Liga Berhenti, Klub Inggris Milik Keluarga Wanandi Degradasi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 June 2020 08:25
Sofjan Wanandi (CNBC Indonesia/Trisusilo)
Sofjan Wanandi (CNBC Indonesia/Trisusilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Liga Primer Inggris boleh saja dimulai kembali pertengahan bulan ini setelah hibernasi selama tiga bulan. Namun kompetisi di bawahnya memilih jalan yang berbeda.

Mengutip keterangan resmi Englsh Football League, Selasa (9/6/2020), League One dan League Two memilih untuk mengakhiri musim 2019/2020 secara prematur. Dua kompetisi ini resmi berakhir sebelum waktunya dan nasib klub ditentukan berdasarkan poin per pertandingan (Points per Game/PPG).

Berdasarkan perhitungan PPG, Coventry City dan Rotheram United memastikan tiket promosi ke Divisi Championship (satu setrip di bawah Liga Primer). Coventry City mengoleksi 67 poin dari 34 pertandingan yang artinya 1,97 PPG. Sementara Rotheram mengumpulkan 62 poin dari 35 laga (1,77 PPG).

Tiga klub yang terpaksa menerima kenyataan terdegradasi ke League Two adalah Tranmere Rovers, Southend United, dan Bolton Wanderers. Ketiganya memiliki PPG masing-masing 0,94, 0,54, dan 0,41.

Dari tiga nama itu, mungkin Bolton Wanderers yang agak akrab di telinga pecinta sepakbola di luar Inggris. Beberapa tahun lalu, Bolton sempat menjadi kuda hitam di Liga Primer. Pemain-pemain top macam Jay Jay Okocha, El Hadji Diouf, sampai Youri Djorkaeff pernah berseragam putih-hitam.

Pada musim 2007/2008, Bolton berlaga di kompetisi antar-klub Eropa tepatnya Piala UEFA. Kala itu, Jussi Jaaskelainen dan kolega bahkan menyingkirkan Atletico Madrid (Spanyol) di babak 32 besar. Patut dicatat bahwa saat itu Atletico diperkuat pemain-pemain kelas dunia seperti Diego Forlan dan Sergio 'Kun' Aguero.

Namun sejak 2012, Bolton terdepak dari Liga Primer. Prestasi klub terus merosot hingga terdampar ke League One.

Musim depan, Bolton harus rela berlaga di League Two. Impian kembali ke Liga Primer sepertinya harus dikubur dalam-dalam karena klub ini juga mengalami masalah finansial yang pelik.

Selain Bolton, Tranmere juga menarik untuk dibahas. Sebab di klub yang berbasis di wilayah Merseyside ini (bertetangga dengan Liverpool dan Everton) ada nama orang Indonesia.

Pada awal September tahun lalu, investor asal Indonesia masuk ke Tranmere sebagai pemilik saham. Santini Group, salah satu unit usaha milik keluarga Wanandi, resmi menjadi pemilik saham walau porsinya minoritas.



"Saya dengan senang hati mengumumkan bahwa klub sudah mencapai kesepakatan dengan investor dari luar, Santini Group. Dengan demikian, mereka akan memiliki saham minoritas di Tranmere Rovers," kata Mark Palios, Chairman Tranmere, seperti dikutip dari siaran tertulis klub.

Pendanaan awal dari Santini Group akan digunakan untuk beberapa proyek yang dijalankan oleh Tranmere. Mulai dari penguatan sinyal wi-fi di stadion, serta pengembangan kawasan akademi klub. Santini Group juga akan mengembangkan brand Tranmere di level internasional, termasuk Asia.

"Santini Group adalah salah satu bisnis besar yang berkantor pusat di Indonesia. Grup ini memiliki investasi di berbagai bidang seperti otomotif, real estat, jasa keuangan, dan infrastruktur. Grup ini dijalankan oleh tiga bersaudara, Wandi, Lukito, dan Paulus Wanandi," tambah Palios.



Wandi, Lukito, dan Paulus adalah putra dari pengusaha senior Sofjan Wanandi. Sofjan, yang cukup lama menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), juga sempat menjadi staff wakil presiden pada 2014-2019.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular