
Erna Witoelar: Tak Harus Kaya untuk Jadi Filantropis
Arina Yulistara, CNBC Indonesia
18 November 2018 12:44

Jakarta, CNBC Indonesia- Filantropi identik dengan orang-orang kaya yang menyumbangkan hartanya untuk membantu berbagai sektor seperti pendidikan, kesehatan, serta sosial lainnya. Kini seorang filantropis tidak lagi hanya orang kaya tapi relawan pun termasuk.
"Dulu harus kaya dulu baru jadi filantropis, sekarang nggak lagi," ujar Co-Chair Filantropi Indonesia, Erna Witoelar, saat diwawancara CNBC Indonesia di Filantropi Festival 2018, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Selatan.
Erna menuturkan kalau filantropis sekarang lebih didominasi milenial. Trennya sudah berubah sejak lima tahun belakangan. Para milenial yang cenderung suka berbagai hal baru melakukan aksi filantropis demi membantu sesama.
Meski bukan orang kaya, mereka berani melakukan sesuatu yang berbeda dengan menjadi relawan yang akhirnya dapat membantu sesama. Sehingga kini konsep filantopis pun berubah, bukan sekadar memberi tapi 'berinvestasi'.
"Milenial itu berani memasuki jalan yang belum dilalui dan sangat baik toh mereka punya waktu. Ambil risiko dulu, siapa tahu berhasil banyak yang begitu meski ada juga yang gagal. Ini bukan lagi suatu kegagalan tapi investasi, pernah bekerja sebagai relawan, bekerja di hutan, itu investasi memperkaya dirinya," tambah mantan Menteri Pemukiman dan Pengembangan Wilayah Indonesia itu.
Erna menambahkan, banyak pula anak orang kaya yang melanjutkan aksi filantropis orangtuanya. Meski sebagian tidak berasal dari keluarga crazy rich. Mereka tak lagi menyumbang uang tapi lebih memberikan pembelajaran.
"Mereka menjalankan organisasi filantropi keluarganya dan mengubah konsep. Misalnya tak hanya memberi tapi memberdayakan," tambahnya.
(gus) Next Article Filantropis Dunia Bakal Kumpul di Indonesia Pekan Depan
"Dulu harus kaya dulu baru jadi filantropis, sekarang nggak lagi," ujar Co-Chair Filantropi Indonesia, Erna Witoelar, saat diwawancara CNBC Indonesia di Filantropi Festival 2018, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Selatan.
![]() |
Erna menuturkan kalau filantropis sekarang lebih didominasi milenial. Trennya sudah berubah sejak lima tahun belakangan. Para milenial yang cenderung suka berbagai hal baru melakukan aksi filantropis demi membantu sesama.
Meski bukan orang kaya, mereka berani melakukan sesuatu yang berbeda dengan menjadi relawan yang akhirnya dapat membantu sesama. Sehingga kini konsep filantopis pun berubah, bukan sekadar memberi tapi 'berinvestasi'.
"Milenial itu berani memasuki jalan yang belum dilalui dan sangat baik toh mereka punya waktu. Ambil risiko dulu, siapa tahu berhasil banyak yang begitu meski ada juga yang gagal. Ini bukan lagi suatu kegagalan tapi investasi, pernah bekerja sebagai relawan, bekerja di hutan, itu investasi memperkaya dirinya," tambah mantan Menteri Pemukiman dan Pengembangan Wilayah Indonesia itu.
Erna menambahkan, banyak pula anak orang kaya yang melanjutkan aksi filantropis orangtuanya. Meski sebagian tidak berasal dari keluarga crazy rich. Mereka tak lagi menyumbang uang tapi lebih memberikan pembelajaran.
"Mereka menjalankan organisasi filantropi keluarganya dan mengubah konsep. Misalnya tak hanya memberi tapi memberdayakan," tambahnya.
(gus) Next Article Filantropis Dunia Bakal Kumpul di Indonesia Pekan Depan
Most Popular