukan hanya itu tim peserta akan dikeluarkan dari setiap kejuaraan di bawah naungan UEFA dan FIFA serta pemain tak bisa ikut dalam piala dunia membela tim nasional.
Penolakan itu juga datang dari fans. Penggemar, khususnya di Inggris, juga mengutarakan ketidaksetujuan klub bergabung dengan liga tersebut.
Lebih dari 1.000 penggemar Chelsea berkumpul di depan Stamford Bridge. Mereka berdemo tepat sebelum pertandingan Liga Premier hari Selasa melawan Brighton, yang berakhir dengan hasil imbang 0-0.
"RIP Football 1863 - 2021," tulis mereka. "Diciptakan oleh orang miskin, dicuri oleh orang kaya."
5. Hadiah Besar
Liga ini melansir New York Times bisa membuat tiap klub yang menjadi peserta bisa mendapatkan US$ 400 juta hanya dari partisipasi. Angka ini lebih banyak dari hadiah Liga Champions, saat Bayern Muenchen menang 2019-2020.
6. Ada Raksasa Wall Street JP Morgan
Liga Super Eropa ini diketahui berbiaya fantastis. Bank raksasa Wall Street, JP Morgan disebut ada dibalik pendanannya.
Oktober 2020, JP Morgan disebut bertemu dengan sejumlah pentolan liga tersebut. Bank itu siap menggelontorkan 4,6 miliar pound (sekitar Rp 92,7 triliun) agar liga berjalan.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh Liga Super Eropa "Runtuh", Ramai-ramai Klub Mundur
