Kerajaan Bisnis Kosmetik Kylie Jenner Rp 11 T Bakal Bangkrut?

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
25 July 2018 10:28
Kerajaan Bisnis Kosmetik Kylie Jenner Rp 11 T Bakal Bangkrut?
Foto: REUTERS/Eduardo Munoz
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada usia 20 tahun, bungsu dari klan Kardashian, Kylie Jenner sudah menjadi miliarder termuda dunia. Ya, hal itu tidak lain karena perusahaan kosmetiknya Kylie Cosmetics yang sukses melampaui angka penjualan US$630 juta (Rp 9 triliun) sejak dibuat pada tahun 2015, dan sekarang bernilai hampir US$800 juta (Rp  11,52 triliun).

Forbes pun telah menyebut Jenner sebagai Ratu Kosmetik senilai US$900 Juta (Rp 141 triliun) pada awal Juli dan menggambarkan perusahaan yang dimiliki ibu beranak satu itu sebagai model bisnis yang sangat efisien.

Lantas apa kunci kesuksesan terbaru Kylie Cosmetics? Jawabannya adalah strategi media sosial yang dijalankan Kylie Jenner. Bagaimana tidak, dengan ratusan juta pengikut di media sosial miliknya, Jenner dapat mengiklankan dan menjual produknya sendiri tanpa pernah mengeluarkan uang sepeser pun.

Tetapi bagi Li Jin, mitra investasi di firma ventura Silicon Valley bernama Andreessen Horowitz, cara yang ditempuh Kylie Jenner mungkin tidak cukup untuk meningkatkan brand dan membuat bisnisnya yang bertahan lama.

Misalnya, di twitter, Jin mengingatkan adanya ancaman serius di jantung kesuksesan Jenner yang belum pernah terjadi sebelumnya, yakni kerajaan kosmetik wanita berusia 20 tahun ini mungkin ditakdirkan jadi tidak jelas kecuali ia memperluas fokusnya.

Menurut Jin, kelemahan utama Kylie Cosmetics adalah terlalu fokus pada Kylie Jenner. "Pekerjaan utama yang dilakukan produknya adalah untuk membantu konsumen merasa menjadi seorang Kylie," tulis Jin seperti dikutip dari Business Insider, Selasa (24/7/2018).

Jika Kylie Jenner berharap untuk mempertahankan bisnisnya dalam jangka panjang, Jin menyarankan tidak boleh terlalu bergantung pada pesona selebriti Kylie Jenner. Untuk menjadikan bisnis bertahan, penting bagi semua merek influencer untuk melampaui ketergantungan pada satu orang dan membuat merek yang diciptakan memiliki tujuan.

Jin merujuk contoh dari profesor Harvard Business Clayton Christensen tentang merek tujuan. Dimana perusahaan yang menjadi begitu erat terkait dengan satu sosok atau pekerjaan yang mereka lakukan akan membuat mereka susah melepas image (citra) tersebut dan menjadi terkait erat dengan itu.

Misalnya, merek-merek yang kekal seperti Coca-Cola, Starbucks, dan Kleenex semuanya telah mengulangi misi mereka dengan sangat baik sehingga konsumen akan membayar mahal untuk produk mereka. Merek-merek ini tidak terkait dengan seseorang, mereka terhubung dengan sesuatu yang jauh lebih besar, seperti ide, emosi, atau misi.

"Beberapa merek tujuan terkuat bahkan menjadi kata kerja, terkait erat dengan pekerjaan tertentu. Sangat sulit bagi merek untuk bertahan tanpa terikat pada pekerjaan tertentu, dan pekerjaan konsumen tidak sering berubah," kata dia.

Jika Jenner tidak menggeser fokus Kylie Cosmetics di luar daya tarik selebritisnya sendiri, Jin menunjukkan bahwa itu bisa bernasib sama dengan perusahaan media Martha Stewart, Living Omnimedia, yang menyusut drastis setelah mengikuti penawaran umum perdana (IPO) pada 1997.

"Di tahun 90-an, Stewart memanfaatkan keunggulannya dari buku dan TV untuk menciptakan bisnis penerbitan, penyiaran, dan merchandising, semuanya berpusat di sekitar personalnya sebagai seorang dewi kerumahtanggaan. Valuasinya mencapai US$1,8 miliar setelah IPO, tetapi 16 tahun kemudian, nilainya semakin kecil," tulis Jin. 

Beberapa orang mungkin percaya media sosial menyediakan bahan bakar yang kuat dan tahan lama untuk setiap startup yang didukung selebriti atau influencer, namun Jin mengatakan sebaliknya. Di era digital, merek yang berfokus pada selebriti lebih cepat gagal daripada sebelumnya.

"Di dunia digital saat ini, dengan siklus sensasi dan tanpa penyiaran bertahun-tahun, merek-merek yang disokong secara personal dapat memudar lebih cepat. Media sosial memang membuat lebih mudah menarik penonton dan membangun pengaruh dan hambatan (untuk memulai) merek baru lebih rendah dari sebelumnya," tulis Jin. 

Apakah media sosial benar-benar dibutuhkan dalam menjalankan bisnis senilai US$800 juta jika Anda seorang selebriti yang berpengaruh?

Forbes mengemukakan Jenner sangat bergantung pada media sosialnya untuk menghasilkan keuntungan.

"Pada dasarnya, Jenner melakukan semua hal sendiri. Hampir setiap jam, ia menggunakan Instagram dan Snapchat untuk selfie dengan mengambil video dari produk yang akan datang dan mengumumkan peluncuran baru," lapor Forbes.

Apakah media sosial benar-benar semua yang Anda butuhkan untuk menjalankan bisnis satu miliar dolar jika Anda seorang selebriti yang berpengaruh?

Jin tidak berpikir demikian. Merek yang didukung selebriti seperti Blake Lively's Preserve dan Mary Kate dan Ashley Olsens 'StyleMint' telah turun pamornya dalam beberapa tahun terakhir. Perusahaan-perusahaan sukses yang didukung selebriti seperti Jessica Alba's Honest Company dan Gwyneth Paltrow's Goop menggeser fokus dengan cepat untuk tetap bertahan, kata Jin.

Untuk menciptakan perusahaan yang tahan lama, Jin merekomendasikan agar Kylie Jenner mengalihkan fokus Kylie Cosmetics untuk berorientasi pada misi. Kylie dapat menyelaraskan mereknya dengan perubahan yang lebih luas dalam sikap perempuan, seperti cantik menjadi dirinya sendiri atau berekspresi dalam individualitas dan keragaman.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular